Berbeda dengan hari kasih sayang, yang diperingati para peserta didik dengan riang dan penuh cinta. Hari Guru Nasional sama sekali bukan hal yang patut dirayakan bagi mereka. Beberapa guru bahkan terkadang memberi kode dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan pancingan seperti: "Anak-anak ada yang tahu ini hari apa?", "Setiap tanggal 25 November kita memperingati apa?", tentu peserta didik menjawab "Hari Guru Nasional Bu/Pak guru," sudah itu saja.

Guru sejati tak pernah mengemis hadiah dari peserta didiknya. Sepenggal ucapan "Selamat Hari Guru Bu/Pak, semoga tetap semangat dalam mendidik kami" sudah lebih dari cukup dan membahagiakan.

Seorang guru sudah tentu ikhlas lillahita'ala mengabdikan diri berperan aktif dalam mencerdaskan bangsa. Sekalipun tanpa apresiasi, guru sejati tak pernah meratapi pengakuan atas sebuah prestasi.

Seorang guru dengan gagah berani membunuhi kebodohan yang terjadi, mendisiplinkan peserta didik yang tidak rapi, membakar semangat peserta didik yang kurang/tidak percaya diri, membuka hati anak-anak didiknya untuk tidak lupa kepada jati diri sebagai putra putri negeri ini, karena di pundak mereka masa depan bangsa ini dititipkan.

Ketika anak didik berhasil sesungguhnya bukan gurunya yang hebat. Yang hebat adalah anak-anak didik yang mampu mengaplikasikan ilmu dan pengalaman yang telah ditransfer oleh Ibu Bapak gurunya.

Selamat Hari Guru!

Jayalah Guru Indonesia!