Menikah adalah sebuah ikatan saktral yang dilakukan oleh sepasang makhluk ciptaan tuhan untuk meraih ridhoiNya. Menikah biasanya dilandasi dengan cinta kepada pasangan, namun tidak menutup kemungkinan makhluk Allah menikah dengan pasangan yang tidak dicintainya, karena perjodohan misalnya. Perjodohan biasanya dilakukan pada suatu kaum millenial zaman dulu yang seakan memaksa anak-anak mereka menikah dengan orang yang tak di nyana tidak saling mencintai, begitulah orang tua selalu mengaggap bahwa pilihan orang tua adalah yang terbaik, saya mendengar ada sebuah cerita sang istri sebut saja markonah. markonah menikah dengan jaenudin lelaki yang baru dikenalnya 3 bulan sebelum pernikahan, markonah tidak terpaksa namun dalam hatinya belum ada cinta untuk jaenudin. Sejujurnya apa yang dilakukan markonah menurut saya tidak salah namun yang jadi pertnyaan saya bagaiman ia bisa hidup dengan orang yang tidak dicintainya. Ada hal yang saya lupa bahwa ada peribahasa tak kenal maka tak sayang, itulah dasar mengapa markonah menikahi jaenudin berharap seiring dangan berjalannya waktu dirinya dapat mencintai jaenudin selayaknya seoang suami. Markonah benar dengan prasangkanya dia mencintai jaenudin disaat usia pernikahan berjalan satu tahun walaupun dengan kondisi pernikahan jarak jauh hal itu tidak menyurutkan keduanya untuk menjalankan pernikahan sebagaiman mestinya.

Masalah justru datang dari hal yang tidak terduga, bahwa kenyataan mengatakan bahwa jaenudin mencintainya hanya 30% sisanya dibaginya kepada entah siapa atau apa, namun yang dirasakan markonah jaenudin bersamanya hanya karena ikatan suci yang harus dijaga bukan karena cinta suami kepada istri. Ada suatu kejadian diimana markonah merasa begitu yakin akan perasaannya yaitu ketika ia melihat suaminya berlibur dengan orang lain disaat dia sedang menunggu kepulangan sang suami yang notabene mereka menjalani LDM, Seperti tersambar petir dan tenggelam di tingginya lautan tsunami, markonah tenggelam dalam kesedihan. Kejadian demi kejadian membuat keyakinannya pada pernikahan yang dijalaninya mulai surut, sampai suatu ketika ia dapati bahwa suaminya telah mengganti posisinya dengan orang lain sebagai pasangan bukan dari kaum hawa. Semenjak itu dia yakin jaenudin tidak mencintainya. Jaenudin seperti kehilangan gairah dalam pernikahan. Jaenudin memang tidak pernah menyakiti fisik markonah, namun hatinya seolah menjerit namun tak bersuara. Mungkin jaenudin sebagai imam lupa bagaimana caranya membimbing, jaenudin taat ibadah mengerti akan kewajiban sebagai seorang makhluk namun lupa kewajiban sebagai seorang suami. Saya mulai meragukan bahwa orang yang taat beragama adalah orang yang baik ketika mendengarkan kisah jaenudin dan markonah, karena pada dasarnya kewajiban itu sifatnya menyeluruh, namun jaenudin hanya taat pada beberapa bagian namun lupa pada bagian lain bahkan ingkar akan perintah allah..

Kisah pilu itu berlangsung hampir 3 tahun hingga akhirnya markonah berontak dan memutuskan untuk berpisah. Dalam hati saya bergumam bahwa penting bagi seorang yang menikah untuk mengenal dengan siapa ia akan menghabiskan waktunya, karena sejatinya menikah adalah ibadah seumur hidup, dan untuk menjalani ibadah itu walaupun dengan rintangan namun tetap dalam ketaatan.wallahualam.