Tantri Agustiningsih

Tantri Agustiningsih, mengajar di SMP Negeri 239 Jakarta. Tepatnya di sebelah gedung LPMP Jakarta dan bersebelahan dengan Kampus Universitas Indraprasta. Lahir ...

Selengkapnya
Navigasi Web

2 LELAKI

#TAGUR 472

Sarwendah tanpa sadar mengeluarkan airmatanya begitu melihat siapa yang datang dihadapannya, setelah sekian tahun berpisah tanpa kabar. Sarwendah serasa tak percaya dengan apa yang dilihat di depanya. Kekasihnya yang sudah lama dinanti sekarang berada di depan matanya. Sarwendah masih memiliki hati kepada kekasihnya itu, tetapi dia sudah memiliki tunangan yang akan segera menikah beberapa bulan lagi.

Sarwendah hampir saja menubruk lelalki itu, tapi untung dia masih bisa mengendalikan dirinya untuk tidak melakukan itu, walau jauh dilubk hatinya dia ingin memeluk dan dipeluk oleh kekasih hatinya yang masih dicintainya sampai detik ini. Sarwono mengerti apa yang dirasakan Sarwenda saat ini. Rasa rindu yang terpendam. Sarwonopun tak berani untuk menarik atau memeluk Sarwendah. Dia menghargai Sarwendah dengan sepenuh hati, walau hatinya sendiri juga rindu pada Sarwendah.

Sarwendah duduk dengan wajah yang tak bisa digambarkan.

"Mengapa kau datang di saat aku ingin melangkah dalam kehidupanku yang baru?"tanya Sarwendah membuka percakapan.

"Aku tak tahu kalau kau sudah pindah ke lain hati, Wendah'"kta Saewono mengambil tangan Sarwendah perlahan, tapi Sarwendah menariknya dengan perlahan.

"Jangan kau bikin aku berada di persimpangan jalan, walau kau tahu bagaimana perasaan hatiku padamu selama ini,"lanjut Sarwendah sambil menatap lelaki yang dicintai itu dengan sepenuh hati.

Sarwonopun menatapnya dengan lekat dan dalam

"Masih adakah celah untuk kita perbaiki hubungan kita ini?'tanya Sawrono penuh harap.

"Jangan kau ombang-ambingkan hatiku lagi. Aku tak ingin menyakiti hati calon suamiku. Aku tak ingin melukai hatinya, walau aku tak mencintainya, tapi aku sedang berusaha untuk mencoba mencintai dia,"jawab Sarwendah dengan suara gemetar. Dia khawatir hatinya akan runtuh dengan kedtangan Sarwono.

"Aku pergi selama ini, bukan pergi untuk meninggalkanmu, tapi sedang berusaha untuk bisa bekerja yang lebh baik lagi dan aku sudah mendapatkan itu,"jelas Sarwono tentang kepergiannya saat itu. "Aku tak ingin kau hidup susah dan menderita hidup bersamaku. AKu ingin membahagiakanmu."

Sarwono dan Sarwendah tak tahu kalau calon suami Sarwendah ada di dekat situ. Dia ingin mengetahuinya apa yang terjadi selajutnya. Dan dia juga sudah pasrah dengan keputusan Sarwendah, karena dia sendri juga mengetahui bahwa Sarwendah tidak mencintai dirinya. Jauh di lubuk hati Sarwanto ada rasa cemburu, tetapi dia tak ingin bersikap gegabah, dia tak ingin merubah image Sarwendah kepada dirinya. Sarwanto duduk dengan sabar mendengarkan sandiwara yang sedang dimainkan oleh mereka berdua.

"Bagaimana Wendah, apa aku harus ijin dengan calon suamimu itu untuk memetuskan tali pertunanganmu dengannya?"tanya Sarwono. Sarwono menunggu jawaban Sarwndah dengan hati yang gundah. Dia juga merasa berslah telah meninggalkan Sarwendah tanpa berita, tetapi Sarwono sendiripun masih setia untuk tidak mencari wanita lain selain Sarwendah.

"Tidak, aku tak ingin kau menjumpai dia. Aku tak mau menyakiti hatinya. DIa terlalu baik untuk aku, dan tak pantas untuk disakiti walau aku masih mencintai dirimu. Hatiku masih milikmu, tapi ... Tidak! aku tetap memilih dia sebagai teman dalam hidupku. Aku akan berusaha mencintai dia sepenuh hatiku,"balas Sarwendah dengan suara yang gemetar sambil menahan tangis.

"Biarkan aku memilih jalanku sendiri, aku tak sanggup untuk menyakitinya,"jawab Sarwendah sambil berdiri hendak melangkah pergi.

"Baiklah, kalau itu sudah menjadi keputusanmu, Wendah. Aku tak memaksamu, walau aku tahu hatimu yang sebenarnya. Cintailah dia sepuhnya hatimu. Aku akan pergi dengan duniaku yang lain,"jawab Sarwono sambil merengkuh tangan Sarwendah dan menciumnya dan pergi meninggalkan Sarwendah yang masih menangis menatap kepergian Sarwono.

Sarwanto berdiri tepat di belakang Sarwendah. "Kau masih mencintai dia, kejarlah dia dan menikahlah dengannya. Aku tak akan menghalangi keinginanmu dan aku juga tidak akan memaksamu untk mencintai aku. Aku ingin dicintai dengan hati yang ikhlas bukan dengan ketrpaksaan. Kejarlah,"bisik Sarwanto, Sarwendah terkejut dan dia melihat Sarwanto sudah berada di sisinya dan mengetahui isi hatinya yang sebenarnya. Sarwendah menatap Sarwanto dengan pandangan tak percaya apa yang didengarnya tadi.

"Pergilah dan temuilah dia dengan cintamu itu. Aku ikhlas untuk dirimu,"kata Sarwanto dengan senyum penuh keihklasan.

Sarwendahpun berlari menemui Sarwono yang masih menyusuri jalan dan mendengar teriakan Sarwendah. "Mas Wonooooo, tunggu aku. Mas Wono,"teriak Sarwendah sambil berlari menuju Sarwono dan Sarwonopun berbaik menjemput Sarwendah dengan penuh cinta.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post