Tantri Agustiningsih

Tantri Agustiningsih, mengajar di SMP Negeri 239 Jakarta. Tepatnya di sebelah gedung LPMP Jakarta dan bersebelahan dengan Kampus Universitas Indraprasta. Lahir ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Akhir Sebuah Persaingan

#TAGUR 437

Dian dan Putra masih terus bersaing hingga, besok hari terakhir penentuan ujian untuk bisa mendapat beasiswa belajar di luar negeri. Dian dan Putra masing-masing belajar dan mempersiapkan diri untuk test besok dengan matang. Mereka tak ingin gagal satu sama lain. Tapi bagaimana caranya bisa berhasil sedangkan mereka berdua sama kuat dan punya potensi untuk bisa lulus walau harus dengan nilai yang berbeda. Apakah mungkin nilai mereka bisa sama?

Hari yang ditunggu datang, mereka berdua sudah siap untuk mengikuti test selama tiga jam. Mereka duduk di ruang sama hanya berselang satu meter mereka berdua. Bekal mereka hanya laptop. Tim pengujipun sudah menunggu dua orang dan mereka duduk bersabelahan di antara mereka berdua. Dian dan Putra sudah mulai mengerjakan tugas-tugasnya dengan cermat dan teliti.

Dua jam telah berlalu mereka masih terus mengerjakan ujian tersebut, sesekali mereka minum agar tidak haus dan dehidrasi karena stress. Lima belas menit lagi mereka akan selesai mengerjakan ujian tersebut. Tiba-tiba Putra batuk-batuk dan mual perutnya karena merasakan ketegangan dalam ujian ini, Dianpun juga sudah mulai pusing kepalanya karena tiga jam nonstop menghadapi komputer.

Menit-menit terakhir dua anak manusia itu berjuang semaksimal mungkin demi meraih impian mereka. Entah bagaimana di titik terakhir Dian dan Putra pingsan tak sadarkan diri di atas bangku mereka, setelah menyelesaikan ujian mereka. Semua tergugup dan bergegas memanggil bantuan untuk menolong dua murid terpandai mereka. Dan membawa mereka ke balai pengobatan untuk di rawat dan diperiksa keehatannya.

Orangtua mereka datang untuk melihat kondisi putra mereka. Betapa sedih hati mereka melihat ana-anak tersebut dalam keadaan pingsan demi untuk meraih impiannya untuk belajar di luar negeri dengan beasiswa, walau mereka mampu untuk membiaya pendidikan mereka untuk belajar di sana. Perjuangan mereka sangat panjang, hingga mereka bisa meyisikan peserta yang lain.

Orang tua Dian datang hanyalah ibunya, sedangkan Putra ayahnya yang datang.

"Mas Irawan,"sapa wanita itu begitu melihat seorang pria yang sudah separuh baya. Lelaki yang disapa itu terkejut mendengar suara yang sangat dikenal sekali walau sekian lama telah terpisah karena akibat banjir besar yang melanda tempat mereka, hingga mereka terpisah dan menyelamatkan putra-putra mereka.

"De Melani,"dengan suara yang bergetar. "Ke mana saja kau selama ini, sejak banjir itu, de? Aku mencari-cari tapi aku tak berhasil. Aku pikir kau ikut terbawa banjir,"kata lelaki itu sambil memegang tangan Melani.

"Akupun mencarimu, mas. Aku pikir kau dan anak kita telah tiada,"isak wanita itu. "Mas, siapa yang sakit?"sambil mengangkat kepalanya untuk melihat anakknya yang sakit.

"Putra yang sakit, karena dia ingin pergi belajar di luar negeri. Dan kau sendiri siapa yang sakit?"

"Berarti anak kembar kita, Mas yang sakit Dian juga sama,"jelas Melani dengan airmata yang tak hentinya karena bertemu dengan anak kembar mereka.

"De, aku mau bertanya apa dirimu sudah menikah lagi setelah sekian lama kita berpisah akibat banjir besar itu,"tanya Irawan dengan ragu-ragu.

"Aku sudah menikah beberapa tahun setelah kita tak bertemu, aku pikir kau sudah tiada dan aku menunggu beberapa tahun dan akupun menikah juga minta saran dulu kepada para pemuka agama agar aku tak salah. Tetapi suamiku meninggal dua tahun yang lalu karena sakit,"kata Melani sambil terus memandangi ke dua anak kembarnya yang masih belum sadar.

"Ternyata cerita hidup kita hampir sama, de,"kata Irawan. "Akupun juga kehilangan istriku, saat melahirkan anak mereka satu tahun yang lalu. "Mungkin tuhan masih memberikan kita kesempatan untuk berjodoh kembali,"kata Irawan dengan penuh keyakinan.

Mereka masuk ke ruangan perawatan dan melihat ke dua anak kembarnya sudah mulai nampak ada perubahan yang baik, mereka sudah mulai sadar dan sudah bisa di ajak ngomong walau hanya sepatah dua patah. Satu jam kemudian mereka mendapatkan kabar tentang siapa mereka berdua, dan dua orang tua yang ada dihadapan mereka berdua.

Dian dan Putra merasa bingung dan senang, karena mereka selama ini merasa memiliki kesamaan dan ternyata mereka anak kembar yang hilang akibat banjir. Meraka diselamat satu persatu oleh ayah dan ibunya. Ibu menyelamatkan Dian, sedangkan ayahnya menyelamatkan Putra. Tidak hanya itu saja mereka mendapatkan kabar bahwa mereka berdua mendapatkan beasiswa untuk belajar di luar negeri, dengan negara tujuan yang sama, kampus yang sama walau berbeda fakultas.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpen keren

21 May
Balas

Terimakasih hu Fitriany. Salam literasi

21 May

Cerpen yang menarik bunda. Salam sukses

21 May
Balas

Terimakasih ibu Siti Aisyah

21 May

Wow, dahsyat...cerpen yg bagus

22 May
Balas

terimakasih Pak Berry. Salam literasi.

22 May



search

New Post