Tantri Agustiningsih

Tantri Agustiningsih, mengajar di SMP Negeri 239 Jakarta. Tepatnya di sebelah gedung LPMP Jakarta dan bersebelahan dengan Kampus Universitas Indraprasta. Lahir ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Jalan Melati

Bunyani menyapa gadis yang ada di depannya dengan ramah.

"Maaf, mbak saya mau tanya kalau mau menuju jalan melati perumahan Karunia Village di mana ya."

Gadis yang ditanya itu hanya memandang sesaat sambil memberikan jawaban yang tak begitu jelas dan pergi berlalu.

"Dua blok dari sini, terus ke kanan lurus mentok," jawab gadis itu sambil pergi berjalan.

Bunyani hanya diam saja memperhatikan gadis itu dan merasa heran dengan sikap seperti itu. Tapi dia mencoba menangkap jawaban dari gadis tersebut dan mengikuti apa yang diarahkannya. Bunyani menyalakan motoenya dan berjalan menuju alamat yang dicari.

Tidak banyak orang di sekitar villa tersebut, hanya ada lima perumahan besar dan itu semua ada di jalan melati. Bunyani mencari nomor alamat tersebut tapi dia tidak menemukan dan petugas keamananpun juga menjawab tak ada rumah dengan nomor seperti itu.

"Banyak pak orang mencari alamat tersebut, tapi kami yang sudah lama du sini tidak pernah tahu di mana alamat tersebut. Dan perumahan ini hanya berisi lima rumah itu juga hanya nomor satu sampai dengan lima saja,"jelas para penjaga perumahan tersebut.

"Kami juga sudah berusaha melihat sekitar rumah ini di luar komplek, tidak ada nomor tersebut, namanyapun tidak kami kenal, saya sendiri warga di sini tidak tahu alamat tersebut,"sambung penjaga yang lain.

"Tetapi yang kami heran banyak sekali orang yang mencari alamat tersebut, dan kegeranan kami tidak hanya itu, esok paginya warga di sini selalu menemukan mayat yang jatuh ke dalam jurang di ujung jalan tersebut,"penjelasan lain dari penjaga perumahan itu yang membuat Bunyani bergidik.

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 Bunyani bersiap untuk kembali pulang, tapi para penjaga itu menahannya agar menginap saja di pos mereka. Mereka khawatir dengan keselamatsn Bunyani. Akhirnya Bunyani mengikuti saran mereka.

Esok hari habis sholat subuh dan selesai mengaji, Bunyani ijin pamit pulang sambil berdoa untuk keselamatannya. Alampun juga sudah mulai terang menyambut pagi. Bunyani mengambil jalan yang terdekat di dekat villa tersebut dan dia melewati jalan yang cukup agak sempit.

Dipertengahan jalan Bunyani melihat papan jalan yang sudah miring dan agak patah tetapi masih ada tulisan nama jalan yang dicari, Bunyani berhenti sebentar dan melihat papan tersebut, dia melihat sekitarnya tidak ada rumah arau bekas bangunan tapi hanya sebyah jurang yang cukup dalam. Bunyani sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Dia berdoa dan segera berlalu dan dia merasa ada bayangan sekekebatan memakai baju putih terbang turun ke bawah dan bayangan itu mengingatkan pada gadis yang kemarin ditanya.

Bunyani segera meninggalkan tempat itu dengan capat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wau horor ceritanya, tapi asyik.

29 Sep
Balas

Terimakasih bu Siti Nurohmah. Salam literasi

12 Oct



search

New Post