Tantri Agustiningsih

Tantri Agustiningsih, mengajar di SMP Negeri 239 Jakarta. Tepatnya di sebelah gedung LPMP Jakarta dan bersebelahan dengan Kampus Universitas Indraprasta. Lahir ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Mamak dan Hirata

#TAGUR 440

Angin dingin menerpa tubuh yang kurus dan tinggi, menerpa bak daun yang akan jatuh karena tiupan angin yang kencang. Tetapi tubuh kurus itu tetap bisa bertahan menahan terpaan angin itu demi untuk datang menjumpai buah hatinya yang kunjung datang di nanti. Mata tua itu memincingkan matanya yang mulai samar-samar brkabut untuk memandang jarak jauh. Hati yang kuat membuat mata itu masih bertahan untuk dapat melihat buah hatinya yang sekian lama tak pulang menengok dirinya.

Kaki kurus terbalut kain panjang terus melangkah walau dengan tertatih-tatih dan menahan tubuhnya yang kurus itu. Tangan tua yang terbalut kulit membawa bungkusan bekal untuk perjalanannya. Makanan nasi liwet, ayam bekakak yang dibumbui dengan sambel jeruk limau memberikan keharuman tersendiri bagi yang mencium aroma makanan yang dibawanya.

Perlahan tapi pasti sampailah wanita tua itu di ujung jalan dan menaiki kendaraan yang sudah menunggu beberapa jam yang lalu. Sopir kendaraan itu dengan sabar menunggu wanita tua itu tiba di mobilnya, mobil itu tidak bisa masuk ke jalannya kaena terlalu kecil jalan yang di sediakan. Dibukakan pintu itu dan naiklah wanita itu ke dalam mobil yang membawanya ke pusat kota.

"Mamak hendak kemana?"tanya sopir itu dengan perlahan sambil menengok ke wanita itu yang agak sdikit kecapaian setelah berjalan jauh dari rumah ke ujung jalan ini. Wanita itu menghela napasnya dan membetulkan posisi duduknya agar lebih nyaman lagi.

"Mamak hendak tengok buah hati mamak yang sudah lama tak pulang ke desa,"jawab wanita tua itu dengan perlahan. "Mamak khawatir buah hati mamak seorang sakit, tak ada yang membantunya,"lanjutnya sambil terus menatap ke depan.

Sopir itu memperhatikan dengan seksama, kasihan sekali mamak ini. Sudah tua tapi harus berjuang sendiri untuk mencari anaknya. Sopir itu kira-kira usian hampir menjelang dua puluan, dan nampak sangat cakap bila tak terkena sinar matahari dan debu.

"Berapa lama mamak tak jumpa dengan anak mamak?" tanya sopir muda itu lagi.

"Yah kira-kira kalaupun dia sudah menikah, nak muda ini cucu mamak. Mamak lupa berapa lama dia pergi tinggalkan mamak,"sambil mengusap airmatanya dengan ujung bajungnya. Wanita itu mengeluarkan sesuatu dari dompetnya. "Ini mamak hanya punya foto ini, sebagai pengoba rindu mamak kepadanya." Sambil memberikan foto itu kepada sopir itu.

Sopir itu mengambil foto yang diberikan, tanpa sengaja dia mengerem mendadak begitu melihat foto itu. Foto lama, tetapi foto itu memiliki kemiripan wajah dengan dirinya. Dan foto inilah yang dipajang di tembok rumahnya.

"Siapa nama anak mamak?"tanya sopir muda itu smbil menjalankan perlahan mobilnya.

"Hilman Aunara Drasta, itu namanya tetapi teman-temannya dulu memanggil nya Hirata, karena wajahnya mirip orang Jepang. Padahal itu adalah singkatan nama dia. Yah kakenya dia memang ada turunan Jepang, dulu mamak menikah dengan tentara Jepang. Setelah Jepang kalah mamak ditinggal dalam keadaan hamil, mamak tidak boleh mengikuti suami mamak ke Jepang saat itu,"cerita Mamak itu panjang lebar.

Sopir itu semakin gemetar mendengar ceritanya dan dia terus menerka-nerka apakah Mamak ini yang sering diceritakan oleh ayahnya yang saat ini sedang sakit keras. Sopir itu terus membawa Mamak itu ke kota dan ke suatu tempat.

"Hendak kau bawa ke mana Mamak ini,"tanya wanita itu sambil menengok kiri kanan.

"Sabar ya Mak. Mamak mau ketemu buah hati mama yang telah lama tak tengok mamakkan?" sopir itu membawa Mamak itu ke suatu tempat di mana dia tinggal.

"Ayo Mak, aku bantu turun. Kita sudah sampai,"kata sopir itu.

Wanita itu masih bingung bagaimana dia bisa tahu buah hatinya yang hilang selama ini. Wanita itu digandeng dan berjalan pelahan menuju rumah yang cukup lumayan besar, sampai di sana ada beberapa kendaraan umum yang parkir. Sopir muda itu terus membawanya hingga sampai depan pintu, dilihatnya seorang yang tergeletak tak berdaya, karena sakit. Orang yang ada di tempat tidur itupun menengok dan menjerit demi dilihat siapa yang datang.

"Mamak, maafkan Hitara,"teriak Hitara tanpa sadarkan dirinya sakit dia lari berdiri memeluk Mamaknya yang masih terpaku melihat buah hatinya. Antara percaya dan tidak percaya, wanita itu memeluk Hirata setelah dia mendengar suara Hirata memanggil namanya dengan logat yang beda. Dua anak manusia yang baru bertemu menumpahkan seluruh airmatanya dalam pelukan.

Hirata terus memegang Mamaknya, sambil berkali-kali mencium kaki ibunya, minta maaf atas kelalaiannya selama ini. Wanita itu dengan lembut mengangkat Hirata yang sakit dengan perlahan dan dibantu sopir muda itu untuk duduk bersama. Mamaknya melihat kondisi Hirata sangatlah memprihatinkan.

"Mamak tak pernah menyalahkanmu, nak. Mamak paham kau ingin hidupmu berhasil, dan kau tak akan pulang sebelum kau berhasil. Mamak rela, mamak ikhlas dengan semuanya. Mamak senang bisa jumpa lagi dengan kau,"katanya sambil mengelus kepala Hirata dengan penuh kasih sayang dan Hirata memeluk Mamaknya dengan erat serasa seperti bayi yang tidur di atas pangkuan ibunya yang penuh kasih.

Ternya itu adlah pelukkan mereka berdua terakhir, mereka saling memeluk dengan erat hingga napas mereka berdua lepas dari tubuh mereka dalam dekapan yang hangat. Hujan turun dengan deras telah menghantarkan mereka dalam pertemuan yang indah dan pertemuan yang terakhir, mereka pergi berdua dalam dekapan kasih sayang yang tertahankan selama ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sedih

24 May
Balas

Terimakasih, bu Puspa, salam literasi

25 May

Ya Allah...sedih banget... Tapi bahagia mereka ketemu. Keren, Bu...

24 May
Balas

Terimakasih bu Emi. Salam literasi.

25 May

Luar biasa.. inspiratif bu

24 May
Balas

Terimakasih, bu Idra. Salam sukses selalu

25 May

Kisah inspiratif yang pilu... Tapi endingnya cukup melegakan hati. Keren keren

24 May
Balas

Terimakasih atas kunjungannya bu Maryati. Salam literasi

25 May

Cerita yang indah.

24 May
Balas

Terimakasih, bu Nurohmah. Salam literasi.

25 May

Sedih..Tercekat tenggorokan ini...ternyata itu pertemuan takdir mereka Keren ceritanya...

24 May
Balas

Alhamdulillah, terimakasih,bu Nurhasanah. Salam literasi.

25 May



search

New Post