Tashliyati

Seorang guru bahasa Inggris yang memilki 3 anak. selalu berharap menjadi yang terbaik bagi keluarga...

Selengkapnya
Navigasi Web

KETIKA ANAK BURUH PABRIK BERSEKOLAH

Banyak penyebab terjadinya perbedaan kemampuan tiap manusia. Bisa jadi sebab keturunan, lingkungan dan lain-lain. Namun sesuai ilmu yang pernah penulis pelajari, pada dasarnya semua manusia memiliki kemampuan yang sama. Tergantung pada orang tua yang akan menuntunnya ke jalan yang baik atau yang jelek. Hal ini menarik perhatian buat penulis untuk mengamati peserta didik yang penulis ajar setiap hari.

Penulis adalah seorang guru di sekolah yang sebagian besar peserta didiknya adalah anak buruh pabrik. Dalam pembelajaran, penulis banyak menemukan kesulitan karena kurangnya minat peserta didik untuk belajar. Sehingga para guru pun harus bekerja lebih keras untuk memotivasi peserta didik. Ketika kami mengamati dan menyelidiki penyebab kurangnya minat peserta didik untuk belajar diantaranya adalah karena kurangnya perhatian dari orang tua.

Rasanya tak percaya dengan kata-kata kurang perhatian orang tua, karena penulis pun memiliki anak yang bersekolah. Tiap hari penulis mengantar dan menjemput sekolah anak penulis serta membelajari saat malam supaya anak penulis bisa mengikuti pelajaran dan mendapat prestasi yang baik.

Namun ketika penulis berpindah rumah dari kota ke desa, ternyata benar adanya bahwa anak-anak buruh pabrik memang kurang perhatian dari orang tuanya. Setiap pagi sosok ibu yang biasanya “ngopeni” anaknya persiapan untuk berangkat sekolah sudah hilang. Buruh pabrik diharuskan berangkat pukul 06.00 dan pulang pukul 15.00, sedangkan anaknya berangkat pukul 06.30 dan pulang sekolah pukul 13.00. Jadi anak-anak buruh pabrik tidak pernah berpamitan dengan orang tuanya saat berangkat dan tidak bertemu orang tuanya pula saat pulang sekolah. Dengan melihat fenomina ini, rasanya wajar kalau anak tidak semangat untuk bersekolah bahkan berani “membolos” tidak berangkat sekolah karena tidak adanya pengawasan dari orang tua.

Bahkan saat malam hari tiba, anak-anak tetangga penulis tidak ada yang belajar, mereka masih saja asyik bermain dengan teman sebayanya atau “nongkrong” di pos-pos ronda. Mungkin orang tuanya kelelahan setelah seharian bekerja, dan besok harus berangkat pagi-pagi lagi. Sehingga tidak sempat untuk “ngopyaki” anaknya untuk belajar.

Sedih rasanya setelah melihat kenyataan yang demikian. Bagaimana anak-anak itu bisa berprestasi dengan baik tanpa adanya dukungan dan motivasi dari orang tua mereka. Namun hal ini dapat dijadikan motivasi bagi para pendidik di sekolah-sekolah pinggiran untuk memberikan perhatian lebih pada peserta didiknya. Sungguh suatu tantangan besar bagi kita para guru untuk dapat menjadikan anak-anak biasa menjadi anak yang luar biasa. Kita sebagai guru harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengantar anak didik kita supaya menjadi anak yang berkompeten dan berprestasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

jadi ikut merasakan apa yang ditulis mbak Lia...bagus mbk..

07 Aug
Balas

Kasihan mereka ya bunda. Orang tua sibuk karena memang tuntuntan "kebutuhan" hidup pula. Jika tidak bekerja, bagaimana bisa mereka memenuhi kebutuhan hidupnya? Disinilah memang sesungguhnya tantangan terberat bagi kita para pendidik. Semoga kits diberi kekuatan oleh Allah untuk menghadapi hal-hal sedemikian. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah...bunda.

06 Aug
Balas



search

New Post