Menjalani kehidupan penuh dengan kemandirian dan keyakinan sendiri di umur menajalani pendidikan Sekolah menengah atas bukanlah hal yang mudah, sesekali melirik kebahagiaan teman sebelah yang pulang sekolah selalu di sambut dengan kehangatan keluarga yang luar biasa membuat diri ini semakin tegar mengahadapi kehidupan.

Mandiri, sendiri bukan berarti bebas, harus punya segala batasan baik finansial ataupun pergaulan, cuma saya masih teringat betapa semangat nya untuk menjalani aktifitass ekolah tanpa di monitoring orangtua, sudah tertanam kepercayaan yang sangat dalam bahwa sekolah itu adalah kewajiban, jika ada hal hal yang sedikit miring mengelabui fikiran untungnya hati masih diberikan ketegasan untuk bilang jangan ikut ikutan. namanya bolos sekolah itu hal yang tidak asing di dengar, atau bakhan sekedar ngemall saat jam sekolah , selain ga ada uang saku lebih tetapi lebih baik menampakan diri di depan guru walapun hanya jadi pendengar setia. hehe yaa kadang ada saja rasa menjenuhkan nya dari pukul 07.00 pagi hingga pukul 15.00 barulah kami pulang sekolah alias keluar dari karantina. tidak patut mengeluh, karena ini memang sudah menjadi keyakinan hati untuk memilih dapat lolos masuk ke Sekolah Unggulan yang sudah lama di impikan . saya menyukai tantangan, makadari itu sejak SMP - SMA basket menjadi ekstakulikuler pilihan, selain melatih fisik juga untuk kebugaran kesehatan .

Siswa siswi di sekolah tergolong dari kalangan elit, tidak sedikit saat antar jemput sekolah bergantian mobil mobil keren berdatangan, bagaimanapun juga saya harus tetap mengkondisikan penuh dengan keyukuran walawpun pulang pergi naik mersi alias merah merah koasi.

tidak sedikit juga cerita tentang tentang pergaulan teman teman yang bebas kesana kesini,wlapun orangtua mereka selalu hadir di setiap harinya, saya termasuk menjadi pendengar setia bukan ikutan ikutan menjadi pengikutnya , karena saya hanya menanamkan kepercayaan kedua orangtua saya yang sudah melatih saya dengan penuh kemandirian .

saat detik detik kelulusan, betapa sibuknya berbagai rangkaian acara untuk perpisahan, betapa bahagianya saya bisa ikut dalam acara perpisahan tersebut yang membutuhkan biaya tidak sedikit. yang sangat membuat saya berbeda saat undangan kehadiran kedua orangtua dalam kelulusan waktu itu , dan saya cukup bersyukur dengan di hadirkan ibu dan kakak dalam acara perpisahan kelulusan , tetesan air mata kebahagiaan dan kerinduan menjadi satu, ketika terlintas dalam fikiran bahwa harus kemana lagi langkah berikutnya setelah lulus ini, sedangkan teman teman yang lain sudah mempersiapkan dirinya matang matang mendaftar Perkuliahan .

Keadaan finansial orangtua saya saat menjelang Saya di bangku SMA sedang dalam ujian yang tidak normal seperti sebelumnya, Ayah saya adalah salah satu karyawan yang di PHK di perusahaannya, dan Perusahaan Ibu Saya pun sedang mengalami penurunan penjualan. Kembali lagi teringat uang dari mana untuk membiayakan saya ke jenjang perkuliahan nanti.

tetapi dengan Percaya diri jika ada teman teman yang bertanya "Tati mau daftar kuliah kemana?" dengan PD nya saya jawab "InsyaAllah Ke Universitas Pendidikan Indonesia" setelah saya mendapat brosur terkait informasi penerimaan mahasiswa baru di UPI , saya tetaap meyakinkan hati untuk mengikuti tes masuk yang di selenggarakan di purwakarta, Kampus PGSD UPI Purwakarta adalah kamous imoian saya, bukan ikut ikutan teman atau pilihan orangtua, Menuju kampus idaman pilihan dari hati dengan bermodalkan keyakinan untuk mengikuti tes seleksi yang bersaing oleh seribu calon mahasiswa dan dengan hasil yang tidak memuaskan, hehe sedih pasti ada tapi kembali lagi rencana Allah pasti lebih Indah.

seindah perjuangan tuk menempuh perguruan Negeribtinggi demi cita cita menjadi seorang Guru.

Tati Farida

Part II