Tati mulyani

Lahir di Sungai Sirah, Pariaman Sumatra Barat 31 Juli 1971. Pendidikan Terakhir, Fisika UNP 90 Tugas pertama di SMP Muara Nasal Bengkulu Selatan (1997_2005) s...

Selengkapnya
Navigasi Web
RUMAH EMAK  (bag 4) tagurhari41

RUMAH EMAK (bag 4) tagurhari41

RUMAH EMAK (bag 4)

 

Mak membawa dua buah tas. Satu sudah sangat kukenal, tas biru berpadu putih tulang, dengan hiasan bunga mawar berwarna ungu muda. Itu tas isinya mukena, dompet kecil dan hape jadul sejuta umat, He He Mak tidak mau mengganti hapenya, untuk apa kata Mak. Kalau Mak mau, aku bisa membelikan. Hasil upahan menggiling padi seminggu cukup untuk membelikan android untuk Mak. Satu lagi tas berwarna hitam, seperti nya ole ole dari Mak Etek Jalil .

 

Aku baru saja ingin mengajak Mak ngobrol tentang keinginan Ajo Ramli untuk mengelola uang nazar Uni Rika. Tiba tiba Etek Emi memanggil Mak. 

 

" Naiak la Mi" ( masuk aja Mi)

Etek Emi, saudara sekampung yang tinggal di ujung dekat mesjid. Ia merawat dua orang cucu yang sudah piatu. Ayah cucunya sudah menikah lagi, dan seakan tidak mempedulikan dua orang anaknya. Etek Emi yang berjuang membesarkan ke dua cucunya. Biasanya kalau ada keperluan, ke Mak  Etek berkeluh kesah. Mak memang tidak tega mendengar kesedihan orang lain, ia sanggup menunda keinginan nya untuk memudahkan orang lain. Seperti yang kudengar sore ini, Mak akan meminjam kan Etek Emi uang satu juta. Ternyata cucu Etek yang bungsu sudah lama mengidap flek di paru paru, karena belum punya uang untuk dirinsen , jadinya belum diobati sebagaimana mestinya.

 

Makku memang begitu, tidak hanya hasil kebon yang ia ikhlaskan , kadang Mak juga menabung segenggam beras. Ini cara menabung orang kampung. Setiap mau menanak nasi, Mak mengambil segenggam dari beras yang akan dimasak, lalu disimpan dikaleng roti. Bila sudah penuh, kadang diantar ke rumah Etek Emi. Kadang dimasak Mak, lalu mengajak anak anak kecil untuk makan di rumah dengan lauk telur balado, aku juga senang melihat wajah sumringah anak anak yang hidungnya berair setelah makan lado goreng.

 

Ternyata dalam kantong hitam yang dibawa Mak, ole ole yang berisi 5 bungkus mie cap ayam telor, kedondong, mangga muda dan salak.

 

" Itu Linda yang maagiah ( memberi)"

Linda anak Mak Etek Jalil yang tinggal di kota Padang, ia juga senang berbagi pada Mak. Buah buahan muda itu biasanya dibuat manisan, lalu Mak akan bawa ke mesjid. Tiap hari Jumat, biasanya ada pengajian ibu ibu. Mak sudah terbiasa membawa buah tangan untuk teman pengajiannya.

 

" Mie ini mau dimasak apa Mak?" tanyaku.

" Nanti buat Jumat depan, Mak bikin mie goreng." Benerkan , Mak senang berbagi. Mak selalu mengingatkanku, berbagi itu akan mendatangkan kebahagiaan. Mungkin Allah tidak langsung membalas berupa materi, tapi Allah akan balas dengan bentuk kebahagiaan yang lain, misalnya diberi hati yang lapang, tidak resah dan gelisah, Allah balas dengan hati yang qonaah, Allah pertemukan dengan teman teman yang baik hati. Dan yang pasti janji Allah , setiap butir yang disedekahkan akan menumbuhkan tujuh tangkai, lalu setiap tangkai akan berbuah seratus butir, itu balasan yang dijanjikan Allah dalam Al-Qur'an. Dan Allah Maha Menepati janji. Itu nasehat yang selalu diulang ulang oleh Mak.

 

Setelah Etek Emi pulang, aku menyusul Mak ke ruang depan.

 

" Mak, tadi Ajo Ramli menelpon, ia minta ditunggu untuk membelanjakan uang dari Uni Rika itu. Katanya, ia yang akan menentukan model rumah. Ia yang akan ke tukang jendela"

 

" Ka pulang nyo?" ( Dia mau pulang?)

" Mungkin Mak, tapi nggak ngomong . Cuma bilang  jangan dulu dibelanjakan uangnya, tunggu ia yang akan belanja".

 

" Kalau baitu, yo wak tunggu la" ( kalau begitu ya kita tunggu).

 

Tidak nampak rona kecewa atau marah di wajah Mak. Itulah hebatnya Makku, pandai manyuruak di lalang salai ( istilah untuk orang yang mampu meredam marahnya). Malah hatiku yang bergemuruh, kala urusan uang ia pengen terlibat. Giliran diminta berpartisipasi ancik dulu ( nanti dulu).

 

#########

 

Benar Ajo Ramli pulang, ia pulang dengan mobil Pajero putihnya. Kelihatan sekali kakakku orang berada. Namun terasa jomplang, Pajero parkir di depan rumah Mak yang masih berdinding papan, dan sebagian masih beratap rumbia. Rumah ini dulu bantuan dari pihak pananggulangan bencana gempa, 11 tahun yang lalu.

 

Ajo pulang dengan istrinya, ada kresek yang ditenteng oleh Kaktangahku ( panggilan untuk istri Ajo). Mereka tidak menurunkan koper bajunya, mungkin mereka tidak berencana menginap di rumah Mak.

 

Mak masih di dapur, manggulai cubadak. Aku baru mau memanggil Mak, memberi tahu Ajo pulang. Tiba tiba Ajo Ramli bersuara.

 

" Yuang, mana rumah yang sedang dibangun tu?"

 

Aku terpana, sudah hilang sopan santun kakakku ini. Kenapa bukan Mak yang ditanyakan nya? Tidak kah ia rindu dengan perempuan yang sudah empat tahun tidak ia jalang ( tidak dikunjungi). Tidak kah ia merasa bersalah pada perempuan yang rahimnya ia tumpangi selama sembilan bulan? Tidak kah ia memendam rasa sayang pada Mak yang telah mengorbankan separuh nyawa untuk membesarkan dan menyekolahkan nya, hingga ia jadi orang kaya. 

 

Aku meneruskan langkah ke dapur, membantu Mak mengaduk gulai.

 

 

 

7 Juli 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ceritanya seperti sinetron yang saya lihat di TV, sukses selalu Bu ... Salam literasi ...

07 Jul
Balas

Oh ya, sinetron apa Bun? Saya sudah lebih 10 tahun nggk nonton sinetron.

07 Jul
Balas



search

New Post