Taufik Elhasybuani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
menulis

menulis "Why Not!!!"

Menulis “Whay Not!!!”

KI HAJAR DEWANTARA

Nama asli beliau Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, seorang anak keraton berjiwa nasionalis, cinta pada Tanah airnya, lahir 2 mei 1889, mengawali karier sebagai seorang penulis di surat kabar, tulisannya banyak dimuat dimedia saat itu. Di STOVIA sekolah dokter bumi putra, menjadi tempat terahirnya menimba ilmu, namun karena sakit pendidikan beliau tak sampai tamat.

Sebagai penulis yang handal, tulisan tulisannya mampu menumbuhkan semangat nasionalisme di jiwa pembacanya, sehingga keluar masuk penjara menjadi agenda rutinnya, sebagai hadiah dari kolonial Belanda. Kuping para Nederlander panas di buatnya, saat itu tiga serangkai menjadi momok yang menakutkan bagi Penjajah Belanda.

Kritik pedas terhadap pemerintah kolonial, yang menjajah, menjarah, dan merusak tatanan kehidupan masyarakat Indonesia. Devide et impera mereka gecarkan agar pribumi pemilik Bumi Pertiwi tidak bersatu, suatu hari Di harian DE EXPRESS beliau menulis, "als ik een nederlander was (seandainya aku seorang belanda) "

"Sekiranya aku seorang belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta pesta kemerdekaan dinegeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan itu, lahir dan batin. Kalau aku seorang belanda, hal pertama yang menyinggung perasaanku dan kawan kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander di haruskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan mereka "

Karena tulisan ini. Karier Mas Soewardi menjadi taruhannya, belanda getar getir di buatnya, Boedi Oetomo yang mereka dirikan tak pernah mendapatkan legalitas hukum, sebagai penghargaan atas jasa jasa beliau pemerintah sesuai SK Presiden RI NO 305 tahun 1959 tanggal 28 November 1959. Setiap tanggal 2 mei di peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda, dan ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa setelah kembali ke Indonesia. Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia. Filosofinya, tut wuri handayani ("di belakang memberi dorongan"), digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia. Ia wafat pada tanggal 26 April 1959.

Tulisan ternyata mampu merubah dunia, tulisan ternyata mampu menjungkir balikkan kenyataan, dan tulisan ternyata bisa menakutkan bagi mereka para NEDERLANDER, pejabat berjiwa bejat, pejabat yang suka memaksa rakyatnya dengan segala model pungutan, pejabat yang suka memakan harta yang bukan hak mereka.

Tulisan bahkan mampu meruntuhkan tembok tembok keras, meluluhkannya menjadi sentuhan cinta dan kasih sayang. Betapa banyak keluarga yang lahir dari goresan goresan cinta, masih ingat era surat menjadi trend. Sahabat pena sebagai media berkomunikasi kala itu.

Mereka yang berjiwa NEDERLANDER akan phobia dengan tulisan tulisan, berisi kritikan, bantahan dan bahkan sebuah usulanpun akan di pandang sebagai kehinaan. Tulisan mampu menyatukan dua insane yang berbeda, dua insane yang bertikai, dua insane yang sedang mabuk asmara. Betapa hebat memang TULISAN.

Bagaimana dengan dunia keguruan, dunia yang mengajari tulis dan baca? Masihkah Para gurunya mencintai Kegiatan ini, ataukah ini hanya bagi segelintir orang saja! Meski tergolong pemula, penulis terus mencoba untuk melatih kepekaan terhadap dunia tulis menulis ini.

Pernah di Media social Facebook, ketika itu Hari Ulang Tahun Kabupaten Kami, Kabupaten Padang lawas, Pemda Geger, bahkan menjadi Rapat Paripurna Mendadak menjadi hujan interupsi karena tulisan yang kami buat di medsos, yang mengkritik pedas terhadap PEmda yang membuat Loga ulang tahun beda kultur budaya dengan daerah kami.

Begitulah tulisan menjadi sesuatu yang sacral, ketika berisi sesuatu yang tepat sasaran, tak jarang karena tulisan tulisan melambungkannya pada posisi yang cukup strategis, satu hal yang mesti kita pahami, ternyata para penulis terlahir dari jiwa kepekaan terhadap lingkungan sekitar mereka. Mereka mampu merangkai, kegelisahan hati menjadi sesuatu yang meneteskan air mata, membakar gelora semangat patriotic, nasionalis. Dan tak jarang menyadarkan mereka yang lari dari jalan keselamatan.

Top of Form

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post