Meluruskan Niat

Setelah melalui perjalanan panjang, satu saat akan sampai pada tujuan sebenarnya. Alam memberi inspirasi, hidup adalah perjalanan. Terkadang menanjak tinggi, menurun curam, butuh kestabilan dalam mengarunginya. Namun perjalanan manusia akan sampai pada titik ahir, yang telah ditentukan oleh Pemilik manusia tersebut.

Disini perlunya seseorang mengingat dan meresapi, tujuan awal dari setiap penciptaannya. Meluruskan kembali niat awal yang rencanakan, meluruskan apa yang menjadi tujuan awalnya. Seperti pembalap Motor, jika sudah lari dari rel utama maka akan berusaha kembali start awal agar tujuan tetap tercapai.

Jika hidup adalah perjalanan, dari satu alam ke alam yang lain. Kenderaan dalam perjalanan ini disebut dengan jiwa, sopirnya bernama akal, Remnya bernama Nafsu. Maka tak ada guna kenderaan bagus jika rem tidak ada, Tak ada guna mobil mewah jika tak menyelamatkan penumpangnya. Hidup akan stabil ketika mampu menggunakan rem tepat pada waktu yang tepat.

Sang sopir harus jeli, sopir harus cerdas melihat dan mendengar segala peluang yang muncul. Karena jalanan tidak akan memberikan kesempatan kedua disetiap perjalanan. Perjalanan tidak akan kembali terulang, selain memberikan pelajaran dan pengalaman.

Jika anda berjalan lihatlah alam sekitar, betapa indah Tuhan ciptkan. Lihatlah kanan kiri, depan belakang, jangan asalan, asal sampai, asal lewat, asal tahu. Buya Hamka pernah mengatakan. " jika hidup sebatas hidup, babi di hutan pun hidup" maknanya, perbedaan perjalanan hidup manusia dengan celeng, terletak pada niatnya.

Setiap Janji akan dimintai pertanggung jawabannya. jadilah Hakim yang adil pada diri sendiri, pada lingkungan dan pada siapapun karena adil itu setengah dari ketakwaan.