Membaca adalah jendela dunia. Wawasan yang luas hanya didapat dengan membaca. Upaya ini harus dilakukan sejak dini, utamanya harus ditanamkan pada diri sendiri selanjutnya kepada orang lain. Penanaman budaya membaca atau sekarang istilah yang lagi marak yaitu literasi sudah sejak lama diterapkan oleh sekolah. Namun karena kondisi pandemi yang terjadi dua tahun terakhir ini membuat sekolah tidak nisa melaksanakan program ini. Sekarang program itu mulai berjalan lagi. Program itu kami sebut dengan Sabuk Libelnit, yang merupakan kepanjangan dari Sarapan buku lima belas menit.

Sabuk libelnit ini dilaksanakan 15 menit setelah bel masuk sekolah berdering. Siswa membaca buku non teks selama 10 menit. Buku yang dibaca siswa sudah tersedia di pojok baca yang ada di dalan kelas masing-masing. Dalam waktu sepuluh menit itu siswa membaca buku yang dipilihnya dan berapapun halaman yang mereka baca. Sisa waktu 5 menit itu mereka gunakan untuk menuliskan kembali apa yang dibaca menggunakan bahasa sendiri. Hasil tulisan mereka dikumpulkan dalam sebuah buku khusus. Target yang ingin dicapai adalah dalam satu bulan mereka sudah bisa membuat tulisan. Waktu 1 bulan ini ditentukan berdasarkan rotasi buku yang ada di pojok baca oleh pustakawan sekolah.

Selain program Sabuk Libelnit ini, siswa melakukan kunjungan ke perpustakaan sekolah seminggu sekali. Siswa berhak pinjam 1 buku dalam waktu satu minggu dan dikembalikan lagi ke perpustakaan. Dengan program ini diharapkan dapat meningkatkan dan menggairahkan budaya membaca siswa. Program ini bertujuan untuk meningkatkan daya nalar siswa. Tentunya upaya ini harus terus ditanamkan pada mereka sebagai bekal keterampilan berbahasa yang mereka miliki untuk masa depannya. Semoga program ini terus ditingkatkan dan bisa merangsang inivasi baru demi kemjauan sekolah