Taufik Hikmawan Yudistira

Seorang Guru Kimia suka main bola, baca-baca, kadang-kadang nulis juga Bisa dihubungi di: Facebook: Taufik Hikmawan Yudhistira Blog : https://tama...

Selengkapnya
Navigasi Web

Generasi Warung Kopi

Terakhir kali aku bertemu dengannya sekitar 6 bulan lalu. Simson, seorang anak suku Dayak yang cukup istimewa dihadapan guru dibandingkan kawan sesama Dayaknya. Pernah suatu waktu mengatakan pada saya bahwa keinginan dia setelah lulus bukan untuk bekerja tetapi ingin membangun usaha. Padahal godaan untuk kerja di perusahaan sawit dan ataupun tambang sangat menggiurkan. Khusus untuk tambang boleh dikatakan menjadi primadona tujuan kerja lulusan SMA atau SMK di daerah kami. Adanya perusahaan asal China yang berkonsentrasi di bidang pengolahan alumina terbesar se Asia Tenggara menjadi sebuah idaman bagi masyarakat di sini. Untuk lulusan SMA/K saja, mengalahkan gaji PNS golongan III.a.

Sepanjang dia menjadi murid SMK kami, bisa dikatakan nihil bolosnya. Aktif dalam pembelajaran dan antusiasme yang tinggi ditunjukkan setiap guru yang datang untuk mengajar. Secara sikap rata-rata orang Dayak yang datang dari perhuluan mempunyai sikap sangat hormat dan santun terhadap gurunya. Mempunyai antusiasme belajar yang baik dan kepatuhan yang cukup bagus.

Sore ini bersua dengan Simson yang ternyata sedang membuka warkop (warung kopi) di sebuah ruko di depan rumah kami. Dia pun menyapa saya dari kejauhan disaat saya menyapu halaman rumah. Tak pernah saya bayangkan ternyata dia memang benar-benar mengejar cita-citanya menjadi seorang wirausaha. Padahal, terakhir bertemu dia masih menjadi bagian dari sekolah ditugaskan untuk menjadi satpam sekolah. Ya, setelah kelulusannya berselang satu tahun, dia kembali ke sekolah untuk bekerja sebagai satpan sekolah. “Itung-itung cari modal untuk usaha Pak.” kata dia di hall sekolah saat itu.

Warung kopi menjadi pilihan usahanya karena hampir sebagian besar masyarakat di sini adalah penggemar kopi. Tua, muda, wanita apalagi laki-laki memang penggemar kopi. Di setiap aktivitas mereka tak luput dengan kopi. Selamatan, jamuan tamu, suguhan di kantor hampir bisa dipastikan kopi selalu tersedia. Nampaknya peluang ini akan dimanfaatkan Simson, walaupun sebenarnya di sini pun juga sudah banyak warung kopi yang lain. Tetapi tekadnya memang bulat untuk berwirausaha, barangkali dia pun mempunyai inovasi tersendiri sehingga mau bersaing pada bisnis yang sudah jamak dijalankan orang lain.

Anak muda khususnya SMA/K tempat nongkrongnya adalah warung kopi kalau di sini. Ini menjadi masalah jika dilihat dari sudut pandang waktu dan kebiasaan. Ketika di malam hari, kebanyakan bukanlah dijadikan waktu belajar tetapi banyak nongkrong di warung kopi. Kebiasaan ini menjadikan mereka terbiasa dan menjadi biasa saja untuk sekolah, sehingga motivasi belajarnya sangatlah rendah.

Karena mereka lebih asyik untuk ngobrol, wifi gratis, dan ngegame online. Ketika di pagi hari, mereka datang dengan mata sayu. Mengantuk dan tak bersemangat untuk mendengarkan pelajaran. Motivasi belajar sangatlah rendah. Kalau boleh saya perkirakan, jika dalam satu kelas terdapat 30-an siswa, hanya 5 orang yang mempunyai motivasi belajar yang bagus. Selain itu hanya biasa-biasa saja, bahkan ada juga datang ke sekolah hanya menggugurkan kewajiban dari orang tua. Dapat uang saku, masuk kelas, ngobrol dengan kawan, ngantuk, ngelantur, ke kantin kemudian balik sekolah. Itu rutinitas mereka yang biasanya dilakukan oleh anak-anak penggemar warung kopi di sini. Entah kalau di tempat lain.

Tapi apapun itu, ternyata sangatlah sulit untuk memberikan motivasi belajar bagi mereka. Karena budaya yang sangat mendukung hal itu. Sedangkan orang tua tidak terlalu mempermasalahkan kebiasaan anaknya nongkrong di warung kopi. Sehingga sinergi antara sekolah dan orang tua kadang terputus di sini. Memang kebiasaan ini terdapat pengecualian kepada orang tua tertentu yang memang mengutamakan pendidikan anaknya. Tetapi hal ini sudah berlaku sangat umum sekali, sehingga prosentase yang benar-benar termotivasi untuk belajar jumlahnya cukup sedikit.

Saya pun tidak bisa menyalahkan Simson karena membuka warung kopi yang membawa mudharatnya bagi anak SMA/K berkaitan dengan belajarnya. Dia hanyalah orang yang ingin melanjutkan hidupnya melalui kaisan rejeki lewat warung kopi. Sedangkan para pemuda generasi warung kopi inilah yang seharusnya secara bijak menyikapi keadaanya. Terdapat tanggung jawab yang seharusnya diselesaikannya dibangku sekolah secara baik. Sehingga harapan orang tua dan cita-citanya bisa terwujud dengan perjuangan yang maksimal pula.

Salam.

05/01/2019

Kendawangan

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post