Menikmati Sore Waktu sebelum Malam Merangkulmu
Menikmati Sore Waktu
Tiada yang tahu apakah ia akan sampai hingga sore hari. Sebagaimana diingatkan pula, bahwa seseorang bisa beriman saat pagi lalu kafir di sore harinya.
Sore seperti perantara yang jujur dan penanda waktu yang penting. Seakan semuanya dapat diterjemahkan dengan sore yang menjelang. Maka wajar, ada Sumpah dalam Kitab Suci Alquran, salah satunya dengan terminologi waktu Ashar, sore hari. Jadilah ia semacam hasil "perasan" dari waktu waktu sebelumnya.
Sore bisa hadir dengan warna lelah yang beragam, atau gejolak was was yang menggoda. Tentunya setiap kita ingin membayar sore dengan harga setimpal. Harga dari eksistensi, karya ataupun komitmen terhadap prinsip.
Tanpa harga yang setimpal, waktu yang terlewat tak akan berulang. Dan kita menunggu malam, gerbang mati kecil, yang lebih rahasia dari sekadar waktu sore.
Taufik sentana.Sedangkan menyusun buku puisi "Password Kebahagiaan"
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Selalu menawan dan penuh makna. Sukses dan lancar karya Pak Taufik...
Maksudnya pak Taufik...aku belum paham dengan penanda di sore hari ini?
Waktu sore kan transisi buk, diantaranya begitu...seperti usia kita juga... Terima kasih, buk.