Taufiku

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kadis; Guru Membaca atau Pensiun Dini

Kadis; Guru Membaca atau Pensiun Dini

Ratusan guru SD dan TK sumenep mengikuti workshop literasi di Aula SMA PGRI Sumenep, Sabtu, (18/2). Kegiatan ini diawali dengan launching Rumah Literasi Sumenep (RULIS) oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep, A. Shadik.

Dalam sambutannya A. Shadik mengatakan bahwa guru tidak bisa dipisahkan dari kegiatan membaca dan menulis. Untuk naik tingkat seorang guru harus membuat karya tulis ilmiah (KTI). Semakin tinggi tingkat seorang guru semakin banyak jumlah KTI yang harus ditulisnya.

“Untuk bisa menulis seorang guru harus membaca. Guru berhenti membaca sama halnya dengan pensiun dini,” terang kadis murah senyum ini.

Acara ini berlangsung dua hari Sabtu dan Minggu. Much. Khoiri yang menjadi nara sumber pada hari pertama menyatakan bahwa Sumenep merupakan gudangnya penulis. Sebagai penulis produktif, Khoiri berbagi pengalaman menulis dengan peserta. Tantangan-tantangan bagi penulis pemula ia paparkan berikut solusi untuk mengatasinya. Diakhir pembicaraannya, peserta mendapat tugas untuk membuat tulisan dengan tema Budaya Madura.

Di hari kedua peserta disambut cerpenis kawakan M. Shoim Anwar. Ia memaparkan kiat-kiat menulis cerpen yang hidup. Membangun latar yang detail dengan perpaduan dialog dan narasi. Membentuk karakter tokoh yang kuat serta memilih tema yang sesuai dengan segmen pembaca.

Selama berbicara di hadapan peserta, Mas Shoim dua kali merangkai cerita pendek yang harus dilanjutkan oleh peserta. Tentu saja ending cerita setiap peserta berbeda. Cerita pertama berupa cerita anak. Latar tempat yang diambil adalah sebuah desa yang ada di kecamatan Kota yaitu desa Pabian.

Pada cerpen kedua Mas Shoim memberikan contoh cara bercerita yang baik. Ia memperagakan ibu yang histeris sambil berguling-guling di lantai. Berulang kali tepuk tangan peserta membahana di ruangan bernuansa hijau itu, mengapresiasi peragaan yang memukau.

Di segmen terakhir Penyair muda M. Fauzi memprovokasi peserta untuk berani meracik puisi. Satu persatu peserta untuk membuat satu kalimat puisi yang dilanjutkan peserta lainnya hingga menjadi satu puisi. Ia menyebut kegiatan tersebut dengan tadarrus puisi.

“Workshop ini lebih dari yang saya perkirakan,” tutur Widayanti salah seorang peserta yang khusuk selama mengikuti pelatihan.

Ketua Panita, Syaf Anton merasa senang dan bangga ketika melihat para guru berani menulis dan membacakan karyanya di depan.

“Tugas tulisan mandiri dari penyaji yang belum dikumpulkan segera kirim via email,” pungkasnya mengingatkan peserta.

Oleh : Taufiqurrahman

Guru SDN Kapedi II

d.a. Desa Tarogan Kec. Lenteng Kab. Sumenep

0813-3422-0479

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post