Taufikurrakhman

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Menyoal Peran Strategis Perpustakaan (Ide Sederhana Pemustaka Milenia)

Menyoal Peran Strategis Perpustakaan (Ide Sederhana Pemustaka Milenia)

Perpustakaan sebagai lembaga penyelia ilmu pengetahuan dan informasi mempunyai peranan yang signifikan terhadap masyarakat penggunanya. Perpustakaan merupakan pusat sumber ilmu pengetahuan dan informasi yang berada di suatu kawasan, baik tingkat nasional, provinsi, kabupaten/ kota sampai dengan tingkat desa.

Menyoal peran perpustakaan, iseng-iseng saya menuliskan ide sederhana, tentang bagaimana idealnya peran strategis perpustakaan dalam kerangka meningkatkan minat baca masyarakat, khususnya di negeri tercinta.

Saya melihat ada dua upaya yang bisa dilakukan oleh sebuah lembaga perpustakaan, dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Kategori yang pertama adalah “faktor penarik”, sedangkan kategori yang kedua adalah “faktor pendorong”. Secara sederhana, faktor penarik ditentukan oleh bagaimana upaya perpustakaan dalam “memoles” dirinya sendiri, sehingga orang mau datang. Tentunya mau membaca. Sementara faktor pendorong ditentukan oleh upaya perpustakaan tersebut dalam merangkul pihak-pihak lain, agar mendorong orang untuk mau berkunjung.

Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan faktor penarik. Pertama, dan yang paling sederhana, adalah bagaimana desain, fasilitas dan lingkungan perpustakaan itu dibuat nyaman dan modern. Jangan harap orang mau datang, kalau gedung perpus seperti kantor pamong desa tahun 40-an. Ditambah koleksi bukunya jadul, serba manual, tidak ada akses internet, meja baca seadanya, ditambah penjaga yang miskin senyum, penataan buku yang amburadul. Ditambah lagi larangan untuk minum dan ngemil di dalam perpus, atau tidak ada kantin di sebelahnya. Terus terang, jika kondisinya demikian, saya sendiri malas. Mending membaca di teras belakang rumah, sambil ngopi dan diiringi lagu kesukaan.

Kedua, program-program yang menarik. Salah satunya dengan bedah buku-buku populer. Untuk mengisinya, bisa mendatangkan penulis-penulis ngetop tanah air, atau penulis-penulis lokal. Tentunya, audiens untuk program-program semacam ini cocoknya adalah pelajar dan mahasiswa, atau yang biasa ‘megang’ buku. Dengan begitu, perpustakaan akan lebih “hidup”, tidak seperti kuil.

Ketiga, perpustakaan yang bisa menjangkau seluruh pelosok wilayah. Contoh yang populer saat ini adalah perpustakaan keliling. Dengan perpus keliling, maka pengelola perpustakaan bisa meminjamkan buku-buku penunjang pelajaran bagi anak-anak sekolah yang tidak punya buku teks.

Keempat, penyediaan literatur-literatur yang relevan dengan kegiatan masyarakat. Pada daerah agamis dan berbudaya tinggi, semestinya koleksi buku-buku yang bisa membantu masyarakat untuk memahami agama dan sosial kemasyarakatan diperbanyak. Juga literatur tentang ekonomi dan perpolitikan. Tokoh-tokoh masyarakat lokal yang jadi anutan, khususnya yang dianggap “piawai” dalam bidang-bidang tersebut, bisa juga membantu meyakinkan masyarakat, agar lebih mencintai perpustakaan.

Ide sederhana yang kedua yaitu tentang “faktor pendorong”. Perpustakaan tentu tidak cukup hanya dengan “memoles” dirinya sendiri, agar orang tertarik untuk berkunjung dan membaca. Dia juga perlu bantuan dari pihak- pihak lainnya, agar ikut mendorong. Berikut ini faktor-faktor yang menentukan.

Pertama, pendidikan sejak dini di dalam keluarga. Budaya membaca, tentu, tidak datang dengan sendirinya. Pembiasaan sejak masih anak-anak jauh lebih baik. Dalam hal ini, keluarga sangat berperan dalam “membentuk” kebiasaan anak untuk membaca. Jika ribuan keluarga melakukan hal yang sama, niscaya tahun-tahun mendatang akan tercipta generasi penerus yang gemar membaca dan hobi nguber-nguber perpustakaan.

Upaya yang bisa dilakukan oleh pengelola perpustakaan sendiri yaitu dengan melakukan sosialisasi. Misalnya, mengadakan event-event tertentu secara berkala yang melibatkan banyak keluarga dari berbagai kalangan. Di dalamnya dilakukan sosialisasi dan promosi pengembangan budaya baca tulis di dalam keluarga. Mahal? Bisa jadi. Namanya juga usaha.

Kedua, lingkungan yang mengapresiasi. Jujur, di satu sisi, saya sendiri kadang malu untuk membaca di dalam angkutan umum, pos kamling, trotoar jalan, di tempat-tempat nongkrong, atau di tempat-tempat umum lainnya. Dengan membaca di tempat umum, akan menciptakan kesan ‘elitis’ dan ‘intelek’, apalagi di tengah-tengah masyarakat yang minim budaya literasi.

Di sisi lain, adik-adik pelajar kita juga membutuhkan contoh dan teladan, agar mereka tidak malu dan sungkan-sungkan untuk membaca, di mana pun berada. Kita perlu lingkungan yang mengapresiasi budaya akademik, khususnya membaca. Dalam konteks ini, peran perpustakaan adalah mengajak seluruh komponen masyarakat, untuk melakukan hal demikian.

Ketiga, peran perpustakaan sekolah. Antara perpustakaan sekolah dan perpustakaan daerah, idealnya, terjadi saling komunikasi dan koordinasi. Sekolah yang belum memiliki perpustakaan sama sekali, bisa memanfaatkan keberadaan perpustakaan daerah, sebagai referensi bagi peserta didik yang membutuhkan. Begitu juga dengan pengadaan event-event bersama, yang turut menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh-kembangnya budaya baca.

Keempat, kerjasama dengan pihak, ormas maupun lembaga daerah. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, peran para tokoh, pendidik, sastrawan, seniman, dan sebagainya, bisa juga menjadi semacam ‘corong’ bagi komunitasnya, agar mereka menjadi terbuka dengan ilmu pengetahuan. Dengan keterbukaan terhadap buku, masyarakat bisa melengkapi pengalamannya dengan ilmu pengetahuan, demi kemajuan mereka, baik secara individu maupun komunitas.

Demikian. Mungkin ide-ide sederhana seorang pemustaka ini masih perlu dijabarkan secara rinci, untuk bisa dituangkan ke dalam langkah-langkah operasional. Wong, namanya juga saya iseng-iseng menulis tentang perpustakaan. []

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post