Taufikurrakhman

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Resolusi Pena (Surat untuk Kawan)

Resolusi Pena (Surat untuk Kawan)

Apa kabar, Kawan? Semoga sehat. Mungkin kau bertanya tentang siapakah saya? Tetapi sungguh itu bukan soal penting yang harus kau ketahui. Bayangkan saja saya adalah seorang teman, yang tiba-tiba saja berkirim surat kepadamu. Bukan surat biasa, tapi surat cinta.

Saya menulis surat ini di suatu tempat dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Mungkin karena terlampau gairah, untuk sesuatu yang nanti akan kau ketahui sendiri. Bahwa ini semua bermula dari ”kata” dan urusan ”pena”.

Baiklah, Kawan. Saya akan memulainya dengan sebuah fenomena tentang dunia pena. Dunia tulis menulis. Bahwa kebanyakan penulis besar memulai karir kepenulisannya dengan catatan-catatan kecil dari apa yang mereka saksikan dan mereka rasakan dalam realitas keseharian.

Mari kita awali dari Newton. Ketika Newton memaklumatkan sebuah teori yang kini dibaca banyak orang, sesungguhnya ia memulainya dengan sebuah penghayatan dan catatan tentang sebuah apel yang jatuh dari sebuah pohon. Kejadian biasa di keseharian. Dan mungkin bukan sesuatu yang aneh bagi orang-orang pada waktu itu, bahkan kita pun tentu akan menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar dan biasa saja. Mungkin kita akan menyebutnya ”alamiah”, lumrah. Mungkin kita akan berkata, ”apa yang istimewa dari sebuah apel yang jatuh?”

Tapi tidak bagi Newton. Ia membuat sebuah pemikiran baru lewat sebuah pertanyaan: Bisakah apel tidak jatuh ke bawah? Ia tidak mempertanyakan; kenapa apel jatuh ke bawah?

Saya tidak akan berbicara teori gravitasi. Saya hanya akan bicara tentang paradigma keilmuan selalu dimulai oleh seorang ilmuwan, filosof atau pemikir dengan pemikiran yang serius dari apa yang terjadi di sekitar kehidupan mereka. Bukankah Nabi Muhammad SAW mendapatkan wahyu juga karena ia begitu banyak mempertanyakan realitas sosialnya. Beliau bergulat dengan banyak pemikiran, sampai akhirnya menerima wahyu dari Tuhan.

Stephen Hawking membuat teori tentang ”lubang hitam” yang menggemparkan itu tak serta merta mewujud begitu saja. Atau juga ketika bagaimana Toni Morisson mendapat penghargaan Nobel Sastra yang diimpikan banyak penulis dunia, sesungguhnya ia memulai semua itu dengan catatan-catatan kecil semasa sekolahnya.

Banyak contoh sebenarnya, yang saya sebutkan tadi adalah contoh dari sedikit orang. Sebenarnya akan lebih adil jika contoh itu diambil dari penulis Indonesia. Baiklah ini contoh terakhir. Saya ambil contoh penulis Indonesia yang fenomenal, yang buku-bukunya terjual dengan oplah yang sangat besar.

Emha Ainun Nadjib adalah penulis jenius karena produktivitas dan style kebahasaannya. Kenapa ia bisa seperti itu? Sebab ia sangat intuitif untuk membuat catatan pergolakan pemikirannya sejak ia masih SMA. Emha selalu menulis di mana saja; di bangku sekolah, di bus, di tempat ia nongkrong, di tempat ramai, di tempat sepi, di tempat suci, sampai di terminal. Dengan cara itu ketajaman intuisinya terlatih. Ia cerdas mencermati dan menelaah permasalahan-permasalahan sosialnya.

Kawan... Pada awalnya mungkin Emha tak tahu buat apa tulisan itu. Perjalanan waktu kemudian membuktikan bahwa catatan-catatan itu bermanfat sebagai bahan-bahan yang sangat kaya dalam tulisan-tulisannya.

Selanjutnya, saya percaya bahwa kau pun bisa berbuat sesuatu untuk dirimu sendiri, keluarga, masyarakat, dan dunia ini dengan menuliskan sesuatu. Tentang apa? Apa saja yang kau rasakan, kau pikirkan, dan kemudian tulis.

Bagaimana memulainya? Tidak terlalu sulit sebenarnya bagi mereka yang serius. Yang penting itu tadi, mulailah dengan membuat catatan pergolakan pemikiran dan perasaan tentang realitas. Tidak melulu harus bertema besar. Ambil saja masalah-masalah kecil yang dilupakan banyak orang, tetapi sebenarnya penting untuk dikaji ulang. Dan ingat, sekecil apapun catatan itu, jangan dibuang. Suatu saat mungkin catatan itu akan menjadi kekayaan kita yang paling berharga.

Untuk yang bersifat teknis menulis, kita sangat diuntungkan dengan perkembangan teknologi. Komputer membuat kerja kita jadi sangat efisien. Tak hanya itu, di era teknologi informasi sekarang ini, tersedia pula fasilitas internet. Dalam hitungan detik, kita bisa mendapatkan berbagai informasi penting yang dibutuhkan.

Menyadari itu semua, kita harusnya malu membaca karya-karya Tan Malaka, misalnya, yang banyak lahir dari gubuk reot, pensil dan kertas buram seadanya. Harus terus berpindah tempat, sampai ikut merasakan dinginnya lantai penjara.

Setali tiga uang, almarhum Kuntowijoyo, saat terserang penyakit meningo encephalitis yang berakibat terganggunya saraf motorik dan memori otak, tapi semangat menulisnya tak pernah padam.

Bagaimana dengan kita, Kawan? Dalam kondisi aman tenteram, sumber daya fisik sempurna, tak ada ancaman fisik dan psikologis, lebih malu kalau masih tetap rabun membaca, lumpuh menulis.

Satu lagi; intensitas dan terus menulis adalah hal yang sangat penting. Artinya di situ kita berani memposisikan diri bahwa kita serius ingin menjadi penulis. Dan ibarat seseorang yang ingin jago dalam memainkan sesuatu maka ia harus sering berlatih.

Oke, kawan. Saya bukan berarti menuntutmu untuk menjadi penulis. Tetapi betapa banyak kemungkinan dalam hidup ini untuk kita lakukan. Dan itu juga karena saya tahu, kau bisa melakukannya.

Inilah yang ingin saya buktikan, bahwa tradisi kreatif harus dimulai kembali sebagai sebuah kesadaran. Tancapkan resolusi 2023: Mari katakan dengan pena! Mulailah dengan menulis; menuliskan apa saja.

Sadarkan dengan pena! Meski harus terbangun sendirian, di tengah bangsa yang amnesia. Setidaknya kita masih punya kesempatan untuk berusaha membangunkan sebanyak mungkin orang, menginspirasi sebanyak mungkin manusia. Itulah yang saya maksud “resolusi pena!”. Sebuah tekad karya kreatif untuk berbuat sesuatu, memberikan sesuatu, pada seseorang di samping kita, pada sesama kita, pada bangsa kita, pada dunia. []

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post