Sahabat Tiara tersebut menyampaikan permohonan maafnya, karena usai mengirimkan pesan beberapa hari lalu Ia tak lagi punya cukup waktu untuk membuka whatsapp. Kesibukan menyelesaikan kuliah telah membuatnya lupa. Husein juga mengabarkan bahwa Ia telah lulus dengan mendapatkan nilai memuaskan. Karena itu, Husein kini langsung diterima bekerja di sebuah perusahaan berskala internasional.

Kabar bahagia dari Husein tersebut turut membuat Tiara gembira. Karena dalam prinsip hidup Tiara, kesuksesan sahabat adalah kebahagiaan baginya. Namun pikiran Tiara menjadi kacau saat Husein juga meyampaikan keinginannya untuk melamar Tiara. Ia tak mampu berucap lagi setelah mendengar keinginan sahabatnya itu.

“Mengapa harus di saat yang bersamaan begini?” Ucap Tiara lirih sambil membatin.

Suasana di malam itu terasa hening. Seakan semua makhluk di bumi terpesona menyaksikan kerlip bintang nun jauh di langit. Mata yang memandangnya akan merasakan suasana hati yang tenang dan tenteram. Namun tidak bagi Tiara. Walau matanya tertuju ke langit penuh bintang, namun pikirannya melayang entah kemana. Tiara memandang kosong dari balik jendela kamar yang sengaja Ia biarkan terbuka lebar.

Setelah merasa lelah berdiri, Tiara kemudian merebahkan tubuh dan mencoba memejamkan matanya. Namun lagi-lagi kalimat yang disampaikan Bu Fatma dan Husein mengiang di telinga Tiara dan membuat matanya tak mampu terpejam. “Apakah Aku harus menolak keduanya, atau memilih salah-satu diantara keduanya?” Tanya Tiara dalam hatinya.