Teti Taryani

Guru Bahasa Indonesia SMKN 1 Kota Tasikmalaya yang terus belajar dan belajar menulis. Berusaha menulis dengan hati dan berharap agar tulisannya bermanfaat....

Selengkapnya
Navigasi Web
Di Tepi Senja (2-Tamat)

Di Tepi Senja (2-Tamat)

(cerpen dua bagian-tamat)

Sore rata membasah berkat gerimis yang berbaris manis. Barangkali karena semangat yang membuncah, para pencari rezeki yang biasa mengisi gerai Kuliner Mambo sudah berjejer rapi. Masing-masing menjajakan makanan yang beragam. Banyak pula penjual yang mengusung jajanan yang sejenis, namun mereka tidak takut bersaing, sebab rezeki sudah memiliki takaran masing-masing.

Sekelompok remaja datang dengan keceriaan yang khas. Canda tawa dan obrolan kekinian menyemarakkan area kuliner yang berwarna-warni.

“Eh, Cong, kau mau cari apa? Aku mau nyoba cireng galfok, nih!” kata seorang remaja berambut keriting ambon.

“Wah, cireng galfok? Apa pula itu, Beth? Aku mau cilok galau, ah! Nyoba yang baru!” jawabnya.

Aku tersenyum mendengar obrolan mereka. Selain terpikat oleh tingkahnya yang kocak, aku juga merasa salut pada penjual milenial yang bisa mengikuti irama pelanggan. Untuk beroleh pelanggan, memang diperlukan berbagai teknik yang memikat untuk menarik perhatiannya. Diantaranya dengan menamai makanan menggunakan istilah kekinian.

“Mau coba tahu cinta, Aa, Teteh?” sapaku ramah pada kedua remaja yang melintas santai.

Keduanya terus berjalan tanpa menoleh sedikit pun kepadaku. Matanya tertuju pada pedagang baru di dekatku. Mereka lantas menghampiri penjual tahu beletok persis di samping gerobakku. Kusabarkan hatiku yang terasa ngilu.

Seiring senja yang mulai menyibak sore, pengunjung terus berdatangan. Beberapa pedagang sibuk melayani pembeli. Sebagian mulai menghitung pendapatan hari itu.

Aku tak kehabisan akal. Kunyanyikan lagu dengan suara merduku dengan harap mereka akan terpesona dan mendatangi gerobakku. Tahu cinta, cimol surya, dan cilor keju siap hidang dan siap bungkus. Semakin aku berusaha, semakin sepi rasa di hati. Tak satu pun yang mendatangi gerobakku. Pengunjung seperti tak melihat keberadaanku. Mereka berlalu begitu saja meski kusapa dengan ramah.

Tiba-tiba kulihat kakak sulungku datang mendekat. Senyumnya tipis. Wajahnya menampakkan kerpihatinan. Mungkin sejak tadi dia memerhatikan usahaku yang tidak menampakkan hasil.

“Kang Amin, kok ada di sini? Damang, Kang? Lama ya, kita enggak ketemu,” sambutku sambil menyalaminya.

Kuingat-ingat, menjelang masuk SMA aku tak pernah bertemu dengan kakakku.

“Alhamdulillah, baik,” jawabnya pelan. “Sudahlah, Yan. Kamu tak perlu jualan. Itu bukan tugasmu lagi.”

Kang Amin menatap area Kuliner Mambo yang mulai sepi pengunjung. Semua pedagang telah berkemas untuk pulang.

“Tapi… keluargaku? Anak-anak perlu biaya untuk sekolah, makan, …,”

Kang Amin segera menyela.

“Itu bukan tugasmu. Ada anak lelakimu yang melanjutkan usaha. Tempat kita bukan di sini. Ikutlah denganku.”

Kang Amin berjalan begitu saja. Dia hampir menabrak orang. Tapi orang itu tak acuh meski Kang Amin melewati tubuhnya. Kang Amin terus bergerak lurus. Dia tak pedul dengan kendaraan yang melintas.

Tubuhnya menembus apa pun yang dilewatinya. Mobil, motor, bahkan dinding pembatas gedung pun ditembusnya dengan mudah. Kuikuti terus ke mana dia pergi. Baru aku sadar, ternyata tubuhku punya kemampuan serupa kakakku.

**

Tamat

Tasikmalaya, 18-3-2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Meski telat di episode pertama tetap keren dan bisa ngikutin alur ceritanya. Keren enin

19 Mar
Balas

Ah arwah penasaran korban pandemi... Keren eniin... Barokalloh

18 Mar
Balas

Wahhh...keren cerpennya bunda Teti....dah meninggal toh. Salam sukses sehat dan bahagia selalu

18 Mar
Balas

Keren menewen bunda. Salam sehat dan selalu bahagia bersama keluarga tercinta. Selamat malam selamat beristirahat. Terima kasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk SKSS dan berbagi kebaikan.

18 Mar
Balas

Luar biasa Bunda penuh inspirasi

19 Mar
Balas

Luar biasa Bunda penuh inspirasi dan

20 Mar
Balas

Ending yang super duper bagus Bunda. Lanjut karyanya lagi. Sukses Bundaku

18 Mar
Balas

Wow..cerpen dua bagian. Arwah bergentayangan. Seru juga nih. Sst..cireng juga ada di daerah itu ya he.he..Salut pada penulisnya.

19 Mar
Balas

Akhir yang menyisakan tanya. Ken banget pokok e. Sehat selalu ya Nin bageur. Barokallah

19 Mar
Balas

Waduhh...seremm ni Enin crt nya tp lanjuutt...

18 Mar
Balas

Cerpennya keren, Bun.

18 Mar
Balas

Cerpennya keren, Bun.

18 Mar
Balas

Keren cerpennya. Salam sehat dan bahagia selalu Bunda.

18 Mar
Balas



search

New Post