Teti Taryani

Guru Bahasa Indonesia SMKN 1 Kota Tasikmalaya yang terus belajar dan belajar menulis. Berusaha menulis dengan hati dan berharap agar tulisannya bermanfaat....

Selengkapnya
Navigasi Web
Jalan Terjal (1)

Jalan Terjal (1)

Tidak biasanya kerudung yang kupasang sedemikian sulit menempati posisi yang simetris. Sudah kuatur berulang kali, setiap kali sisi kanan dan kiri ditarik, bagian atasnya selalu melenceng. Tidak bisa tegak berdiri. Tak simetris di kedua sisinya. Padahal, kerudung yang kupakai berbahan polycotton merupakan gabungan dari polyester dan katun. Teksturnya halus dan lembut, serta tidak mudah kusut. Biasanya, bahan ini mudah untuk dibentuk dan diikat. Entah mengapa kali ini aku harus melipatgandakan kesabaran agar dapat mengenakannya dengan baik.

Kucoba merapikannya dengan bantuan jarum pentul. Kutambah sedikit usapan lembut dan tarikan untuk membangun bentuk yang kuinginkan. Nah, akhirnya, kudapat bentuk yang sempurna. Kuhela napas sejenak sebelum kukunci dibagian bawah dagu dengan sebuah peniti berukuran sedang. Kuputar wajahku ke kiri dan ke kanan. Pas, sudah! Bentuk wajahku yang cenderung bulat jadi terlihat sedikit tirus. Kutambah aksesoris dengan bros berwarna kuning mas berhias mutiara hijau muda, senada dengan kerudung dan gaun yang kukenakan. Aku tersenyum puas melihat hasil pekerjaanku sendiri.

Ya, hari ini aku ingin tampil rapi meski pakaian yang kukenakan tidak jauh berbeda dengan pakaian harian yang biasa kukenakan. Hanya saja, kali ini aku memakainya dengan padu padan yang manis. Baju dan kerudung dengan warna senada. Warna hijau memang kesukaanku sejak kecil. Membuatku semakin percaya diri.

“Apih, coba lihat. Gimana penampilanku? Terlalu ngejreng, enggak?”

Kuputar tubuhku di hadapan paksu yang tengah menunggu di ruang tengah sambil memandangi gawainya. Kudengar I Love You lagu lama yang jadi favorit kami berdua mengalun merdu dari Sofie, penyanyi tahun delapan puluhan. Dia telah rapi dengan baju batik yang cukup elegan.

Mendengar pertanyaanku, Agan segera menoleh. Ya, sejak kukenal dulu, kupanggil paksu dengan panggilan orang Sunda pada umumnya, Aa. Dirangkai dengan namanya, Gani Hidayat, maka saat kurangkai jadilah Aa Gan. Lama-lama Aa Gan memendek jadi Agan. Hingga kini melekat jadi panggilan kesayangan yang sangat praktis.

Namun, setelah lahir dua putriku dan mereka memanggilnya ‘Apih’ maka panggilanku pun sering berubah mengikuti panggilan mereka. Sesekali ‘Apih’, sewaktu-waktu kupanggil ‘Agan’.

Matanya membulat dengan bibir membuka. Ha, dia memang suka melucu sebagaimana sejak kukenal dulu hampir tiga puluh tahun silam.

“Ckckck… emang Amih mau acara apa? Tampilannya wow banget!” katanya seraya mengacungkan dua jempol.

“Yang bener! Jangan sampai bikin malu Agan. Di reuni ini amih pengen terlihat seger.”

“Lha, emang Amih seger. Fresh from the oven! Cantik banget!” lanjutnya berdiri lalu mendekatiku sambil membisikkan sesuatu. Napasnya mengembus menyentuh pipi.

“Eiits, jangan cari kesempatan. Ada anak-anak, tuh!”

Kualihkan pandangku ke arah pintu kamar Nella dan Nesya. Keduanya telah siap dengan gaun warna kesukaan masing-masing. Nella suka warna pink lembut, sedangkan Nesya biru pastel. Keduanya memelototkan matanya lalu tersenyum menggoda.

“Yee… Apih, mau ngapain? Kami belum tujuh belas, nih! Masih beberapa bulan lagi!” kata Nella.

“Waspadalah! Waspadalah! Ingat, orang tua harus ngasih tontonan dan tuntunan yang bener!” lanjut Nesya dengan telunjuknya yang bergerak-gerak.

Layaknya Upin Ipin, kalau sedang bicara, keduanya saling menyahut.

Kutatap mereka, sumber kebahagiaanku, dengan senyum. Kuajak semuanya untuk menghadiri reuni SD Rahayu, tempatku sekolah dulu.

Ide reuni Angkatan SD telah mengemuka sejak beberapa bulan lalu. Ada saja kendalanya hingga belum bisa menentukan waktu yang disepakati bersama. Syukurlah, pada saat long weekend minggu ini, Tentri, kawan SD yang berhasil menjadi pengusaha sukses, menginisiasi sekaligus menanggung seluruh biaya reuni ini. Dia meminta semua hadir dengan membawa serta anggota keluarga.

Bagi keluarga yang datang dari luar kota, disediakan tempat menginap di hotel miliknya. Reuni ini sekaligus dalam rangka peresmian hotelnya yang kesekian dan siap beroperasi di kotaku. Sebelumnya, Tentri juga menggelar reuni untuk Angkatan SMA dan SMP-nya saat meresmikan hotelnya yang dibangun di tempat berbeda.

Aku sungguh-sungguh mengagumi keberhasilannya. Apalagi kawanku itu suka berbagi kebahagiaan dengan banyak orang. Karena itulah, kuajak keluargaku untuk menghadiri momen yang sangat berharga ini.

**

Bersambung ya…

Tasikmalaya, 27-2-2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masya Allah, cerita Enin selalu menarik, ditunggu lanjutannya.

27 Feb
Balas

Reuni yg ditunggu... Lanjut enin... Barokalloh

28 Feb
Balas

Cerita yg inspiratif bunda

27 Feb
Balas

Terima kasih kehadirannya, Pak.

27 Feb

Reuni yang keren. Sukses Bunda...selamat berbahagia.

27 Feb
Balas

Ide mengalir deras bak air bah. Saluuuut Nin. Ditunggu lanjutannya. Barokallah

27 Feb
Balas

Reuni dan cinta..apakah yang akan terjadinya nantinya ya Teh..hehe..Pasti akan menjadi sebuah novel yang indah.

28 Feb
Balas

Akankah Bakal ada yang CLBK enin hehehe lanjut

27 Feb
Balas

Mantap sekali Bunda cantik kisahnya. Salm sehat dan sukses sll

28 Feb
Balas



search

New Post