Teti Taryani

Guru Bahasa Indonesia SMKN 1 Kota Tasikmalaya yang terus belajar dan belajar menulis. Berusaha menulis dengan hati dan berharap agar tulisannya bermanfaat....

Selengkapnya
Navigasi Web
Jalan Terjal (7)

Jalan Terjal (7)

“Seneng banget, nih!” ujar Yanto sambil tersenyum.

Suami Anis termasuk orang yang tak banyak bicara. Jika tak kenal betul, sungkan rasanya berada di dekatnya. Saat berdekatan dengannya dan kita tidak memulai menyapa, dijamin tidak akan ada percakapan. Benar-benar kontras dengan Anis yang pandai menghangatkan suasana. Masalah apa pun bisa jadi bahan pembicaraan yang menarik. Gaya bicaranya sangat menyenangkan.

Satu hal yang kami maklumi dari karakter sahabat masa kecil ini, dia paling enggan kalau bahan percakapan sudah mengarah pada gibah. Apalagi jika mengomentari kekurangan orang lain. Dengan berbagai alasan, Anis pasti meninggalkan percakapan.

“Iya, nih! Gara-gara soal bobot dan bibit.” Tawa Anis kembali terlukis di wajahnya hingga membuatnya bertambah cantik.

“Kalau udah selesai, kita pulang, yuk! Kasihan tuh, Faris udah ngejemput!” ajak Yanto pada istrinya.

Serentak kami menoleh pada Faris yang disebut dalam pembicaraan. Pemuda itu tengah asyik bersenda gurau dengan dua nakdisku. Melihat keceriaannya, aku yakin mereka terlibat obrolan yang menyenangkan. Serentak, aku dan Anis saling memandang.

“Apa kataku, Rum! Sepertinya kamu harus mempertimbangkan kata-kataku tadi,” bisiknya.

“Bisa jadi, Nis!” jawabku pendek menahan senyum.

Yanto berdehem lalu berjalan menghampiri mereka.

“Kalau udah selesai, kita pulang, yuk!” ajaknya pada Faris.

“Emang, ibu udah selesai?” tanyanya sambil berdiri dari duduknya.

Meski tidak menolak ajakan ayahnya, sekilas tampak keengganan dari raut muka pemuda itu.

“Udah, kok! Ibu udah selesai,” jawab Anis.

“Ya, udah. Ayo pulang,” jawab Faris. Pemuda itu berjalan melewati Nella dan Nesya. Dia mengangguk sopan pada keduanya. Tatap mata kedua anakku tak beralih dari sosok Faris hingga hilang di balik pintu keluar.

Satu per satu kawan masa kecil meninggalkan ruang pertemuan. Sebelumnya, anak buah Tentri membereskan makanan yang masih bersisa banyak dan mewadahinya dalam kemasan cantik. Kami mendapat beberapa bingkisan makanan untuk dibawa ke rumah. Sudah kenyang di tempat, semua mendapat oleh-oleh pula. Semua bahagia dan berterima kasih pada Tentri dan Ronald. Aku pulang paling akhir atas permintaan sang pemilik tempat.

Malam hampir menuju puncaknya saat kami tiba di rumah. Mumpung bisa bepergian dengan formasi lengkap, kami memanfaatkan waktu bersama di malam Minggu. Cuaca cerah dan sejuk sangat mendukung tampilan hiburan nada kenangan yang biasa diselenggarakan di alun-alun. Tua muda banyak yang datang untuk melepas penat menghibur diri.

Sebelum tidur, biasa kubuka dulu gawai. Memeriksa kalau-kalau ada pesan penting.

“Puas ya, kamu melihat keadaanku? Aku yakin betul kalau nasibku sengsara karena kamu. Karena doamu makbul sebagai anak teraniaya sedari kecil. Kalau memang kamu wanita beriman, mengapa tidak mendoakan yang baik-baik? Malah bikin aku menderita seperti ini.”

Berulang kubaca chat dari nomor yang tidak kukenal. Dalam hati aku sudah menduga siapa pengirim pesan ngawur itu. Bagaimana bisa seseorang menyimpulkan isi doa yang kupanjatkan? Kok bisa-bisanya menyalahkan orang lain atas nasib buruk yang menimpanya?

Kuhapus chat lalu kurebahkan diri di samping Agan. Aku tidak ingin mengacaukan malam yang hendak kami lalui bersama. Biarlah orang berpikir apa pun asalkan aku tidak melakukan hal yang dipersangkakannya itu. Aku yakin, dia beroleh garis hidup semacam itu karena ulahnya sendiri. Justru kudoakan agar dia diberi kelembutan hati hingga beroleh hikmah dan keberkahan.

**Masih bersambung ya, Man-teman...Tasikmalaya, 10-3-2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ceritanya selalu apik dan menarik. Ditinggu lanjutannya Teh Enin.

10 Mar
Balas

Cerpen keren enin... Semoga sehat selalu

11 Mar
Balas

Aduh bikin penasaran dan terbawa perasaan aroma khas tulisan ini... Salam literasi Ibu Teti

10 Mar
Balas

Hemmmm masih berlanjut sepertinya, konflik sudah mulai seru nih lanjut Enin

10 Mar
Balas

Waduhh...bersambung pas lg asyek2nya bc...he he...dtggu Enin crt kerennya ini ..sukses sllu

11 Mar
Balas

Selalu keren, sukses selalu Bunda.

10 Mar
Balas

Cerpen yg keren... salam literasi

10 Mar
Balas

mantap keren cadas... cerita keren menewen, selalu menarik, walau dari belakang bs menikmati plotnya...salam literasi sehat sukses selalu Enin bersama keluarga tercinta...

12 Mar
Balas



search

New Post