Theresia sri rahayu

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Ketika Tuhan Ada di Kelas

Ketika Tuhan Ada di Kelas

------------------------------------------

Seorang anak yang sedang belajar di dalam ruangan kelas 4 sebuah Sekolah Dasar (SD), tampak termenung memandangi selembar kertas berisi soal - soal ulangan. Sesekali, tangannya menggaruk - garuk rambutnya yang terjuntai sebatas bahu, poninya hampir menutupi daerah alisnya. Ia berparas manis dan penampilannya sederhana. Hal ini dapat dilihat dari pakaian seragam dan perlengkapan sekolahnya yang terkesan "seadanya". Sekali lagi, ia merapatkan sepasang matanya untuk membaca baris demi baris soal ulangan. Ia meraih pensil dengan hiasan boneka yang sudah pudar warnanya di bagian ujung. Lalu ia mulai menulis jawaban soal tersebut, walaupun jelas ia masih ragu - ragu dari caranya menulis jawaban yang masih memerlukan jeda waktu agak lama, hingga ia selesai. Bel tanda jam istirahat sudah berbunyi. Itu artinya, seluruh siswa harus mengumpulkan pekerjaannya ke meja guru untuk diperiksa. Semua siswa bergegas menuju meja guru sambil berjalan ke luar kelas. Tak terkecuali anak tersebut. Ia pun ikut dalam barisan untuk mengantarkan hasil ulangan mereka pada guru. Tak berapa lama, guru pun memanggil anak tersebut, lalu ia mulai bertanya, mengapa siswa tersebut menulis jawaban seperti itu di soal ulangannya. Salah satu soal berbunyi,"Ceritakan pengalamanmu saat kamu merasa dekat dengan Tuhan !". Lalu, anak tersebut menjawab,"Ketika Tuhan ada di kelas." Bu guru merasa penasaran dengan jawaban anak tersebut, sehingga Bu guru ingin mendengarnya langsung. Anak tersebut menatap Bu Guru dengan penuh suka cita. Matanya berbinar - binar dan ia pun mulai bercerita.

"Saya terlahir dari keluarga kurang mampu. Saya punya 2 orang adik. Kami tinggal di rumah gubuk yang kecil dan sempit. Ayah saya sudah meninggal. Sekarang, ibu menggantikan ayah mencari uang. Sedangkan saya, membantu ibu mengurus rumah, memasak, dan menjaga adik. Sebenarnya saya tidak mau sekolah, tapi ibu bersikeras supaya saya tetap sekolah. Kadang - kadang saya malu masuk sekolah karena baju saya tidak bagus, tas saya robek, dan buku serta sepatu juga tidak ada. Saya selalu berdoa pada Tuhan agar Tuhan menyertai saya saat di sekolah. Agar teman - teman mau bermain dengan saya dan saya tidak malu bermain dengan mereka. Puji Tuhan, "Dia" menepati janjinya. Tuhan ada di dalam kelas. Dia hadir lewat teman - teman yang baik dan selalu mau membantu. Bahkan tak jarang mereka memberikan barang - barang yang saya butuhkan. Buku, makanan, dan lain - lain. Setelah saya berdoa pada Tuhan, saya mendapatkan permintaan itu. Bahkan, ketika Tuhan menghadirkan Bu Guru yang baik dan sabar di kelas kami, saya yakin bahwa Tuhan benar - benar ada di kelas ini. Saya merasa banyak kesulitan belajar. Tetapi Bu Guru dengan sabar membimbing saya. Bu Guru juga menasehati saya agar menerima semua keadaan dengan lapang dada. Sehingga saya mampu bertahan dengan keterbatasan saya. Saya hanya ingin membantu Ibu saya dengan menjadi anak yang baik dan berbakti. Kelak, jika saya besar, saya ingin menjadi guru seperti Bu Guru, yang mendekatkan anak - anak pada Tuhan. Terutama anak - anak seperti saya, yang memerlukan sentuhan, bimbingan, dan perhatianNya."

Bu Guru menatap anak perempuan di depannya. Ia menyeka air matanya yang menetes perlahan. Lalu, ia memeluknya, dan berbisik, "Semoga Tuhan memberkatimu, Nak."

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post