Theresia Sumiyati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Bu Renggo 09

Jalan menuju terminal Simpang Rimbo masih lengang. Pagi itu belum banyak kendaraan yang lalu-lalang. Para penyapu jalanlah yang beraktivitas sepagi itu. Berkat kesetiaan mereka jalan menjadi terjaga kebersihannya. Kalau tanpa mereka masih adakah jalan yang terbebas dari sampah?

Pak Renggo membuka jendela mobilnya. Ia sengaja tidak menghidupkan AC. Ia lebih memilih menikmati fasilitas gratis dari Tuhan. Rasanya ... segar sekali. Ia tersenyum bahagia, masih bisa merasakan sejuknya pagi, panasnya siang, hangatnya sore, dan dinginnya malam. Siapa lagi yang mengaruniakan 4 rasa berbeda itu selain Dia yang Maha Mulia. Tak pernah ia lupakan untuk selalu bersyukur kepada-Nya.

Pak Renggo sampai di tempat tujuan. Sebelum sempat memilih tempat parkir, seseorang telah memanggilnya.

"Pak," sapa lelaki gagah perkasa itu. Wajahnya cerah, pakaiannya rapi. Ia tersenyum melihat Pak Renggo turun dari mobil.

Mereka berdua segera melakukan seremonial dalam sebuah pertemuan. Berpelukan sambil menanyakan kabar masing-masing.

"Lita." Seorang gadis manis berkulit kecoklatan mengulurkan tangannya kepada Pak Renggo. Wajah Pak Renggo sumringah menyambut Lita.

"Krisna tak salah pilih," katanya dalam hati. Gadis berkulit coklat dan berambut panjang itu santun dan ramah.

"Ayo, segera masuk mobil," kata Pak Renggo.

Krisna dan Lita segera menuruti kata-kata Pak Renggo.

"Gak ada yang ketinggalan?"

"Enggak Pak, semuanya sudah dimasukkan."

Kijang hijau itu segera melaju. Lita melihat pemandangan di sepanjang jalan yang dilaluinya. Ada suasana berbeda. Ia melihat di mana-mana ruko. Apa benar ya kota ini dijuluki kota seribu ruko seperti yang dikatakan Krisna beberapa waktu lalu.

"Kris, kita mampir sebentar ke warung ya."

"Oh, ya Pak. Mau beli apa?"

"Nasi gemuk. Tadi ibumu belum masak, sepertinya sedang gak enak badan."

"Oh, sakit ya?"

"Enggak juga sih, paling kecapekan saja." Pak Renggo sengaja tidak memberitahu keadaan yang sebenarnya, bahwa Kris lah yang membuatnya Bu Renggo uring-uringan.

"Kris, aku nanti gak mau nasi gemuk ya," Lita berbisik kepada Krisna.

"Emang kenapa?"

"Aku gak mau gemuk."

"Oalah... ini gak bikin gemuk. Enak kok. Nasi gemuk itu, nasi uduk, sama juga dengan nasi gurih."

Mulut Lita melongo mendengar penjelasan Kris. Sementara Pak Renggo tersenyum melihat dan mendengar suara mereka yang tak lagi berbisik tetapi berisik.

Sementara di rumah, Bu Renggo menunggu dengan gelisah. Bolak-balik ia keluar rumah.

"Bodoh nian aku ini. Kenapa gak telpon saja dari tadi." Bu Renggo memarahi diri sendiri.

Ia segera mengambil gawainya. Mencari nomor telepon Pak Renggo.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpen keren

17 Apr
Balas

Terima kasih sudah membacanya.

17 Apr

Cerber nih!

17 Apr
Balas

Ya Pak. Cobain

17 Apr

Menarik Bunda

17 Apr
Balas

Terima kasih. Semoga tetap tertarik

17 Apr

Sllu kereeenn...lanjut say...

17 Apr
Balas

Terima kasih Mami

17 Apr

Keren banget Bun cerpennya. Sukses selalu buat Bunda.

17 Apr
Balas

Terima kasih Bu.

17 Apr

Cerpennya menarik bu

17 Apr
Balas

Terima kasih sudah membacanya.

17 Apr



search

New Post