Theresia Sumiyati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Bu Renggo 13

Hujan deras baru saja berhenti. Halaman rumah masih basah. Tanaman-tanaman berseri oleh guyuran air dari langit itu. Akan tetapi Bu Renggo tidak merasakan udara tetap panas seperti sebelum hujan tadi. Apalagi ia baru saja menyapu dan mengepel. Keringat bercucuran membasahi tubuhnya, sehingga ia harus mengikat rambutnya dengan karet gelang. Ternyata keringat itu datang sendiri tanpa ia harus mencarinya.

Ia duduk di kursi rotan. Tangannya memegang kipas. Digerak-gerakkan kipas, sedikit demi sedikit rasa panasnya pergi, keringat pun mulai mengering.

Pak Renggo sengaja duduk di samping istrinya. Tangannya memencet remote TV. Acara sepakbola segera terlihat di layar kaca. Pak Renggo memang suka sepakbola. Kadang-kadang ia terbawa emosi oleh permainan bola itu. Ia menasihati pemain sepakbola yang tak berhasil memasukkan bola ke gawang. Pernah juga marah-marah karena di menit terakhir salah seorang pemain kesayangan Pak Renggo malah membuat gol bunuh diri. Padahal apa yang dilakukan adalah sia-sia. Bukankah mereka yang di layar televisi itu tak mendengar suaranya?

"Mas, gak ada acar lain ya di TV?"

"Ada."

Pak Renggo menyerahkan remote itu kepada istrinya. Bu Renggo segera mencari chanel yang disukainya.

"Bu, aku mau bicara serius."

Pak Renggo mengambil celah setelah istrinya menemukan acara TV yang disukainya.

"Apa?"

"Tentang Lita."

"Apa yang mau dibicarakan? Sepertinya ga perlu," Bu Renggo berkata ketus.

Pak Renggo mengambil nafas panjang. Ia berusaha tetap sabar mengahadapi sifat cuek istrinya ini. Ia tak ingin genderang perang berbunyi di rumahnya. Kalau hal ini terjadi pasti ia harus puasa ngomong. Tak ada orang lain lagi yang bisa diajak bicara. Paling-paling hanya si Tamtam, anjing yang pernah dua hari hilang itu akan menjadi sasaran omelannya.

"Kenapa kok gak suka sama Lita?"

"Mas tahu kan dia cuma lulusan SMA? Ga sebanding dengan anak kita."

"Ah, kok gitu sih."

"Ya harus gitu! Ah...sudahlah!"

Pak Renggo diam. Ia memilih tidak melanjutkan pembicaraannya. Ia khawatir terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Biasanya tensi istrinya bisa membubung tinggi. Ia tak mau hal itu terjadi. Apalagi besok rencananya akan divaksin pukul 10.00 pagi, bisa-bisa batal. Pak Renggo mematikan TV, ingin menyegarkan diri dengan air kamar mandi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

23 Apr
Balas

Terima kasih. Salam kembali.

28 Apr

Mantap.

23 Apr
Balas

Terima kasih Pak Guru.

28 Apr

Lanjut, aduh penasaran kenapa sih Bu Renggo gak suka sama Lita?

23 Apr
Balas

Terima kasih Bu.

28 Apr



search

New Post