Theresia Sumiyati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Bu Renggo 16

Bu Renggo menikmati pagi yang cerah. Angin berembus memberi kesegaran kepadanya. Secangkir teh tubruk menghangatkan perutnya setelah semalam tak sempat makan.

"Mas, Krisna sudah kirim kabar belum?" tanya Bu Renggo kepada suaminya.

"Belum, mungkin sedang sibuk."

"Kemarin juga gak kirim kabar?"

"Enggak, telpon ajalah kalau sudah kangen."

Bu Renggo mencari gawainya. Sudah dua hari ia tak menyentuh barang itu. Rasa kantuk akibat vaksin belum hilang benar. Ia merasa ingin tidur terus.

"Mas, tahu di mana HP-ku?"

"Nah, kemarin di mana? Apa masih di tas?"

Pak Renggo ikut sibuk mencari HP istrinya. Bu Renggo ini memang agak pelupa terutama kalau naruh barang.

"Ini," kata Pak Renggo sambil mengulurkan HP istrinya. Ia menemukan barang itu di laci meja.

"Hehehe..., terimakasih Mas."

Bu Renggo segera menelepon anaknya, Kris. Akan tetapi ia tak mendapatkan jawaban, HP Kris sedang tidak aktif.

"Gak bisa Mas."

"Nantilah, tunggu sebentar lagi."

Bu Renggo menuruti usulan suaminya. Ia letakkan HP di meja, kemudian menghabiskan teh tubruk yang tinggal seteguk. Demikian juga Pak Renggo segera meneguk habis kopinya. Suami istri itu menaruh gelas masing-masing ke tempat cucian. Dengan cekatan Bu Renggo segera mencuci gelas itu, ia malu kalau kalah cepat dengan suaminya. Beberapa menit kemudian ia sudah sibuk dengan HP-nya lagi.

"Kris, libur?"

"Iya Bu, 3 hari."

"Tadi ke mana, ditelpon kok gak jawab."

"Oh..., maaf tadi kebelet."

"Kirain ngambek."

Bu Renggo ambil ancang-ancang untuk melanjutkan pembicaraannya.

"Kris, ini penting. Ibu tak mau lagi kamu berhubungan dengan Lita. Masih banyak gadis lain yang lebih baik dari dia. Ibu yakin kamu bisa mendapatkannya. Laki-laki yang baik harus mendapatkan gadis yang baik juga. Nanti anak-anakmu akan baik juga. Kamu itu harus dari bapak ibumu dalam segala hal."

"Tapi Bu..." kata Kris agak takut.

"Gak ada kata tapi. Harus putus!"

Suara Bu Renggo meninggi, kemudian mematikan HP-nya. Ia tak mau dibantah oleh anaknya sendiri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren bunda Theresia cerpennya, salam literasi

29 May
Balas

Terima kasih Bu.

30 May



search

New Post