Theresia Sumiyati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Bu Renggo 3

Bu Renggo

#3

Gracia, gedung dua lantai ini memang sudah sering digunakan untuk acara resepsi pernikahan. Bagi yang tidak memiliki rumah dan halaman luas, yang bisa menampung banyak tamu, di sanalah mereka menjatuhkan pilihannya. Biaya sangat bersahabat dengan kantong kebanyakan orang. Tempatnya pun pantas digunakan.

Halaman yang luas memudahkan para tamu yang akan memarkir kendaraannya. Motor dan mobil bisa leluasa menempatinya. Bahkan bis pun bisa parkir di tempat itu. Kendaraan yang satu ini memang tidak lazim digunakan, hanya digunakan rombongan tamu dari luar kota.

"Ayo Bu, agak cepat. Acaranya sudah mulai."

"Iya," kata Bu Renggo sambil merapikan letak maskernya.

Bu Renggo mengambil pena dari tasnya. Ia sengaja membawa benda kecil itu dari rumah, terutama sejak korona meramaikan dunia. Ia menjaga diri dari virus jahat tak bersahabat itu. Setelah mengisi buku tamu dan menyelesaikan "administrasi" dia menerima sovenir mangkok kecil terbungkus kain biru tipis. "Lumayan untuk wadah sambal," katanya dalam hati.

"Bu, penanya ketinggalan," kata gadis cantik yang menunggu buku tamu.

"Oh, terimakasih," Bu Renggo menerima pena itu sambil menebar senyum meskipun terhalang masker.

Bu Renggo membersihkan tangannya dengan hand sanitizer, demikian juga dengan suaminya. Mereka berdua segera memasuki gedung. Tamu undangan dengan pakaian yang berwarna-warni, melebihi warna pelangi membuat suasana semakin semarak. Semuanya nampak cantik dan ganteng.

Bu Renggo berjalan mendahului suaminya. Ia menginginkan tempat duduk di bagian tengah. Entah mengapa ia memilih tempat itu. Pak Renggo ikut saja dengan kemauan istrinya. Baginya duduk di depan, tengah, atau belakang, tak masalah. Di mana pun duduknya semua mendapat hak yang sama, sepiring nasi dengan segala lauk pauknya. Dalam masa pandemi ini diganti dengan sekotak nasi.

"Mas, coba lihat itu," Bu Renggo berbisik kepada suaminya sambil menunjuk seorang laki-laki berbatik biru. Pak Renggo mengarahkan pandangan sesuai petunjuk jari istrinya.

"Mana sih?... yang dekat tiang?"

"Bukan. Itu nah yang sedang ngobrol sambil pegang HP."

"Oh, rambut keriting?"

Bu Renggo mengangguk. Pak Renggo ingin bertanya lebih lanjut siapa dia, lelaki berbatik biru berambut keriting itu. Akan tetapi ia menunda niatnya, karena pembawa acara mengajak para tamu untuk mengambil sikap berdoa, acara akan segera dimulai.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Oke siap.

08 Apr
Balas

Siaoa ya yang rambutnya keriting. Penasaran jadinya. Ditunggu lanjutannya ya Bun.

08 Apr
Balas



search

New Post