Tini Agustini Rahman

Tini Agustini Rahman, lahir pada 1982 di Cianjur, Jawa Barat. Tugas utama sebagai Ibu Rumah Tangga dikarunia dua orang anak, diberi amanah sebagai tenaga pendid...

Selengkapnya
Navigasi Web

Autobiografi Adik Kembarku

Kembar identik adalah mereka. Rupa yang sangat mirip bagai pinang dibelah dua. Dilahirkan tiga puluh tahun yang lalu secara normal oleh seorang Ibu yang tangguh. Proses persalinan lancar yang hanya dibantu oleh seorang “Mak Paraji” tanpa didampingi Bidan kala itu.

Februari 1992, lahirlah dua bayi mungil berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan 2,7 dan 3,0 kilogram. Lahir dengan kondisi yang baik tanpa kekurangan suatu apapun. Mereka diberi nama Yuda Pebriana dan Yudi Pebriandi. Secara umum yang dilahirkan pertamalah yang menjadi anak pertama.

Sejak bayi, tubuh adiknya sedikit lebih besar daripada kakaknya. Sekilas memang tidak terlihat perbedaan itu. Untuk membedakan mereka Ibuku memakaikan tali gelang sebagai ciri pada salah satunya.

Berebut mainan adalah hal yang biasa, hanya saja adiknya lebih banyak mengalah untuk kakaknya. Salah satu moment yang masih kami ingat dalam memori kami adalah ketika salah-satunya menumpahkan susu bubuk ke lantai untuk dijadikan mainan, sehingga lantai menjadi licin karena susu. Ibuku bertanya “Perbuatan siapa ini?” Mereka saling berebut mengaku bahwa dirinyalah pelakunya. Padahal yang menumpahkan hanya salah-satunya saja. Dari sana kami melihat bahwa sedari kecil mereka sudah saling peduli satu sama lain.

Moment kecil tumbuh kembang mereka tidak banyak terabadikan oleh kamera, hanya ada dalam memori kami. Masa kecil mereka yang selalu berdampingan membuat ikatan batin diantara mereka kuat satu sama lain, bahkan ketika sakitpun keduanya sering sakit bersamaan.

Ibuku yang mengurus mereka sering mengalami kesulitan ketika mereka sakit berbarengan. Aku yang merupakan putri pertama ikut turun membantu mengurusi mereka. Usiaku masih sepuluh tahun kala itu dengan adik perempuanku yang masih berusia lima tahun, saling bahu membahu mengerjakan apa yang bisa kami kerjakan. Bahkan menggendong adik kembarku itu secara bergantian. Kecemasan terpancar diraut wajah Ibuku.

Senyumnya kembali terbuka lebar ketika melihat sosok adik kembarku yang kembali sehat seperti sedia kala. Ibuku yang merasa kerepotan mengurusi ke empat anak-anaknya yang masih kecil mengharuskan ayahku resign dari tempat kerjanya dan berwirausaha membuka warung didepan rumah sembari bersama-sama mengurus keluarga.

Waktu berlalu, saat memasuki jenjang Sekolah Menengah Atas. Mereka lebih memilih Sekolah Menegah Kejuruan dikota Cianjur. Memilih jurusan yang berbeda. Kakaknya di jurusan permesinan dan adiknya di jurusan kelistrikan.

Tiba saatnya melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) kala itu di perusahaan-perusahaan yang mereka pilih. Mereka memilih tempat yang berbeda sesuai jurusannya. Dengan kemiripannya mereka pernah mencoba bertukar posisi, dan semuanya berjalan lancar. Lucunya tidak ada yang menyadari bahwa mereka sebenarnya orang yang berbeda.

Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas, mereka tidak langsung kuliah. Dikarenakan kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan untuk menyekolahkan secara bersamaan. Kala itu adik perempuanku masih kuliah ditingkat tiga dan aku yang masih sebagai tenaga honorer di salah satu Sekolah Menengah Pertama di kota kami, belum mampu membatu mereka dari segi ekonomi.

Pamanku (adik ibuku) yang kebetulan ada di Kepulauan Batam memberikan tawaran kepada mereka untuk bekerja di sebuah perusahaan di sana, dan merekapun terbang kesana mencari peruntungan. Jauh dari orang tua mengharuskan mereka hidup mandiri dan saling bahu membahu.

Awalnya mereka menumpang dirumah Paman. Dikarenakan cukup jauh jaraknya ke tempat kerja dan mereka tidak mempunyai kendaraan sendiri sehingga penghasilan yang diterima lebih besar dihabiskan untuk akomodasi. Mereka pun memutuskan untuk mencari kamar kost yang lebih dekat dengan tempat kerja.

Hidup berdua jauh dari sanak keluarga adalah titik terendah dimana kedua adikku itu merasa lemah. Rupanya kondisi fisik kakaknya lebih rentan daripada adiknya. Sang kakak sering sakit-sakitan mengharuskan sang adik menjaga dan merawatnya. Pernah sesekali adiknya menggantikan posisinya untuk masuk kerja karena seringnya sang kakak izin karena sakit.

Rupanya di tempat kerja kakaknya jauh lebih berat aktivitasnya karena berhubungan dengan permesinan dan membutuhkan tenaga Ekstra. Adiknya tidak tega. Jika diteruskan bekerja disana pun kondisi sang kakak bisa bertambah parah.

Di sisi lain sang adik juga merasakan rasa sakit yang diderita sang kakak. Hanya saja sang adik lebih menutupi rasa sakitnya itu demi sang kakak. Melihat kondisi tersebut akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke kota kelahiran Cianjur dan mencari peruntungan disini.

Beberapa tahun berlalu. Sang adik lebih memilih untuk merantau ke kota Bekasi dan mendapatkan pekerjaan disana. Sang kakak mendapatkan pekerjaan yang tidak jauh dari tempat kami tinggal.

Meski mereka berjauhan namun ikatan batin mereka selalu terhubung satu sama lain. Sering terjadi moment tertentu secara tidak sengaja yang mereka lakukan bersamaan.

Salah satu contohnya ketika adiknya membuat temu janji dengan seorang wanita, rupanya kakaknya pun melakukan hal yang sama dan di jam yang sama pula. Mereka memesan makanan yang sama tanpa mereka tahu satu sama lain sebelumnya, dan mereka baru menyadarinya setelah masing-masing membuat postingan yang sama di status mereka. Masih banyak lagi moment dimana mereka melakukannya secara bersamaan tanpa disadari sebelumnya.

Memasuki masa dewasa. Mereka mulai mencari pasangan hidup. Sempat ku berfikir jika mereka menemukan jodoh dalam waktu yang bersamaan maka akan dirayakan secara bersamaan pula. Namun, kakaknya lebih dahulu menemukan jodohnya. Dengan izin sang adik, kakaknya lebih dahulu menikah dan berselang satu tahun kemudian adiknya pun mendapatkan jodohnya diperantauan sana.

Meski saat ini mereka sudah memiliki keluarga masing-masing, namun diantara mereka tidak ada penghalang untuk saling bahu membahu.

Kondisi ekonomi sang adik lebih baik daripada sang kakak. Karena adiknya berada diperusahaan yang cukup besar dengan penghasilan yang lebih baik pula. Sehingga tak jarang adiknya membantu sang kakak jika kesulitan. Begitu pun sang kakak selalu membantu dalam hal lainnya. Mereka tetap saling bahu membahu jika salah satunya ada yang mengalami kesulitan.

Waktu berlalu kini mereka berusia tiga puluh tahun. Banyak moment indah semasa mereka kecil yang ada di ingatan kami sampai saat ini. Dimulai ketika belajar berjalan, memakai kereta bayi bergantian, memapah mereka jalan berdampingan, belajar berbicara, bermain sepeda bareng, menangis bareng tanpa sebab, menggunakan mainan secara bergantian, memakai pakaian yang selalu disamakan dan banyak lagi hal lainnya yang terekam di memori kami.

Merupakan kebanggaan bisa memiliki mereka yang peduli satu sama lain. Sampai saat ini tidak pernah sekalipun kulihat mereka beradu fisik. Tidak pernah sekalipun kulihat mereka saling membentak, meninggikan suara. Mereka selalu terlihat akur, saling peduli dan saling menyayangi. Semoga mereka terus akur sampai tua kelak. Mereka adalah adik kembarku. Kebanggaan keluarga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

luar biasa bu, keren

03 Jun
Balas

Kembar memang punya ikatan batin yang sangat kuat. Ibu yang hebat, dan kembar yang solid.

03 Jun
Balas

Betul bun.

03 Jun

Terima kasih bu Helvi

03 Jun
Balas

Terima kasih bu Helvi

03 Jun
Balas

Seru bu. Kisah anak kembar tidak membosankan

03 Jun
Balas

Seru bu. Kisah anak kembar tidak membosankan

03 Jun
Balas

Subhanallah, perjuangan seorang ibu yang luar biasa, semoga menjadi anak yang Sholeh dan berbakti kepada kedua orang tua, jangan sia-siakan kedua orang tua

03 Jun
Balas

Aamiin

03 Jun



search

New Post