Part III

Pagi ini Rony dan Rendy berniat mengunjungi sebuah air terjun yang tidak terlalu jauh dari rumah Uti. Mereka memutuskan untuk jalan kaki menyusuri sungai dan hutan kecil. Jalan ini merupakan cara pintas agar lebih cepat sampai. Liburan tahun yang lalu mereka melintasi kawasan ini. Hanya butuh beberapa menit saja untuk sampai di tempat tujuan. Tak lupa mereka membawa tas punggung berisi perbekalan alias logistik agar tidak jajan sembarangan di luar.

“Ren… sudah siap untuk bertualang lagi Boy?” tanya Rony dengan penuh semangat.

“Siap my big Bos,” tukas Rendy sambil mengepalkan tangan.

Merekapun mulai menyusuri jalan setapak di belakang kebun Uti. Setelah beberapa ratus meter melewati kebun, akhirnya menemukan aliran sungai. Ikan beserta bebatuan di sekitarnya terlihat cantik dan menawan. Perjalananpun mereka lanjutkan sebelum akhirnya mereka sampai di tepi hutan kecil yang menjadi batas dengan desa tetangga.

Mereka pun menyusuri hutan kecil itu. Baru beberapa ratus meter mereka menyusuri tempat itu, tiba-tiba Rony seperti mendengar ada orang yang sedang bercakap-cakap. Rony segera menghentikan langkahnya dan menyuruh Rendy untuk tidak berisik alias mengeluarkan suara dengan meletakkan telunjuk di depan mulutnya. Rendy langsung paham dan menghentikan langkahnya. Mereka merunduk di bawah semak-semak agar kedua orang itu tidak mengetahui.

Rony dan Rendy berusaha mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh dua orang itu.

“Der malam nanti jangan lupa akan ada enam kucing dalam karung yang baru tiba dari gajah putih. Tolong kamu siapkan segala sesuatunya. Pastikan tidak ada kucing yang lolos kali ini,” kata seseorang yang perawakannya agak pendek.

“Siap laksanakan BOS, jawab orang yang satunya lagi yang terlihat lebih tinggi namun kurus. Rupanya mereka bercakap-cakap menggunakan bahasa sandi yang hanya dipahami oleh kelompok mereka.