KETIKA SAKIT GIGI

#Tantangan Menulis Gurusiana Hati ke-45

Malam ini masih terasa cenut- cenut. Aku nggak tahu penyebab awalnya. Hingga terasa cenut -cenut sampai sekarang. Memang gigiku ada lubang sih, tapi hanya sebesar jarum jahit, mungkin itu penyebabnya.

Aku jadi teringat sebuah lagu " ...daripada sakit hati lebih baik sakit gigi ini..." menurutku itu suatu pilihan yang sama-sama tidak enak, atau bagai makan buah simalakama. Kalau aku tidak ingin memilih dua-duanya. Semua menyakitkan.

Beruntung, sore tadi dipijiti suami terasa berkurang sakitnya. Hmm...ngalem nich critanya? Begitulah enak-emak. Inginnya diperhatikan. Enggak juga sih! memang bener-bener sakit kok. Ampuuuun ...jangan sakit gigi deh pokoknya. Tidur tak enak makan tak nyenyak. Eh...terbalik ya. Makan tak enak tidur tak nyenyak. Paling enak itu sehat. Sehat itu benar-benar mahal harganya.

Ketika sakit gigi kita dapat merasakan betapa nikmatnya ketika sehat. Sehingga akan timbul rasa syukur kita kepada Allah SWT, karena sedikit sakit yang kita rasakan sesungguhnya adalah cara Allah agar kita selalu mengingatNya. Makanya kita harus senantiasa bersyukur setiap saat agar Allah menambah nikmatnya pada kita. Seperti firman Allah yang artinya," Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim: 7). Semoga kita senantiasa bersyukur setiap saat dalam kondisi apapun, dan bersyukur itu tidak hanya kita ucapkan saja melainkan kita wujudkan bentuk syukur kita dalam praktik kehidupan sehari. Misalkan bentuk syukur kita ketika mendapat rizki, kita bisa bagikan ke anggota keluarga, kerabat, tetangga sekitar, anak yatim dan kaum miskin duafa. Kita berbuat semampu kita. Rizki itu tidak hanya berupa uang. Melainkan semua yang bisa kita nikmati dari pemberian Allah. Ambil hikmahnya, sakit gigi yang saya alami saat ini adalah cara Allah mengingatkan agar tetap bersyukur.

Madiun, 8 Juni 2020