Titin Suryani

Terlahir di Tasikmalaya tanggal 7 Nopember 1968. Waktu SMP ingin jadi penyair, semasa SMA sangat ingin jadi guru Olahraga tetapi akhirnya takdir menjadikannya g...

Selengkapnya
Navigasi Web
MASIH SEPERTI MIMPI

MASIH SEPERTI MIMPI

MASIH SEPERTI MIMPI

Hari berganti hari, hingga pada suatu hari adiknya Al menghubungiku untuk memastikan keberangkatan kami. Saat itu baru kuketahui bahwa semua yang akan diberangkatkan umroh oleh Al sebanyak delapan orang. Selain aku dan bu Nina, ada empat orang guru Al semasa SMA dan dua orang keluarga Al sendiri. MasyaAlloh Al…, betapa pemurahnya kamu. Selarik do'a untukmu, kupanjatkan padaNya.

Rencana keberangkatan kami dirembugkan lewat WhatsApp. Kami sepakat memilih waktu di hari libur sekolah, agar tidak mengganggu tugas kami. Kemudian tiba waktunya kami mengurusi paspor dan vaksin. Selama dalam berbagai proses tersebut, aku masih merasa seperti bermimpi. Hatiku masih bertanya-tanya, benarkah aku akan umroh? Aku masih sering merasa tidak percaya.

Dulu, dalam sholat malamku, pernah aku menangis dalam do'aku ketika keinginan untuk datang ke Baitulloh begitu mendera, yang entah kapan bisa aku laksanakan.

Namun ternyata sebentar lagi keinginan itu akan terwujud lewat kemurahan Al.

Berbagai urusan untuk keberangkatan kami laksanakan bersama-sama. Mulai dari pengurusan pasport, vaksin, hingga manasik. Terus terang saja, selama mengurusi semuanya itu aku masih merasa serasa mimpi. Merasa apa yang dilakukan bukanlah hal nyata.

Bagaimana tidak, dengan biaya keberangkatan yang mencapai puluhan juta, mana bisa aku kumpulkan dalam sekejap. Bahkan belum tentu terkumpul selama bertahun-tahun, mengingat kondisi keuangan kami yang belum lapang. Beberapa waktu sebelumnya, aku dan suamiku tertipu cukup banyak. Dan uang itu adalah pinjaman dari bank. Belum selesai masalah itu, mau tidak mau kami harus berurusan lagi dengan pinjaman bank karena rumah kami yang sudah sangat mengkhawatirkan. Bersambung dengan biaya kuliah anak sulungku. (Mudah-mudahan, suatu waktu kami bisa terlepas dari kondisi ini)

Jadi, anugerah yang jatuh ke pangkuanku ini terus menerus terasa bagaikan mimpi. Kadang aku berpijak pada kenyataan, bahwa memang aku akan berangkat umroh, kadang aku merasa hal itu seperti tidak mungkin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Dunia diibaratkan sebuah ladang. Tempat manusia menanam dan menyimpan. Jika yang ditanam itu baik menurut Allah Swt. tentu hasilnya pun akan dipetik baik. Apa yang dialami Bu Guru Syantik ini adalah buah dari ladang amal kebaikan yang dibalas Allah dengan kebaikan pula melalui tangan muridnya. Sungguh kebahagiaan tak terkira, bisa berangkat ke Tanah Suci atas kemurahan hati Al. Sejatinya, hal itu adalah wujud kemurahan-Nya dalam membalas kebaikan gurunya Al ini. Barakallahu fiik.

16 May
Balas



search

New Post