Tonang Juniarta

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Hati-hati dengan pergaulanmu!

Hari ini, menjelang waktu Dzuhur di sela-sela kegiatan Penilaian Tengah Semester bagi kelas 7, 8 dan Ujicoba UNBK Kabupaten yang ke-2, sengaja saya datang ke salah satu tempat favorit sebagian orang untuk nongkrong. Ya, tempat itu adalah Angkringan atau juga di sebut Hik adalah salah satu tempat favorit untuk nongkrong. Kalau saya datang tentunya tidak untuk nongkrong, melainkan hanya untuk sekedar mencari wedang anget (air minum hangat) yang menjadi menu utama dengan ciri khasnya ada 3 ceret yang ditaruh diatas bara api dari areng (baca:arang). Angkringan pojok stadion Trikoyo adalah tempat yang saya tuju. Tidak banyak pertimbangan, selain hanya karena jaraknya dekat dan kenal mas penjual. Di tempat ini, kelegaan saya rasakan karena tujuan mencari wedang anget plus menghabiskan 2 bungkus nasku (nasi kucing) dan 2 tempe goreng.

Ketemu juga beberapa kolega, ada pegawai kominfo, ada anak SAR, dan masih banyak lagi dengan berbagai latar belakang profesi.

Begitu saya datang banyak anak berseragam putih abu-abu pada datang menghampiri dan menyapa sambil berjabat tangan. Beberapa diantaranya saya masih ingat wajahnya, meskipun tidak semua nama saya ingat. Mereka adalah anak-anak yang pernah saya ajar semasa SMP dulu. Setelah menyapa, mereka kembali menikmati aktivitasnya. Ada yang sedang makan, minum es, bercanda dengan teman-temannya yang sama-sama berseragam putih abu-abu.

Senang saya melihat mereka pada akrab. Jadi ingat semasa saya seusia mereka, 18 tahun lalu. Sambil makan, mau tidak mau saya mendengar apa yang mereka bicarakan. Bukan materi yang berat sih, tapi pastinya adalah percakapan tentang anak muda jaman sekarang.

Ada yang satu hal yang menjadi fokus yang saya dengarkan, yaitu bahasa yang mereka gunakan.

Sedih juga sih sebenernya mendengar bahasa yang mereka gunakan. Ya, mungkin menurut mereka itu adalah bahasa gaul mereka. Tapi bagi saya, yang berprofesi sebagai pendidik merasa sedih. Apapun karena saya pernah mendidik mereka dengan adab, sopan santun, tata krama, dan asas kepatutan seolah telah sirna dari diri mereka dikikis oleh budaya lain. Meskipun awalnya mereka datang menghampiri saya dan menjabat tangan saya sambil senyum dan sapa. Tapi di waktu kemudian mereka tidak bisa menjaga kesantunannya, meskipun saya masih di dekat mereka. Mereka tetap saja menikmati rokok elektronik (baca:Vape) yang digenggamnya, ngobrol dengan kata-kata “gaul” mereka (sangat fasih dan berulang-ulang diucapkan). Tidak hanya satu dua orang yang menggunakan diksi yang cenderung kasar. Dalam hati saya kecewa, sedih. Namun, saya berusaha tidak menampakkannya. Ingin rasanya saya bicara empat mata dan dari hati ke hati dengan salah satu dari mereka. Karena saya memiliki keyakinan, bahwa itu adalah bukan dirinya. Itu seolah adalah diri lain dari anak-anak yang saya pernah mendidik mereka. Saya yakin akan dapat momentum itu (sambil berdo’a semoga Alloh swt memberi ijabah).

Dari peristiwa hari ini, saya berusaha mengerti betapa pergaulan sangat menentukan perilaku. Jika ada diantara kalian yang berada disana waktu tadi di angkringan, membca tulisan ini. sampaikan juga ke teman-teman yang lain bahwa kalian harus tetap menjaga adab, sopan santun dimanapun kalian berada. Bukan karena ada saya atau pak guru yang lain, tapi karena suara hati kalian yang bisa membedakan mana yang baik dan tidak baik, mana yang pantas dan kurang pantas atau bahkan tidak pantas untuk dilakukan atau diucapkan. Itulah yang diajarkan guru kita, orang tua kita. Biarlah kemajuan jaman tetap bergulir mengikuti sunnah-NYA. Tegarlah dalam jati diri bangsa kita sebagai bangsa yang beradab dan memiliki sopan santun yang dapat diunggulkan. Saya tidak memberikan cap negatif kepada kalian, karena saya yakin kalian akan berubah menjadi lebih baik lagi dari hari ini. waktu yang akan mengembalikan kalian kepada rel yang sesungguhnya. Jalan yang sudah ditunjukkan oleh para guru dan orang tuamu! Semoga ini hanya efek sesaat dari tahap perkembangan psikologismu! tapi ingat jangan terseret terlalu jauh, berenanglah ketepian untuk lepas dari hempasan ombak pergaulan yang kadang datang begitu kuat, terlebih disaat dirimu posisi lemah dan butuh pegangan!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post