Konon katanya Ustad Abdul Somad alias UAS selalu menolak menjadi imam shalat ketika berada di daerah yg belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Bukan karena ia tidak mampu, tidak fasih atau merasa tidak layak. Siapa yg tidak kenal dengan keilmuan yg dimilikinya, sudah pasti tidak ada yg meragukannya lagi. Ia menolak semata² karena menghargai dan tidak ingin adanya gesekan ketika nanti ada perbedaan dlm pelaksanaannya. Ia tdk ingin memaksakan makmum utk mengikuti apa yg menjadi kebiasaannya tapi ia lebih memilih mengikuti kebiasaan didaerah itu selama tdk menyimpang dari syariat. Namun ini membutuhkan wawasan dan pengetahuan yg luas agar bisa membedakan mana yg menyimpang dan tidak.

Ini pula yg dicontohkan oleh para wali ketika mendakwahkan Islam ke nusantara yang saat itu sudah menganut agama nenek moyangnya. Mereka tdk langsung merubah secara drastis meski tahu itu menyimpang. Sedikit demi sedikit dengan penuh kesabaran semua yg menyimpang dihapusnya.

Begitupun ketika kita memasuki daerah, komunitas, tempat kerja atau lingkungan yg baru. Seyogyana tidak semena² ingin merubah secara drastis kebiasaan dan aturan yg sudah ada meski kita merasa lebih pintar, lebih mampu dan lebih berkuasa. Karena dengan cara seperti itu justru akan menjadi boomerang diakibatkan kita tdk mengetahui seluk beluk, sejarah dan perjalanan yg sudah dilewati oleh mereka.

Sama halnya ketika guru atau kepsek yg terkena rotasi, mutasi atau promosi. Sudah jelas lingkungan dan komunitasnya pun baru. Harus lebih pandai dalam menyesuaikan dan mengatasi segala persoalan.

Mudah²n kita bisa mempelajari dan menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru. Dan semoga dengan seperti itu terjadi keharmonisan dan perubahan kearah yg lebih baik mudah tercapai. Amin yra.

Wallohu a'lam bishowab.