Dalam sebuah ikatan pernikahan, ada suatu komitmen atas segala perjanjian atau kesepakatan baik yang tertulis maupun hanya sekedar lisan belaka. Kesepakatan ini dihasilkan atas kesadaran dari kedua belah pihak demi keberlangsungan pernikahan tsb. Apabila kesepakatan ini diabaikan karena ego masing², niscaya pernikahan pun tdk akan berlangsung lama. Disinilah kedua belah pihak dituntut utk tetap menjaga kesepakatan tsb apapun itu, meski kesepakatan tsb terkadang bisa berubah tergantung keadaan. Yang penting mereka secara ikhlas menerima segala resiko dari kesepakatan tsb.

Tidak hanya dalam pernikahan, di setiap ada interaksipun, kesepakatan itu harus ada agar hubungan baik tetap terjaga, termasuk dilingkungan sekolah sekalipun. Demi keharmonisan, keteraturan, ketertiban, kedisiplinan dan hal² yang baik maka kesepakatan lebih baik dikedepankan daripada mengeluarkan aturan yang dibuat sepihak oleh sekolah. Terkadang aturan itu dibuat tanpa melibatkan pihak yang menjadi objek sehingga mereka dipaksa utk melaksanakan dan ketika melanggar maka tinggal langsung dieksekusi saja tanpa diberi pembinaan dan penyadaran terlebih dahulu. Mungkin inilah salah satu penyebab kenapa banyak pelanggaran yg dilakukan karena tdk merasa itu adalah sebuah kesalahan yg diperbuatnya. Coba apabila aturan itu mereka sendiri yg buat berdasarkan kesepakatan, mungkin mereka akan sadar atas kesalahannya atau setidaknya merasa malu jika melanggarnya.

Contohnya dalam membuat tata tertib di sekolah, baik mengenai jam masuk, kegiatan sekolah sampai tata krama dlsbg termasuk kbm d kelas, seyogyanya meminta kesepakatan dari siswa, ortu, guru dan semua pihak ttg hal² apa saja yg harus dilakukan dan yg tdk boleh dikerjakan beserta sanksinya .

Mudah²n dengan adanya kesepakatan dapat membuat semua sadar utk tdk melakukan kesalahan. Dan semoga dengan kesadaran dapat meningkatkan kualitas hidup kita. Amin yra.

Wallohu a'lam bishowab.