Kita pernah dibuat kesal oleh seorang politikus muda yang berdebat dengan mantan pejabat senior yang sudah sepuh, meskipun dia merasa menganggap lebih pintar, bersih, mampu dan update karena lebih fresh namun dalam menyampaikannya seolah seperti tidak ada adab berbicara terhadap orang yang sudah tua. Mungkin inilah salah satu alasan kenapa opspek pada jaman dahulu bernuansa seperti perpeloncoan. Karena dengan cara seperti itu, memaksa mahasiswa baru/junior harus bisa menghargai senior sehingga tidak akan ada yang petata peteteng merasa sok jagoan. Dengan digembleng seperti itu tertanam dibenaknya bahwa mereka harus menghormati senior atau yang lebih tua. Minimal ketika berbicara tidak langsung memanggil nama dan dengan nada sopan.

Sejalan dengan itu, dalam Islam pun kita diwajibkan utk menghormati orang (yg lebih) tua. Sesalah²nya mereka, tetap kita harus berkata sopan dan santun. Meluruskan dan menasehati dengan baik². tidak usah dengan frontal, nada yang tinggi apalagi membentak. Meskipun kita dalam posisi yang benar sekalipun dengan pengetahuan, pendidikan bahkan jabatan yang lebih tinggi.

Sama halnya dengan kita di sekolah, meskipun mempunyai pengetahuan, kemampuan, pendidikan bahkan jabatan yang lebih tinggi namun tetap kita harus santun dan hormat kepada para senior atau yang lebih tua dari kita. Karena bisa jadi mereka adalah guru kita, orang tua kita atau kasepuhan kita yg telah berbakti dan mengabdi dengan pengalaman yang dilaluinya. Begitupun dengan murid terhadap guru yang sudah jelas dari segi pengalamannya, maka mereka wajib hormat dan santun kepadanya.

Mudah²n kita bisa selalu santun dan hormat kapada orang yang lebih tua dari kita apapun keadaannya. Dan semoga dengan itu semua, mereka juga menghargai dan mendoakan kita semuanya. Amin yra.

Wallohu a'lam bishowab.