Sudah seminggu lebih aku terpaksa membatasi aktivitasku di luar rumah. Jadwal merumput bersama anak-anak sekolah bola pun juga tak bisa kulakukan.

Sedih rasanya terjebak dalam situasi seperti ini. Karena sejujurnya aku bukanlah golongan orang rumahan yang biasa pulang kantor terus sarungan dan baca koran sambil ngopi.

Jika seharian berdiam diri saja di rumah maka hidupku sepertinya ada yang kurang. Aroma rumput lapangan akan selalu menggodaku untuk mendekatinya. Harum semerbaknya akan semakin khas bila diterpa rintik hujan gerimis. Khas sekali ...dan tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Saking tersiksanya aku dalam situasi ini, maka berbagai upaya terus aku lakukan. Dari Dokter A hingga dokter B semua obatnya sudah kutelan habis. Akan tetapi masih saja raga ini terasa leseh dan lungkrah.

Melihat suaminya klemprak klemprek kaya cucian basah Si Gendhuk nampaknya ndak tega juga. Kemarin malam sambil nonton TV Si Gendhuk memijit punggungku dengan ramuan handbody feat minyak permen.

Dalam sekejap dengan tangannya yang sedikit ngronjal (baca: kasar) Si Gendhuk mulai beraksi. Dari leher hingga punggung dan berakhir di pinggang. Ya hanya sampai di situ. Tak boleh ke bawah lagi. Aku tak ingin sesuatuku kepanasan kena minyak permen.

Setelah aksi ekplosif Si Genduk berakhir ternyata badanku terasa lebih segar dan nyaman. Dan sore ini aku sudah bisa merumput di lapangan hijau Kayuares Pagentan.

Ternyata sentuhan cinta tak akan pernah tergantikan. Dengan kasih sayang dan cintanya Si Gendhuk dapat membuatku lebih bugar. Aku yang sebelumnya klemprak klemprek kini bisa berdiri tegak "Jreng" dan satu gol pun dapat aku buat sore ini bersama Tim Ps. Bupati Banjarnegara.

Suwun ya Nduk Gendhuk ...