Tri Agus Prasetijo

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Sesuap Nasi dan Seuntai Senyum
Bundaku Tercinta ....

Sesuap Nasi dan Seuntai Senyum

Minggu pagi pukul 3.45 Wib aku terbangun oleh bunyi alarm yang berada dekat dari telingaku. Aku sengaja melakukan ini karena takut tidak mendengar alarm jika terlalu jauh. Sambil menunggu adzan, aku menyiapkan kopi hangat buat diminum sehabis mandi pagi. Hari itu aku berniat pulang kampung untuk bertemu dengan kedua orang tuaku. Selesai sholat subuh dan nyeruput kopi hangat aku pun bergegas untuk pulang kampung ke Salatiga.

Seperti biasa si Hitam Legam (Mega Proo Butut) setia menemani setiap perjalananku. Jarak sekitar 125 km dari Banjarnegara ke Salatiga aku tempuh dalam waktu 3,5 jam. Alhamdulillah cuaca pagi itu tidak hujan, meskipun udara dingin tetap saja mampu menembus jaket dan sweter yang aku kenakan saat itu. Kupacu motor bututku hanya dengan kecepatan kisaran 60-70 km/jam. Maklum motor tua dan lagi udara pagi yang begitu dingin.

Setelah beberapa waktu aku nangkring di atas motor, akhirnya sampai juga aku di Salatiga. Kampung Getas Desa Kauman Lor adalah tempat di mana kedua orang tuaku tinggal. Rumahku berada di pinggir kampung dekat jalan raya. Pemandangan sawah nan hijau menghampar di depan rumah. Sungguh pemandangan yang selalu kurindukan. Setelah sampai di dekat rumah aku sempat terkejut dengan adanya tenda di depan rumahku. Ada apa gerangan, sempat aku merasa was-was mengingat kondisi kesehatan ibuku yang sedang naik-turun. Begitu aku sampai dan memarkirkan motor, aku langsung ngacir menuju kamar ibuku dengan tidak menghiraukan orang-orang yang sedang sibuk memasang tenda. Tak kujumpai ibuku di kamarnya, dimana beliau? Aku pun bergegas menuju ruang dapur. Karena aku mendengar sumber suara riuh dari dapur rumah kami. Benar juga, ibuku berada di sana di tengah kerumunan adik adikku perempuan dan beberapa tetangga terdekat. “Waduh masak besar nih, ada acara apa ya bu?” begitu tanyaku pada ibu sambil datang menghampiri beliau untuk sungkem. “Ini ada acara arisan keluarga besan, keluarganya adikmu Agung” begitu ibu menjawab. Kegiatan arisan keluarga besarnya Agung (adik iparku) sengaja diadakan di rumah kami. Kebetulan dia dapat giliran saat itu.

Ketika aku menjumpai ibu di dapur. Ternyata beliau sedang dahar (sarapan pagi). Setelah sungkem secara otomatis aku langsung menyelonongkan wajahku di dekat piring yang sedang ibu pegang. Dan dengan senyuman khasnya aku disuapi bak anak kecil usia 2-3 tahun. Kebiasaan ngrusuhi ibu kalau lagi dahar seringkali kami lakukan bahkan ketika kami sudah agak besar. Aku dapat melihat kebahagiaan di mata ibuku. Memori ketika aku kecil aku coba hadirkan kembali , aku dekatkan lagi agar ibuku kembali ikut merasakan hadirnya memeori itu. Aku hanya bermaksud untuk mengembalikan senyum beliau yang akhir-akhir ini sudah jarang dilakukan. Usia yang tak lagi muda dan kondisi kesehatan beliau nampaknya membuat kebugaran ibuku menjadi agak berkurang.

Semoga hadirku dapat membuat ibuku bahagia, dan melupakan segala permasalahan yang beliau hadapi. Sehat terus untuk ibuku tercinta.... aku akan selalu merindukan senyummu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mewek.....ya mas Bersyukurlah ibu mas Agus masih Sugeng, tengadahkan tanganmu di hadapannya dan memohonlah doa dan ridho beliau karena doa dan ridho ibumu adalah ridho Allah SWT. Doa ibumu...

11 Oct
Balas

Weleh weleeh ...tentu itu. Beliau adalah pelita dalam semua gelapku.

11 Oct

bahagianya Ayah Ibu masih lengkap,saya lahir tiga bulan , Bapak meninggal, jadilah yatim yang dibesarkan single parent yang luarbiasa hebat, meski 6 tahun yang lalu Ibu juga sudah menyusul bapak....jangan sia siakan ortu...beruntung masih punya ladang amal, bahagiakan mereka selagi masih ada kesempatan. ( ich ..malah menggurui ya ...sori Pak Agus)

07 Nov
Balas

So sweat, ingat masa kecil..

09 Oct
Balas



search

New Post