Trianto Ibnu Badar at-Taubany

BAGAIMANA MENULIS ITU? Menulis merupakan pekerjaan yang begitu berat, bahkan dapat membuat orang stress, frustasi, dan kolaps. Bagaimana tidak banyak d...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cerita Dedek, BUnda dan Ayah, 'Bagian 28'

Cerita Dedek, BUnda dan Ayah, 'Bagian 28'

DEDEK BENGONG LIHAT BUNDA DAN AYAH BERDEBAT KISAH PEWAYANGAN

******

 

 

Bunda             : Saya tidak setuju dengan cerita Ayah tentang Dewi Drupadi dengan Pandawa itu…?

Ayah               : Kenapa Bun?

Bunda             : Karena di naskah aslinya di Mahabarata tidak begitu

Ayah               : Kan tergantung dari sudut mana cerita itu kita adopsi

Bunda             : Ya nggak begitu. Karena jelas menyimpang dari naskah aslinya

Ayah               : Terkait dengan kisah pewayangan itu khan banyak sumber Bun. Bisa dari Mahabarata yang ditulis oleh Vyasa Krisna Dwipayana di India pada sekitar 400 SM. Kisah yang semula ditulis dalam bahasa Sanskerta ini kemudian disalin dalam berbagai bahasa. Kitab Mahabharata juga telah digubah dalam bentuk kakawin berbahasa Jawa Kuno oleh para pujangga ternama sejak akhir abad ke-10.

Ayah kemudian menceritakan panjang lebar tentang kisah pewayangan dan sumber ceritanya, Mahabarata sendiri dalam versi aslinya terbagi ke dalam 18 bagian yang disebut parwa. Kedelapan belas parwa ini dikenal dengan sebutan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab).

Ke-18 parwa tersebut adalah: Pertama, Adiparwa yang mengisahkan tentang silsilah serta masa kanak-kanak Pandawa dan Kurawa. Karena keculasan dan watak buruk Kurawa, kedua belah pihak menjadi sering berselisih paham sejak kecil.

Kedua, Sabhaparwa yang berkisah tentang usaha Kurawa untuk membinasakan Pandawa. Karena kalah dalam permainan dadu, Pandawa harus menjalani hukuman dengan hidup dalam pembuangan di tengah hutan selama 12 tahun.

Ketiga, Wanaparwa yang menceritakan tentang suka duka Pandawa ketika 12 tahun hidup dalam pembuangan di tengah hutan.

Keempat, Wirataparwa yang menceritakan tentang penyamaran Pandawa selama satu tahun di Keraton Wirata setelah selesai menjalani pengasingan di hutan.

Kelima, Udyogaparwa yang menceritakan tentang kembalinya Pandawa ke Indraprastha setelah menjalani masa pembuangan. Ternyata, Kurawa tidak mau mengembalikan separuh bagian Kerajaan Hastinapura kepada Pandawa. Kedua belah pihak siap berperang di Kuruksetra setelah upaya damai yang diusulkan oleh Kresna gagal.

Keenam, Bhismaparwa berisi tentang kisah Bhisma yang menjadi panglima perang Kurawa, sedangkan Kresna sebagai penasihat dan pengatur siasat perang bagi Pandawa. Bagian ini juga menceritakan tentang keberhasilan Srikandi dan Arjuna dalam mengalahkan Bhisma.

Ketujuh, Dronaparwa yang menceritakan kisah pengangkatan Bagawan Drona sebagai panglima perang Kurawa. Drona gugur di medan perang karena dipenggal oleh Drestayumna ketika sedang tertunduk lemas tatkala mendengar kabar kematian anaknya, Aswatama. Kitab ini juga menceritakan tentang gugurnya Abimanyu dan Gatotkaca.

Kedelapan, Karnaparwa bercerita tentang pengangkatan Karna sebagai panglima perang oleh Duryudhana. Dalam kitab ini juga diceritakan ketika Dursasana gugur dan kematian Karna di tangan Arjuna dengan senjata Pasupati pada hari ke-17.

Kesembilan, Salyaparwa berisi kisah penyesalan Duryudhana atas perbuatannya dan hendak menghentikan pertikaian dengan para Pandawa. Hal itu lantas menjadi ejekan para Pandawa sehingga Duryudhana terpancing untuk berkelahi dengan Bhima. Dalam perkelahian ini, Duryudhana akhirnya gugur.

Kesepuluh, Sauptikaparwa bercerita tentang pembalasan dendam Aswatama kepada tentara Pandawa. Peristiwa yang menggugurkan banyak tentara Pandawa ini membuat Aswatama menyesal dan memilih untuk menjadi pertapa.

Kesebelas, Striparwa mengisahkan tentang ratapan kaum wanita yang ditinggal oleh suami mereka bertempur di medan perang. Selain itu, Yudhistira diceritakan menyelenggarakan upacara pembakaran jenazah bagi mereka yang gugur dan mempersembahkan air suci kepada leluhur.

Keduabelas, Santiparwa yang diceritakan pertikaian batin Yudhistira karena telah membunuh saudara-saudaranya di medan perang. Akhirnya, ia diberi wejangan suci oleh Resi Byasa dan Sri Kresna, yang menjelaskan rahasia serta tujuan ajaran Hindu agar Yudhistira dapat melaksanakan kewajibannya sebagai raja.

Ketigabelas, Anusasanaparwa berisi kisah penyerahan diri Yudhistira kepada Resi Bhisma untuk menerima ajarannya. Bhisma mengajarkan tentang ajaran Dharma, Artha, aturan tentang berbagai upacara, kewajiban seorang raja, dan masih banyak lainnya.

Keempatbelas, Aswamedhikaparwa berisi kisah pelaksanaan upacara Aswamedha oleh Raja Yudhistira. Selain itu, bagian ini juga menceritakan tentang pertempuran Arjuna dengan para raja di dunia, kisah kelahiran Parikesit yang semula meninggal dalam kandungan karena senjata sakti Aswatama, tetapi dihidupkan kembali oleh Sri Kresna.

Kelimabelas, Asramawasikaparwa berisi kisah kepergian Drestarastra, Gandari, Kunti, Widura, dan Sanjaya ke tengah hutan untuk meninggalkan dunia ramai. Mereka juga menyerahkan takhta sepenuhnya kepada Yudhistira.

Keenambelas, Mosalaparwa yang menceritakan kisah Pandawa dan Drupadi yang menempuh hidup "sanyasin" atau mengasingkan diri dan meninggalkan dunia fana.

Ketujuhbelas, Prasthanikaparwa yang menceritakan kisah perjalanan Pandawa dan Drupadi ke puncak Gunung Himalaya, sementara takhta kerajaan diserahkan kepada Parikesit, cucu Arjuna. Dalam pengembaraannya, Drupadi dan Pandawa (kecuali Yudhistira) meninggal.

Kedelapanbelas, Swargarohanaparwa yang menceritakan tentang kisah Yudhistira yang berhasil mencapai puncak Gunung Himalaya dan dijemput untuk mencapai surga oleh Dewa Indra. Dalam perjalanannya, ia ditemani oleh seekor anjing yang sangat setia dan menolak masuk surga jika disuruh meninggalkan binatang itu. Anjing tersebut kemudian menampakkan wujudnya yang sebenarnya, yaitu Dewa Dharma.

Bunda      : Bunda sudah hafal Ayah, bahkan sudah beberapa kali malah hampir 100 kali

Ayah        : Tapi ingat Bun. Itu baru satu versi. Karena banyak sumber yang lain tentang kisah pewayangan. Ada Kitab Bharatayudha yang berisi kumpulan cerita pada zaman Brahmana yang terjadi antara tahun 400 SM sampai 400 Masehi. Bharatayudha dalam versi bahasa Jawa digubah oleh Empu Sedah dan Panuluh pada tahun 1157. Cerita yang ditulis adalah tentang peperangan Pandawa dan Kurawa gubahan atau bagian dari dari Mahabharata. Belum lagi Kitab Paramayoga karya pujangga besar kerajaan Surakarta, R. Ng. Ronggowarsito. Kitab ini menceritakan asal-usul Bani Jawi yang menyambungkan dari Kitab Mahabarata yang telah disesuaikan dengan syariat Islam yang mana Bani Jawi dalam Kitab Pramaramoga merupakan keturunan dari para Dewa. Namun para dewa dalam kitab ini berbeda dengan kepercayaan Dewa bagi pemeluk Hindu. Dewa dalam Kitab Paramaoga merupakan keturunan Nabi Adam melalui Nabi Tsis. Jadi Dewa dalam Kitab Paramoga merupakan trah Adam yang telah mencapai derajat tertentu, dan bukan perwujudan dari Yang Maha Tinggi (God).

Bunda hanya diam saja. Memang sebenarnya Bunda sudah banyak membaca berbagai buku pewayangan selain juga memang Bapak juga telah menceritakan kisah-kisah tersebut sejak Bunda Kecil. Selain itu Bunda sendiri memiliki kelebihan mampu membaca Huruf Palawa dan Bahasa Sansekerta. Jadi buku-buku Jawa Kuno pun yang berbahasa Sansekerta dan huruf Palawa mampu Bunda terjemahkan. Hanya saja memang Bunda lurus-lurus artinya Bunda dalam kisah pewayangan selalu menggunakan sumber aslinya yaitu Kitab Mahabarata asli India. Sementara Ayah menggunakan berbagai sumber yang ada. Belum lagi kisah pewayangan dalam versi pedalangan. Karena setiap versi pedalangan atau Gagrak juga menceritakan berbeda. Sementara saat ini di Jawa saja terdapat banyak Gagrak pewayangan seperti Gagrak Surakarta, Gagrak Yogyakarta, Gagrak Klatenan, Gagrak Banyumasan, Gagrak Cirebon, dan Gagrak Jawa Timuran. Belum lagi pewayangan Bali, Wayang Sunda, Wayang Palembang, Wayang Banjar, Wayang Sasak (Lombok), dan wayang Betawi – yang tentunya memiliki cerita yang berbeda dari cerita aslinya (Babonan). Cerita demikian biasa disebut dengan Cerita Carangan. Semua itu semakin menambah kazanah cerita pewayangan yang ada.

Dengan demikian bagi Ayah tidak ada yang salah terkait dengan cerita pewayangan tergantung sumbermana yang digunakannya. Sementara Bunda berpegang dan bersikukuh pada sumber aslinya. Jadinya JAKA SEMBUNG lah ….

Sementara Dedek dari tadi memperhatikan diskusi kedua orang tuanya hanya bengong saja. Tapi Dedek pun mampu mencernanya, terbukti dia manggut-manggut. Malasalahnya masih kurang jelas. Manggut-manggutnya Dedek itu tahu, atau malah bingung …. Hehehe.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya kayak Dedek, manggut2 bingung haha.... Makasih ulasannya, Pak. Jadi tambah pengetahuan pewayangan. Sukses selalu

23 Jul
Balas

Hahaha ... terimakasih Bunda Erna atas apresiasinya

05 Aug

lanjut pak,...penasaran terus

22 Jul
Balas

Hehehe ... terimakasih apresiasinya Bunda

22 Jul

Terimakasih admin

22 Jul
Balas

Mantap banget, sukses selalu untuk Bapak

22 Jul
Balas

Terimakasih atas apresiasinya Opa Sunin

22 Jul

Wauw...luar biasa p Tri

22 Jul
Balas

Terimakasih atas apresiasinya Bunda

22 Jul

Wah keren seisi rumah paham pewayangan. Sukses

22 Jul
Balas

Hehehe. Iya Bun. Terimakasih atas apresiasinya

23 Jul

Ya ya ya, Pak Trianto, kisah ini, tidak hanya mengandung nilai kehidupan tetapi juga terdapat sejarah Mahabharata yang sangat menarik untuk di baca. Kren sekali pak

22 Jul
Balas

Analisis yang luar biasa pak Lukman. Terimakasih apresiasinya

22 Jul

Kereen poolll. Pak. Suka ulasannya. Adik pasti mangut-manggut bingung. haha...

22 Jul
Balas

Hahaha ... tapi Dedek anak istimewa Bunda. Dia mampu belajar sejak dalam rahim

22 Jul

Luar biasa cer

22 Jul
Balas

Terimakasih apresiasinya Bunda

22 Jul

Mantap ceritanya, Pak

22 Jul
Balas

Terimakasih apresiasinya Bunda

22 Jul

Mantap ceritanya, Pak

22 Jul
Balas

Terimakasih apresiasinya Bunda

22 Jul

Keren banget si Dedek. Manggut-manggut karena ngantuk, nggak mudeng yang diomongin ayah dan bundanya. Hehehe. Salam literasi, Pak Tri.

22 Jul
Balas

Hehehe ... Dedek mampu menyerap informasi sejak dulu dalam rahim Pak Isak

22 Jul

Penuh inspirasi Gus, pokoknya top markotop

22 Jul
Balas

Hehehe. Terimakasih apresiasinya Gus Tito

23 Jul

Tulisannya keren dan inspiratif, Salam Literasi.

22 Jul
Balas

Terimakasih atas apresiasinya Gus

22 Jul



search

New Post