Cerita Dedek, Bunda, dan Ayah, 'Bagian 30'
DEDEK SEDIH SI IKAN KECIL MATI
*****
Seharian Dedek menghadap aquarium. Dedek sedih karena beberapa ikan-ikan kecilnya mati. Bunda tidak tega, segera mendatangi Dedek yang begitu murung seharian. Dan segera memeluk Dedek.
Dedek : Bunda, ikan Dedek mati …
Bunda tidak mampu menjawab, ia hanya mengangguk dengan menunjukkan muka murung dan sedih sebagaimana Dedek. Bunda ikut merasakan bagaimana hati Dedek saat ini yang benar-benar sedih.
Bunda : Dedek istirahat ya. Ntar Ayah biar mencarikannya lagi.
Dedek : Nggak Bunda. Dedek mau di sini aja. Nemenin ikan Dedek
Dedek nggak mau beranjak. Ia tetap memandangi beberapa ikan-ikan kecil yang masih hidup. Ikan-ikan yang masih hidup tampak sedih dan kesepian juga rupanya. Mereka sedih karena ditinggal teman-temannya yang lain. Dedek serasa ikut merasakannya.
Bunda benar-benar tidak tega melihat Dedek yang terpukul dengan matinya beberapa ikan-ikan kecilnya. Ikan-ikan kecil itu adalah ikan-ikan yang dulu dibelikan Ayah. Bunda pun segera menghubungi Ayah melalui Hp-nya.
Ayah : Assalamu’alaikum. Ada apa Bun …?
Bunda : Wa’alaikumussalam. Yah. Beberapa ikan yang di aquarium mati. Ia sangat sedih melihatnya.
Ayah : Ya. Ntar Ayah belikan lagi.
Bunda segera mendapati Dedek, dan memberikan Hp-nya pada Dedek untuk berkomunikasi dengan Ayah.
Dedek : Yah. Ikan Dedek mati
Ayah : Ya. Nggak sedih ya. Nanti Ayah carikan lagi temannya.
Dedek : Beneran Yah …?
Ayah : Ya benar lah. Masak Ayah Bo’ong.
Dedek : Horeee … Ayah mau carikan teman untuk Ikan Dedek
Dedek jingkrak-jingkrak begitu Ayah berjanji untuk mencarikan teman bagi ikan Dedek yang kesepian.
Ayah : Tapi sekarang Dedek istirahat ya …
Dedek : Iya, Yah
Dedek menyerahkan kembali Hp ke Bunda. Ia tampak begitu gembira, dan segera jingkrak-jingkrak masuk kamarnya untuk istirahat. Bunda hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah laku Dedek.
Sementara Ayah kembali menghubungi Bunda untuk menanyakan keadaan Dedek.
Ayah : Gimana Bun, dengan Dedek
Bunda : Dia sudah mau istirahat. Sekarang sedang menuju kamarnya
Ayah hanya terdengar tertawa kecil begitu mendengar kabar dari Bunda tentang Dedek.
Bunda : Persis Ayahnya, kalo udah ada maunya.
Ayah : La khan anak Ayah. Emang Bunda, tidak mau apa …?
Bunda tidak menjawab telpon Ayah yang bermakna konotasi, dan segera menutupnya. Bunda paham benar maksud dari Ayah kalo sudah urusan orang dewasa. Bunda hanya mendekap Hp ke dada sambil tersenyum malu-malu. Sementara Ayah yang masih di kantor hanya tertawa-tawa kecil ….
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren menewen kisahnya Mas senior. Sukses selalu
Terimakasih apresiasinya Pak Burhani
Bunda sama Dedek juga sama, kalau lagi ngambek haha....
keren pak, sehat dan sukses selalu
Terimakasih apresiasinya Bunda
Terimakasih admin
Mengedukasi Pak. Sukses.
Terimakasih apresiasinya
Dedek jangan bersedih yang Ndu, ikannya nanti digantiin ya. Ha ha. Terima kasih pak Trianto. Cerita yang menarik. Ikut larut dalam cerita ini Pak
Hehehe ... terimskasih apresiasinya p. Lukman
Hehe...anak ayah, gitu loh.... Salam bahagia, Bapak.
So pasti Bunda. Terimakasih apresiasinya
Ke Garahan dedek, pak guru punya ikan paus, kalau mau dibawa tidak apa2
Pak Guru tolong dicarikan Ikan Duyung aja ya .... hahaha
Aih