Trianto Ibnu Badar at-Taubany

BAGAIMANA MENULIS ITU? Menulis merupakan pekerjaan yang begitu berat, bahkan dapat membuat orang stress, frustasi, dan kolaps. Bagaimana tidak banyak d...

Selengkapnya
Navigasi Web
Eid Mubarok 2024, Meneguhkan Kembali Jiwa Kebangsan
Idul Fitri 1445H/2024 M, serasa berbeda. Mengapa? Setidaknya ada 2 (dua) momen penting yang mandasari mengapa Idul Fitri 1445H/2024 M terasa berbeda. Pertama, Idul Fitri 1445H/2024 M dirayakan secara bersamaan oleh dua organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama’ (NU) dan Muhammadyah meskipun awal Ramadhan mereka berbeda. Kedua, Idul Fitri 1445H/2024 M dirayakan setelah Bangsa Indonesia melaksanakan pesta demokrasi atau Pemilu 2024 yang cukup akbar. Pemilu 2024 merupakan perhelatan yang cukup menguras tenaga dan pikiran bangsa Indonesia.

Eid Mubarok 2024, Meneguhkan Kembali Jiwa Kebangsan

EID MUBAROK 2024:

MENEGUHKAN KEMBALI JIWA KEBANGSAAN

********

Idul Fitri 1445H/2024 M, serasa berbeda. Mengapa? Setidaknya ada 2 (dua) momen penting yang mandasari mengapa Idul Fitri 1445H/2024 M terasa berbeda. Pertama, Idul Fitri 1445H/2024 M dirayakan secara bersamaan oleh dua organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama’ (NU) dan Muhammadyah meskipun awal Ramadhan mereka berbeda. Kedua, Idul Fitri 1445H/2024 M dirayakan setelah Bangsa Indonesia melaksanakan pesta demokrasi atau Pemilu 2024 yang cukup akbar. Pemilu 2024 merupakan perhelatan yang cukup menguras tenaga dan pikiran bangsa Indonesia.

Tema Idul Fitri 1445H/2024 M, adalah "Memperkuat Kebersamaan dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa". Tema tersebut sangatlah urgensi, karena baru saja kita menyelenggarkan pesta demokrasi yang cukup meriah – yang mana pemilu tahun ini baru pertama kali diselnggarakan secara serentak yaitu antara Pemilu Legislatif dan Pemilu Presisden. Jadi memang cukup ribet, tetapi alhamdulillah dapat terlaksana secara aman dan damai. Rakya selaku pemilih cerdas telah memberikan saluran sebagaimana hak pilihnya. Rakyat yang cerdas mamiliki figur dalam hatinya, rakyat yang cerdas bebas memilih sebagaimana hati nurani mereka. Mereka tidak dapat diintimidasi, apalagi digerakkan – terlebih oleh iming-iming dari pihak manapun. Pikiran sederhana bagi rakyat kecil yang cerdas siapa yang memberi diambil, dibilik suara terserah. Inilah makna sesungguhnya kemerdekaan dalam memilih.

Sekarang yang terpenting bagaimana tetap sebagai warga negara yang baik, tidak mengumbar adu domba, tidak mengumbar hoaks, tidak mengumbar fitnah keji, bahkan isu-isu kecurangan. Itu hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki maksud dan tujuan tertentu. Bagi rakyat emang gua pikiran. Rakyat kecil hanya butuh keperluan kehidupan primernya terpenuhi, sandang, pangan dan papan. Soal koar-koar itu urusan para pelaku politik yang memang memiliki maksud dan tujuan, bertendensi, ambisi dan ambisius. Apalagi setelah mereka mengeluarkan banyak biaya tentunya, dan ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi mereka – terlebih kalah. Dipihak lain modal hanya pas-pasan. Hal ini menambah semua cara dan strategi harus dilakukan, dan terkadang di luar nalar atau tidak logis.

Menyikapi semua kondisi tersebut, kita harus kembali pada jati diri bangsa Indonesia dan tidak lagi berpikiran ke belakang tetapi jauh mentapa ke maswa depan Indonesia yang lebih maju. Teringat pesan moral dari Khotbah Idul Fitri 1445H/2024 M oleh Prof. Dr. Abdul Aziz, M.A., Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya yang menjadi khotib di Masjid Al Akbar Surabaya. Bahwa, saat ini bukan lagi kita terkotak-kotak, apalagi ada niatan untuk mengkotak-kotakkan bangsa Indonesia. Bangsa ini sudah cerdas, rakyat Indonesia jauh lebih cerdas lagi. Saat ini kita tinggal bagaimana membangun Bangsa Indonesia ini menjadi raksasa Asia, terlebih menjadi negara adi daya. Komponen bangsa Sumber Daya Alam (SDA), dan Sumber Daya Manusia (SDM) cukup mumpuni. Tinggal kepercayaan pada diri bangsa Indonesia sendiri. Selain SDA dan SDM, ada tiga modal dasar dalam membangun Bangsa Indonesia ke depan. Pertama, keamanan (AMAN). Keamanan menjadi salah satu modal dasar pembangunan bangsa. Negara Indonesia yang selalu dalam kondisi kondusif sebelum, saat, maupun pasca pemilu serentak. Sisa-sisa permasalahan, seperti isu kecurangan, dan hasil pemilu dapat disalurkan secara hukum bukan turun ke jalan berkoar-koar nggak jelas arahnya. Isu kecurangan Pemilu dapat disalurkan melalui KPU, dan Bawaslu – sedangkan sengketa hasil pemilu dapat melalui pengaduan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Ini semua sebagai wujud warga negara yang beradab, dan menghormati ketentuan hukum (sadar hukum).

Kedua, kenyamanan (NYAMAN). Rakyat Indonesia memerlukan kenyaman, dan untuk membangunan bangsa diperlukan kenyaman sehingga semua pihak tenang dalam menjalankan tugas masing-masing. Terlebih para investor yang berkeinginan untuk menanamkan modal di Indonesia, semua perlu kenyamanan. Tidak terganggu oleh adanya teroris, sparatis, dan juga demonstrasi anarkis. Selaku warga negara, tentunya kita memiliki tanggungjawab dalam menjaga kenyamanan bangsa sendiri. Jika ada yang tidak nyaman dengan sistem yang berlaku di Indonesia – pilihannya hanya dua tetap tinggal di NKRI dengan sistem yang ada – atau meninggalkan NKRI untuk memiliki negara yang sesuai dengan selera yang diinginkan.

Ketiga, keimanan (IMAN). Keimanan menjadi salah satu modal dan modal utama dalam membangun bangsa Indonesia. Salah satu prinsip utama keimanan dalam kaitannya dengan kebangsaan adalah Hubbul Wathon Minal Iman yang artinya cinta tanah air adalah bagian dari iman. Diterangkan dalam Riwayat, saat Nabi Muhammad dan para Sahabat hijrah ke Madinah, mereka menemui bahwa Kota Yatsrib (Madinah) itu banyak wabah penyakit. Ketika mendengar sebagian Sahabat mengeluhkan hal itu, Nabi SAW pun berdoa agar dapat mencintai Madinah sebagai kota di mana bumi dipijak dan langit dijunjung, "Ya Allah, jadikan kami cinta Madinah, sebagaimana cinta kami kepada Makkah, atau melebihi Makkah" (HR al-Bukhari). Jadi salah satu ciri orang yang beriman adalah mencintai tanah airnya, bukan sebaliknya – selalu merendahkan tanah airnya, selalu menjelek-jelekkan tanah airnya, bahkan secara jelas dan tegas menyebut para pemimpin bangsa para kafir dan sebagaimanya. Sungguh ucapan demikian bukanlah wujud dari orang yang beriman. Bukankah rasa cinta kepada tanah air tersebut juga harus diwujudkan dalam rasa cinta kepada Allah, rasa cinta kepada Rasulullah, dan rasa cinta kepada para pemimpin dengan cara mentaati serta menghormatinya.

Semoga renungan di bulan fitri ini kembali menyadarkan diri kita, bahwa menjadi bangsa Indonesia ini tidak sekedar pilihan tetapi memang Allah sudah mencatatkannya dalam Lauhul Mahfudz (lembaran yang terpelihara). Sehingga demikian kita wajib untuk menjaga, memelihara, dan membangunnya sesuai dengan kemampuan dan keahlian kita masing-masing demi untuk kemaslahatan umat, dan bukan sebalik. Insyaallah.

---------------------

Rabu, 10 April 2024

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Selamat Hari Raya Idul Fitri Mas Senior. Mohon Maaf Lahir dan Bathin. Sukses selalu

11 Apr
Balas

TERIMAKASIH ADMIN

10 Apr
Balas

Mantap banget. Sukses selalu untuk Bapak

10 Apr
Balas

Amin...Slmt hr Raya Idul Fitri p Tri. Mhn mf lhr batin.

10 Apr
Balas

Selamat Idul Fitri 1445 H Gus mohon maaf lahir dan batin

10 Apr
Balas

Sami2 Gus. Semoga kita kembali dalam fitri. aamiin

10 Apr

Tulisannya keren dan inspiratif. Salam Literasi.

10 Apr
Balas

Inspiratif dan edukatif

10 Apr
Balas



search

New Post