Kucium punggung tangannya, kupeluk erat tubuhnya. Aku rindu mama. Seandainya mamaku yang seperti ini. Atau sebaliknya aku yang menjadi tua dalam keadaan seperti ini. Aku masih beruntung punya keluarga. Tapi Ryo dia yang merawat neneknya, di usianya yang masih remaja. Harusnya dia bisa bermain dengan temanya atau pergi ke bimbingan belajar. Ibu dan ayahnya ke mana? Oh iya aku harus pulang, sebentar lagi akan masuk waktu Maghrib. Papa pasti mencariku.

“Saya pulang Ryo, terima kasih sudah mengizinkanku bertemu dengan nenek” pamitku padanya sambil mengambil tas hitamku.

Ryo masih duduk termangu di anak tangga keempat. Dia belum membersihkan dirinya. Wearpacknya basah terkena air ketika memandikan nenek. Entah dia mendengar atau tidak kalimat ku tadi.

Aku bergegas pergi, pasti masih banyak angkot yang lewat. Jalan raya tidak terlalu jauh dari mulut gang ini.

“Tunggu!” kata itu menghentikan langkahku.

Kubalikan tubuhku memutar ke arah suara itu. Ryo.

“Terima kasih bu Alina.”ucapnya datar sambil menundukan kepalanya.

Aku membalas dengan menundukan kepalaku juga sambil tersenyum. Kutinggalkan Ryo sendiri dengan awan rona merah menyambut datangnya senja. Tersenyumlah Ryo, yakinlah hari indahmu akan segera tiba...