TRIGINA NOVA YOLANDA

menjadi ibu yang dirindu itulah cita citaku,menjadi guru yang menginspirasi itulah keinginanku Guru biasa disekolah biasa,dengan siswa yang luar biasa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan (Refleksi Salah satu modul PPGP)

Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan (Refleksi Salah satu modul PPGP)

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN

SEBAGAI PEMIMPIN

Trigina Nova Yolanda,S.Pd.,M.Pd

CGP A6 Kota Solok

Sumatera Barat

Modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan berbasis nilai-nilai Kebajikan sebagai pemimpin adalah modul ke-delapan yang saya pelajari di program Guru Penggerak angkatan 6 ini. Tak terasa sudah hampir 5 bulan saya mempelajari modul-modul yang ada di LMS PGP ini. Tak bisa dipungkiri bahwa telah banyak ilmu dan pengetahuan yang saya dapatkan dan pelajari dari modul-modul ini. Tidak hanya mempelajari materi dari eksplorasi konsep namun saya juga belajar banyak dari rangkaian proses panjang ini. Belajar bersama rekan-rekan sesama CGP yang tentunya sangat menginspirasi saya dalam banyak hal,seperti semangat mereka,kegigihan mereka,tanggung jawab,kepedulian dan semangat pantang menyerah yang ditunjukkan oleh rekan-rekan sesama CGP. Demikian pula halnya dengan fasilitator saya yang selalu memotivasi,mengapresiasi,merefleksi dan selalu mengingatkan tahap-tahap yang harus kami lakukan setiap hari. Berbagi pengalaman atau praktik baik yang beliau lakukan menjadi inspirasi saya untuk tetap semangat di PPGP ini. Begitupun dengan Pengajar Praktik saya yang selalu mendorong,mengarahkan dan memompa semangat kami untuk tetap gigih berjuang menyelesaikan pendidikan di PPGP ini. Semoga semangat,inspirasi dan dukungan dari semua unsur-unsur tersebut menjadi penyemangat saya di akhir-akhir penyelesaian pendidikan ini.

Pada tugas koneksi antar materi modul 3.1 ini saya akan menuliskan rangkuman dari modul-modul yang telah saya pelajari. Pertama kali saya mempelajari tentang filosofi Ki Hajar Dewantara tentang Triloka pendidikan yang beliau dengungkan. Sebagai seorang manusia terkhusus seorang guru dan pemimpin,maka ada 3 hal yang prinsip yang harus kita jalankan. Seorang guru ataupun pemimpin harus memiliki jiwa Ing Ngarso Sung Tulodo,Ing Madya mangun karso dan Tut Wuri handayani. Ini bermakna bahwa dimanapun posisi kita maka hendaklah kita menjadi contoh teladan,dimanapun keberadaan kita tentunya tidak terlepas dari masalah yang memerlukan pengambilan keputusan yang tepat. Maka hendaklah setiap keputusan yang kita ambil berpihak pada kepentingan banyak orang,berdasarkan nilai-nilai kebajikan dan memenuhi rasa tanggung jawab yang tinggi.

Nilai-nilai kebajikan yang ada pada diri kita hendaknya menjadi dasar dan pijakan bagi kita untuk mengambil suatu keputusan.Nilai-nilai kebajikan adalah sesuatu yang berlaku universal dan diterima di belahan bumi manapun,contohnya seseorang yang jujur dan memiliki etika yang baik akan diterima di lapisan mana pun. Seseorang yang bertanggung jawab dan amanah akan tugas yang diembannya akan dihormati dan dihargai dimanapun ia berada. Tentunya nilai-nilai kebajikan ini menjadi nilai lebih dalam diri seseorang. Orang yang memiliki nilai kebajikan akan menimbang dengan sangat matang setiap langkah pengambilan keputusannya yang diambilnya. Setiap keputusan akan diambil dengan bijaksana serta tidak merugikan orang lain.

Untuk mengambil keputusan dalam menghadapi suatu permasalahan dapat digunakan teknik coaching. Dengan teknik coaching seorang pemimpin dapat menggali informasi dan fakta-fakta penting yang diperlukan dalam mengambil keputusan. Seorang pemimpin perlu melakukan pendekatan individu terhadap bawahannya yang bermasalah agar dapat mengetahui duduk persoalan yang jelas sebelum menetapkan keputusan.

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yang dilakukannya. Guru yang memiliki sosial emosional yang bagus tidak akan gegabah dalam mengambil keputusan. Mereka senantiasa mengelola emosinya dengan baik untuk mendapatkan keputusan yang terbaik.Mereka akan melakukan langka-langkah terbaik agar keputusan tersebut tidak merugikan banyak pihak. Terkhusus dalam masalah dilema etika,dimana dua kepentingan sama-sama benar,maka seorang guru yang memiliki sosial emosional yang baik akan mampu menyelesaikan masalah dilema etika ini dengan baik pula. Biasanya mereka akan melihat masalah ini menggunakan paradigma berpikir yang jelas,melakukan langkah-langkah untuk menguji keputusan dan menggunakan prinsip resolusi dalam menyelesaikan masalah.

Selain masalah dilema etika,masalah bujukan moral pun sering ditemukan guru maupun pemimpin di lingkungan sekolah. Bujukan moral merupakan masalah antara dua kepentingan,dimana satu kepentingan bernilai benar dan kepentingan lainnya bernilai salah. Seorang guru maupun pemimpin yang memiliki nilai-nilai kebajikan dalam dirinya tentu tidak akan mengambil keputusan yang salah dalam menyelesaikan masalah bujukan moral ini. Lebih tepatnya seorang yang sudah mantap keyakinan dalam dirinya dengan nilai dan karakter yang baik akan sulit digoyahkan oleh masalah bujukan moral ini.

Pengambilan keputusan yang tepat,tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif,aman dan nyaman. Jika seorang pemimpin mengambil keputusan yang mengakomodir kepentingan banyak pihak dan sesuai dengan aturan yang ada atau protap yang berlaku tentunya semua pihak tidak akan ada yang merasa dirugikan. Dan keputusan ini pun memiliki nilai yang kuat sebab berdasarkan pada aturan yang berlaku yang diterima banyak orang.

Tantangan yang ditemui dalam pengambilan keputusan adalah adanya ego masing-masing pribadi untuk mempertahankan pendapatnya. Adanya nilai-nilai atau kebiasaan kebiasaan yang sudah mendarah daging dalam diri mereka sehingga sulit menerima aturan baru yang berlaku. Contoh kasus,pada saat pembagian jam mengajar,ada guru yang ngoto untuk tidak diberikan jam mengajar pada jam terakhir,ada guru yang minta tidak diberikan jam mengajar pagi,ada guru yang minta dikosongkan pada hari tertentu dan lain sebagainya. Hal ini jika dibiarkan dan tidak ada keputusan yang tegas akan menyebabkan kekacauan pada saat menyusun jadwal mengajar dan tentunya akan menimbulkan masalah bagi guru-guru lain yang tidak terpenuhi permintaannya tentang jam mengajar. maka perlu keputusan yang tegas dari seorang pemimpin untuk mengatasi permasalahan ini.

Bagi seorang guru yang menjadi pemimpin dalam pembelajaran di kelas-kelas,pengambilan keputusan juga memegang peranan yang krusial dalam keberlangsungan pembelajaran. Sebagai contoh,tentunya tidaklah sama mengambil keputusan untuk murid yang datang terlambat baru satu kali karena alasan yang tepat (membantu mengantar teman yang mengalami kecelakanan ke Rumah sakit) dengan siswa yang selalu datang terlambat dengan beribu alasan dan telah sering dilakukan pembinaan. Tentu tidak tepat jika mereka berdua tidak diizinkan untuk masuk kelas dan diminta untuk pulang ke rumah saja.Keputusan yang diambil pada dua kasus diatas tentunya akan memberikan pengaruh pada kedua murid tadi.

Begitu pula dalam pembelajaran,keputusan seorang guru untuk menggunakan media yang sama pada semua murid tentunya akan berpengaruh pada penggalian potensi-potensi murid. Tentulah tidak akan berkembang potensi murid dengan gaya belajar visual ketika diberikan materi secara ceramah saja.Tentunya tidak akan berkembang potensi murid yang senag berbicara jika dalam pembelajaran mereka hanya kita minta untuk diam saja. Setiap keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran hendaklah didasarkan pada kebutuhan murid dan potensi serta minat bakat yang dimiliki murid tersebut. Disinilah letaknya seorang pemimpin pembelajaran harus menghadirkan pembelajaran yang berdiferensiasi di dalam kelas-kelas mereka.

Kesimpulan akhir yang saya dapatkan setelah mempelajari modul tentang pengambilan keputusan ini adalah :

Dimanapun kita berada,selalu ada permasalahan yang muncul,baik itu berupa dilema etika maupun bujukan moral.

Jika permasalah tersebut merupakan dilema etika maka langkah penyelesaiannya dapat menggunakan prinsip 4,9,3. Yaitu 4 paradigma dilema etika,menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan dan berpegang pada 3 prinsip penyelesaian dilema

bahwa setiap keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran maupun pemimpin satuan pendidikan hendaklah memegang 3 prinsip yakninya berpihak pada murid,mengandung nilai-nilai kebajikan dan bertanggung jawab.

Sebelum mempelajari modul ini saya juga pernah dihadapkan pada kasus bujukan moral,dan saya mengambil keputusan yang sesuai dengan yang saya pelajari di modul ini. Artinya dengan telah mempelajari modul tentang pengambilan keputusan ini membuat saya merasa yakin untuk mengambil keputusan yang tepat di masa mendatang. Dengan mempelajari modul ini menambah wawasan pengetahuan saya tentang bagaimana melakukan suatu proses/langkah untuk mendapatkan keputusan yang tepat berdasarkan 4 paradigma dilema etika,9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dan menggunakan 3 prinsip penyelesaian keputusan.

semoga apa yang saya pelajari dan peroleh dari modul tentang pengambilan keputusan ini dapat memperkaya khasanah keilmuan saya dan membawa dampak positif terhadap diri dan lingkungan saya dan tentunya bermanfaat bagi semua dan membawa berkah bagi semua pihak.

Wallahu a'lam bisshowab.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post