Tri Hanifah

Tri Hanifah, M. Pd. I - Guru di SMA N I Trimurjo Lampung Tengah. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
PART 17 SANG PENAKLUK

PART 17 SANG PENAKLUK

Oleh : Tri Hanifah

Lulus SMA, aku tidak langsung melanjutkan kuliah. Aku tidak berfikir untuk bisa melanjutkan kuliah. Kasihan sama bapak dan mamak. Dua adikku juga masih membutuhkan biaya. Mereka duduk di bangku SMA dan SMP. Kedua kakakku juga tidak ada yang melanjutkan kuliah.

Bagiku, mimpi yang terlalu tinggi jika aku melanjutkan ke perguruan tinggi. Bapak selalu berpesan agar aku pandai mengaji, menguasai ilmu akhirat, agar selamat dunia dan akhirat. Setiap sore, aku mengajar mengaji di mushola. Aku juga mengajarkan ngaji privat di beberapa rumah.

Kata bapak, "Nduk ngajari orang ngaji, belajar membaca Al Qur'an itu sama saja nabung pahala. Setiap orang yang kamu ajari itu mengaji, mengamalkan ajaran agama, kamu juga tetap kecipratan pahala."

Terkadang aku merasa iri dengan sepupuku, dia terlahir dari keluarga yang kaya. Dia melanjutkan kuliah di Jogjakarta. Pasti pengalaman dan pengetahuannya akan menjadi sangat banyak. Aku hanya sekali saja pernah mengunjungi Kota gudeg itu, ketika ikut studi wisata kelas dua SMA. Itupun karena aku selalu menyisihkan uang jajan untuk kutabung.

Begitulah rutinitas setiap sore ku. Mengajar ngaji di mushola dan juga mengajar pribadi di rumah beberapa orang. Dengan mengayuh sepeda milik sepupuku, yang boleh kupinjam jika sedang tidak dipakai.

Dan pagi menunggu sore, aku menjaga warung dan membantu mamak berjualan. Selain menjual kebutuhan pokok sehari-hari, mamak juga membuka warung makan. Dan bapak harus mengurus sawah milik kami dan juga menggarap milik paman.

"Nduk..jangan pernah tinggalkan sholat. Itu amalan utama. Kalau ingin Allah meridhoi hidupmu maka harus rajin sholat, jangan pernah meninggalkan sekalipun. Dahulukan Allah dalam aktivitasmu. Maka Allah akan mendahulukan mu dari yang lain." Bapak tak pernah lelah menasehatiku.

Nasehat bapak selalu kupatuhi. "Bapak memberikan namamu juga Bapak ambil dari Al Qur'an, supaya engkau menjadi anak yang lurus, beriman."

Tak terasa air di pelupuk mataku mengembang, aku jadi teringat mendiang Bapak. Bapak selalu sayang dan perhatian padaku. Bapak memang bersifat keras. Namun, tak pernah aku dibentak kasar atau dipukul. Ia sangat mengasihi semua anaknya. Tangannya yang kuat selalu melindungi kami. Memberikan nafkah dan berjuang menyekolahkan anak-anaknya.

Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti esok..

#Tantangan hari ke -17

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post