Tri Ismiyati

Lahir dan besar di Kebumen, Jawa Tengah. Lulusan PGSD UNNES tahun 2014. Kegiatan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga dan juga belajar bersama siswa-siswi SD N ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Membuat Anak-Anak Tersenyum

Membuat Anak-Anak Tersenyum

Pada pembelajaran tema 3, ada materi tentang pecahan uang rupiah. Anak-anak membaca cerita tentang pasar sekolah (school market) di buku paket. Mereka bertanya kapan mereka akan berjualan seperti Udin, Lani dan teman-temannya dalam cerita itu. Waktu itu, saya hanya meminta anak-anak berdiskusi secara berkelompok untuk menentukan makanan apa yang akan mereka jual seandainya ada pasar sekolah.

Sejak hari itu, anak-anak selalu menagih kapan kami akan benar-benar membuat pasar sekolah. Mereka sangat bersemangat. Ada yang ingin berjualan nasi goreng, mi ayam, jus buah, bahkan ada yang berkata akan membawa kompor. Sampai di rumah, ada pula yang langsung berkata pada orang tuanya bahwa minggu depan mereka akan berjualan di sekolah (padahal saya tidak mengatakannya).

Saya pikir tidak ada cukup waktu karena TKM semester 1 dimajukan sehingga kami harus mengejar materi. Sementara itu, anak-anak tak pernah lupa dan terus bertanya. Akhirnya setelah berdiskusi dengan wali murid, kami sepakat untuk mengadakan pasar sekolah setelah TKM selesai (bersyukur sekali semua wali murid mendukung rencana ini).

Anak-anak diberi modal dari uang kas kelas. Sebenarnya saya ingin mereka mempersiapkan barang dagangan bersama-sama agar lebih terasa kerja kelompoknya, tapi karena makanan akan dibuat di rumah dibantu orang tua, akan sulit mengatur waktu mereka. Akhirnya makanan dipersiapkan sepenuhnya oleh orang tua, anak-anak hanya tinggal packing dan mempersiapkan tempat saja di sekolah.

Diskusi untuk menentukan barang dagangan pun berjalan heboh. Kelas dibentuk menjadi 4 kelompok. Ada yang rukun-rukun saja, banyak juga yang drama. Setiap diskusi, pasti ada saja yang menangis karena bertengkar. Tak apa. Mereka masih belajar. Umur 8 tahun tentu ego untuk menang sendiri masih besar.

Semakin mendekati hari H, anak-anak semakin antusias. Mereka akan begini, mereka ingin begitu, semua selalu diceritakan dan ditanyakan. Saya ikut senang melihat semangat mereka.

Saya pernah membaca-baca cerita pengalaman tentang school market di sekolah lain, dan saya mendapat ide untuk membuat anak-anak lebih belajar tentang tanggung jawab. Setiap kelompok memiliki jabatan tertentu: kasir, penjual dan tim promosi. Saya berkata pada anak-anak mereka akan mendapatkan kartu nama sebelum pasar sekolah dimulai. Mereka ribut penasaran akan mendapatkan posisi apa dalam kelompoknya.

Hari Kamis, 14 Desember 2017, alkhamdulillah langit cerah. Anak-anak memakai kartu nama di seragam masing-masing. Ada yang tidak puas dengan posisinya, tapi saya sudah berusaha sebaik mungkin membagi posisi sesuai kelebihan dan potensi mereka. Akhirnya mereka menerima dan bersama-sama menata meja serta kursi di halaman sekolah.

Ketika waktu istirahat tiba, kakak kelas dan juga guru-guru mendatangi pasar sekolah kami. Anak-anak agak bingung ketika tidak ada uang pecahan untuk memberi kembalian. Beberapa kali saya menukar uang mereka dengan pecahan (untunglah saya ini bendahara sekolah yang punya banyak uang receh hehehe).

Acara berjalan lancar. Semua dagangan anak-anak habis. Mereka menghitung bersama uang yang telah diperoleh. Setelah masuk kembali ke kelas, saya membagi pendapatan masing-masing kelompok kepada semua anggota. Anak-anak senang sekali mendapat uang hasil bekerja meskipun itu hanya 5.000 sampai 10.000 rupiah. Bagi mereka itu sangat berharga karena didapat dari kerja keras sendiri.

Hari itu saya belajar banyak hal.

Sekali lagi, meskipun saya belum punya anak, saya sedikit paham bagaimana rasanya menjadi orang tua. Orang tua akan melakukan apa saja demi senyum anaknya. Kebahagiaan anak-anak dalam belajar hari itu membuat saya sadar, bahwa tugas saya bukan hanya memberikan materi kurikulum kepada mereka, tapi juga menjadi guru yang bisa membuat mereka tersenyum. Energi yang diberikan oleh senyum mereka benar-benar menular dan membuat saya juga menjadi bersemangat.

Membuat siswa belajar sambil tersenyum dan dengan hati senang memang bukan hal yang mudah. Kuncinya, kita harus mengajar dengan hati. Saat mengajar anak-anak, saya selalu berpikir bahwa saya bukan hanya bertugas memberikan ilmu, tapi saya adalah seseorang yang ingin membuat kenangan dalam hidup mereka. Kenangan yang membekas bahwa mereka pernah belajar sesuatu bersama saya.

Yogyakarta, 20 Desember 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya pun tersenyum ,membayangkan siswa ibu heboh menjadi penjual dan pembeli. Hore ada pasar kaget di sekolah

17 Jan
Balas

Iya bu seru sekali.. Yang promosi katanya sampe capek teriak teriak.. Hehehe. Terimakasih sudah mampir bu :)

17 Jan



search

New Post