Tri Murniati

Tri Murniati, saat ini bertempat tinggal di Kudus, dan Lahir di Kota Kudus.Saat ini Penulis mengajar di SMP 2 Mejobo Kudus.Sabusagu memotivasi keinginan tuk sel...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEMBURAT MALAM  SATU SURAU

SEMBURAT MALAM SATU SURAU

SEMBURAT MALAM SATU SURAU

Tri Murniati

Mentari pagi merangkak pelan, kesibukan rutin di lingkungan rumahku mulai terbangun. Bau harum sayur lodeh menyengat. Mbok Jum tetangga rumahku ternyata sedang membuat sayur lodeh untuk sarapan pagi cucunya.

“Harumnya.....pasti lezat ya Mbok?” tanyaku.

“Ah...bisa aja, ini masakan orang kuno nduk”, jawabnya .

“Kok belum berangkat kerja nduk?,tanyanya.

“Bentar lagi mbah”,jawabku

“Oh iya mbah, malam ini kan ada kenduren suronan”, kataku.

“Iya nduk...itu lihat di belakang rumah mbah sudah ada ayam yang terkurung”jawabnya

“Nanti siang ayam itu akan mbah jum sembelih,Nduk?,katanya.

“Iya mbah ibu saya juga sudah menangkap ayam kemarin”, Alhamdulillah tidak usah membeli karena kita memelihara ayam sendiri”sahutku.

Hari merangkak siang, bunyi keok ayam mulai terdengar.Penduduk menyembelih ayam mereka di belakang rumah.Namun ada pula yang membeli ayam yang sudah dibersihkan pedagang.

Bau sayur lodeh tadi pagi berganti dengan bau opor.

Selain tradisi doa bersama dan kenduren. Ada sebagian warga yang mengadakan ritual saat sore menjelang.Mereka adalah warga yang memiliki Pusaka warisan nenek moyang mereka.Tradisi yang dilaksanakan yaitu mencuci pusaka tersebut dengan air kelapa hijau dicampur bunga tujuh rupa.Tradisi ini dilaksanakan setiap tahunnya. Konon kalau tradisi ini tidak dilaksanakan pusaka tersebut bisa mengamuk yang empunya pusaka.Banyak tantangan yang menghampirinya.

Ketika aku mengambil daun untuk persiapan kenduren, tiba-tiba seorang bapak-bapak menyapa.

“Lho nduk untuk apa kamu ambil daun?,tanyanya.

“Untuk kenduren nanti malam Pak?, jawabku.

“ Ini kan zaman modern nduk, gak usah Kenduren”, jawabnya

“Tradisi kita,Pak?, jawabku.

“Tradisi mapak tanggal satu Asyura”, tandasku.

“Nduk...nduk tradisi kok kenduren, buang-buang biaya saja,” katanya.

“Jangan mau toooo?,pemborosan saja,katanya.

“Nanti saya akan ke rumah pak RT untuk mengusulkan tidak usah kenduren, pemborosan saja”, katanya.

Aku tertunduk diam. Pak Karta nama bapak-bapak tersebut. Beliau salah satu warga yang menentang acara mapak tanggal 1 Asyura. Menurutnya peristiwa semacam itu musyrik.

Beliau jarang juga berkumpul dengan warga. Namun, warga tak pernah menghakiminya.

Ketika malam kenduren tiba, warga berkumpul ke rumah pak RT.

Satu per satu warga datang dan akhirnya kenduren pun dimulai. Pak Selamet adalah ulama kami yang akan memimpin kenduren tersebut.Ketika kenduren dimulai,tiba-tiba ada oarang yang berteriak-teriak mengganggu kekhusukan mereka.

“Pak RT...keluar....,”teriaknya.

Peserta kenduren pun akhirnya melongok keluar dan ternyata Pak Karta yang datang.

“Anda seorang pemimpin warga, harusnya jangan mengajak warga untuk melaksanakan tradisi yang tidak benar”, teriaknya

“Tradisi seperti ini tidak ada dalilnya,tidak ada pasalnya,” celotehnya.

“Ini namanya pemborosan, Pak.....!, katanya keras.

“Tiba-tiba salah satu peserta kenduren ada yang berseloroh,”Hai Pak Karta, jangan asal bicara, bisa kena kutuk nanti”.

“Orang yang tidak taat tradisi kita bisa kena dampaknya,”kata Pak Budi.

“Pak...Kita ini satu lingkungan harusnya Pak Karta tidak usah teriak-teriak begitu,”kata Pak Budi lagi.

“Ah gak usah dihiraukan...dasar warga egois, ga kenal warga, ga mau bermasyarakat,biar pindah ke hutan saja,” geram Pak Mahmud.

Naik pitamlah Pak Karta mendengar kata-kata Pak Mahmud.Lalu Pak Karta mengacungkan goloknya dan memerah matanya.

“Hai Pak Mahmud mari kita selesaikan secara jantan masalah ini, mentang-mentang orang terkaya,tapi rentenir”balas Pak Mahmud.

“Siapa yang merasa kaya, siapa yang renternir, jangan memfitnah orang lain ya?” kata Pak Mahmud.

“Aku hanya menolong saudara kita yang membutuhkan dan tak pernah meminta bunga”, Pak mahmud membela diri.

Mendengar kericuhan warganya, Pak RT akhirnya angkat bicara.

“Bapak-bapak...mohon untuk tenang.Mari kita selesaikan masalah ini dengan tenang”,kata Pak RT.

Warga pun duduk, kecuali Pak Karta yang masih berdiri sambil mengakkan pinggangnya.

Pak Karta, tolong izinkan kami menyelesaikan kenduren ini dulu, dan jikalau Pak Karta tidak setuju, silakan pulang dahulu”,pinta Pak RT.

“Iya Pak tolonglah, nanti kita bicarakan lagi kalau sudah selesai acarany”, pinta Pak Firdaus.

Akhirnya tanpa salam Pak Karta pulang dengan membawa segumpal rasa tak puas dalam hatinya.

Acara kenduren pun dilanjutkan. Pak Selamet bersama warga lainnya melanjutkan doa. Doa awal tahun mereka lantunkan serta doa agar diberi kemudahan, kelancaran, kesehatan selama melewati tahun baru ini, dan warga selalu mendapat lindungan dari Allah.

Selesai berdoa, warga membuka opor ayam yang mereka bawa untuk dibagi-bagikan seluruh warga. Ibu-ibu yang hadir ikut membantu menata opor dan memasukkan dalam kardus yang sudah dilapisi daun pisang. Kerukunan di malam satu syura terlihat malam itu.Akhirnya para warga selesai mengadakan kenduren,meskipun ada sedikit hambatan.

Sebelum warga kembali ke rumah masing-masing, tiba-tiba anak Pak Karta datang dan minta tolong pada warga yang sedang berkumpul mengadakan kenduren tadi.

“Pak RT tolong Pak!”teriaknya.

Kami berhambur keluar ruangan.

“Ada apa,Nak Anisa?, tanya Pak Rt.

“Ba...bapak sakit Pak!, Katanya.

“Beliau diam dan tak bisa bicara,” katanya.

Anisa adalah anak Pak Karta. Dia anak Pak Karta satu-satunya.

“Mari bapak-bapak,kita ke rumah Pak Karta

Beberapa bapak-bapak pergi ke rumah Pak Karta untuk menengok dan menolongnya.

Sesampai di rumah Pak Karta, Warga prihatin melihat kondisinya. Akhirnya Pak Karta dilarikan ke rumah sakit.

Menurut pemeriksaan dokter beliau terkena stroke ringan.Tensi darahnya tinggi. Ketika dipindahkan ke ruang perawatan, Pak Karta hanya bisa diam dan tetes air mata mengalir di pipinya.Beliau tak bisa berkata-kata tetapi ada rasa ingin mengucap sesuatunamun tak bisa diucapkannya.

Akhirnya istri Pak Karta menyodorkan selembar kertas dan bolpoin kepadanya.Meski tulisannya tak sebagus biasanya namun masih dapat dibaca.

“Maafkan saya Bapak dan ibu-ibu, ternyata hidup tak boleh egois. Kita tetap butuh orang lain”.sambil menyerahkan lembaran kertas tersebut kepada Pak RT,menetes kembali air matanya.

Pak RT dan Bapak-bapak yang lain mengangguk-anggukkan kepala sambil mengusap dahi Pak Karta. Sebelum mereka pulang Bapak-bapak berdoa bersama agar Pak Karta lekas sembuh.

Selesai berdoa Pak Rt bersama Bapak-bapak lain pulang agar Pak Karta bisa beristirahat.

Pak Rt kembali ke rumahnya karena masih ada warga yang belum pulang, masih menunggu beliau. Sekembalinya ke tempat kenduren, Pak Mahmud berkata,”Kena kutukan dia, orang anti,”katanya.

“Tidak boleh begitu,Pak...!Kata Pak RT.

“Pak Karta sudah minta maaf, mari kita doakan semoga kondinya lekas pulih,kata Pak RT.

“Maafkan saya,Pak!,kata Pak Mahmud.

Malam makin larut akhirnya seluruh warga yang hadir di tempat kenduren pulang ke rumah masing-masing.

KITA HARUS MENGHARGAI TRADISI DAN MENJAGA KERUKUNAN DALAM BERMASYARAKAT

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post