Getir Tak Bertuan
Getir Tak Bertuan
Hari ke - 679
Senja berlalu dalam sayatan harapan
Terbalut pita ungu tanpa selimut
Gemawan menyasap hitam
Tiada jingga merona yang ku nanti
Langit pucat dan dingin
Airmata menganak sungai memarit pipi lembayung
Malam membentangkan sayap
Ketika kupinang rembulan ke telapak tangan
Angkuh gemintang menyapih kelam
Siur angin lirih mengelus gigil
Sepotong hidup tertatih mengambang
Jiwa ragaku getir tak bertuan
Di antara puing-puing nestapa
Persembahan yang tercinta
Duka bergelayut di dada seakan enggan melepas
Penghuni hati mengoyak jantung di rembang senja
(ITC, rembang petang 11122021)
#TantanganGurusiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Duh, pedihnya. Puisinya mantap, Bun.
Indah luar biasa bunda. Penuh inspirasi
Terenyuh dalam puisi Bunda. Keren puisi Bucan. Semoga sukses dan sehat selalu aamiin
Puisi yang menawan dengan tarian diksinya yang mengalun syahdu Uni. Salam sehat dan sukses Uni.
Selalu hadir dengan puisi yang indah memukau dengan diksi yang luar biasa Sukses selalu bunda Trisna.
Good puisi berdiksi indah memesona.. lnjt.. getir tak bertuan ciut hati memandang senja...
Getir tak bertuan sungguh puisi yang sangat indah dan keren diksi sangat memukau sehat selalu bunda Trisna