Tri Sulistini

Guru di SMPN 6 Pamekasan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jalan Panjang Zed (4)
Anni Spratt

Jalan Panjang Zed (4)

"Kita harus pergi hari ini juga Zed. Tidak bisa Janganditunda. Bawa saja yang bisa dibawa. Kita tidak mungkin bisa bertahan di sini lebih lama lagi," kata mama malam itu.

"Kenapa tidak besok saja, Ma. Aku pamit dulu ke sekolah dan teman-teman. Nanti baru kita ke luar dari tempat ini," jawabku.

"Tidak bisa begitu, Zed. Nggak bisa. Ayo berkemas sekarang. Jangan bawa barang terlau banyak. Nanti lelah membawanya di jalan," kata mama lagi.

Aku tak berkutik. Tak bisa membantah mama. Selama ini kata-kata mama adalah tuah bagiku. Tak pernah sekalipun aku membantah semua yang mama katakan. Selain karena dia mamaku, itu adalah wujud rasa terima kasihku kepada mama yang telah merawatku hingga aku sebesar ini. Meski aku tak terlalu pintar seperti teman-temanku yang lain, setidaknya mama selalu bangga padaku. Beberapa kali aku mendengar mama membanggakan aku pada para tetangga, ibu-ibu dan teman-temannya.

"Zes yang selalu rajin membantu saya. Semua Zed yang menyiapkan, nanti baru dia berangkat ke sekolah," kata mama suatu ketika.

Aku yang mendengar pujian mama menjadi tak nyaman. Aku orang yang tak terllau senang dengan pujian apapun. Bagiku, hidup ini memang sudah selayaknya begitu. Membantu orang tua itu hal yang wajar dilakukan seorang anak bukan?

Aku berkemas. Memasukkan baju-baju. Memasukan berkas-berkas penting. Meski tak tahu aku bisa kembali ke tempat ini atau tidak, tapi aku merasa perlu membawa berkas-berkas itu bersamaku. Aku justru khawatir, aku tak bisa kembali ke tempat ini dalam waktu dekat.

Mama pun sama. Dia hanya membawa beberapa helai baju. Uang dan perhiasan tentu saja. Meski tak banyak aku tahu mama punya tabungan san perhiasan yang dikumpulkannya dari hadil jualan di warung. Masakan mama selalu istimewa. Tak ayal jika warung mama selalu menjadi pilihan dan ramai pengunjung.

Tak ada satu pun tetangga yang kami pamiti. Tak juga sekolah dan teman-temanku. Kami memang harus pergi secepatnya. Tapi, mama berjanji akan datang ke wali kelasku dan mengurus ke pindahanku. Jika tidak, aku harus mengulang dari kelas satu saja, begitu katanya. Dan memang benar itulah yang terjadi. Aku harus mengulang dari kelas satu karena mama tak mampu mengurus surat kepindahan sekolahku. Inilah kekecewaanku yang luar biasa. Andai aku boleh marah, ingin aku marahi mama karena dia mengorbankan masa depanku. Dua tahun lebih aku telah kehilangan masa sekolahku. Tapi aku tak bisa marah dan tak boleh marah.

Meskipun sebenarnya tak mudah bagiku meninggalkan kampung ini, tapi sekali lagi, aku tak bisa membantah semua yang mama katakan. Kami pun pergi meninggalkan kampung tempat kami hidup hampir selama tujuh belas tahun. Seusiaku.

#bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Duuhh...tetaplah kuat spt sy, Zed.

25 Jan
Balas

Aamiin ya Allah. Thanks, Bund

26 Jan



search

New Post