Layang-Layang Gading
Suara itu menderu-deru. Bagas semakin menelusupkan kepalanya ke dalam bantal. Ada rasa takut mendengar suara itu di waktu malam seperti ini. Suara apa ini? Tak pernah didengarnya suara itu sebelumnya.
Suara gagang pintu diputar. Bagas menajamkan pendengarannya. Diangkatnya bantal yang menutupi wajah dan kepalanya untuk mendengar lebih jelas. Siapa yang ke luar rumah atau ingin masuk rumah malam-malam begini?
"Suara apa ini ya? Kok nyaring sekali. Sudah malam begini bikin nggak bisa tidur aja?" rupanya ibu yang membuka pintu depan rumah dan ke luar mengamati keadaan sekitar rumah.
Mendengar suara ibu yang diikuti bapak ke luar dari dalam rumah, Bagas memberanikan diri melompat dari tempat tidurnya. Menyusul mereka berdua menuju teras depan rumah.
"Iya, Bu. Bagas dari tadi dengar suara itu. Bagas jadi takut. Bagas kira burung tekukur atau burung hantu. Tapi, kok sepertinya bukan," sela Bagas seolah ingin meyakinkan ibu bahwa dia juga mendengar suara yang sama dan tidak bisa tidur juga.
Tak ada apa-apa di sekitar rumah. Suara itu seperti datang entah dari mana. Seperti dikomando, bapak, ibu, dan Bagas masuk kembali ke dalam rumah. Suara itu masih menderu-deru membuat penasaran. Bapak mengunci kembali pintu rumah.
Belum juga kaki Bagas, ibu, dan bapak berjalan beberapa langkah, lampu rumah tiba-tiba padam. Tentu saja mereka kaget. Bagas spontan memeluk bapak yang berdiri tak jauh dari dirinya. Dia semakin ketakutan.
"Kok padam, Yah? Bagas kaget dan takut," kata Bagas.
"Entahlah. Mungkin ada perbaikan listrik di dekat rumah kita," jawab bapak.
Tiba-tiba terdengar suara barang jatuh di atas genteng rumah.
Duuuaaarrr!
Bagas, bapak, dan ibu terlonjak kaget. Serentak mereka mendongak ke langit-langit rumah. Apa gerangan yang jatuh ke atap rumah? Tanpa dikomando, mereka bertiga bergerak ke luar. Begitu sampai di pintu depan, bapak kembali ke dalam rumah. Mengambil senter. Tentu tak akan nampak benda yang jatuh jika tidak disenter.
Begitu sampai di halaman di samping rumah, tempat yang paling luas dan memungkinkan melihat atap rumah dengan leluasa, bapak mengarahkan senternya ke genteng rumah. Nampaklah di situ sebuah layang-layang yang sangat besar tergeletak di atas genteng. Rupanya, itulah benda yang jatuh. Tali layang-layang itu pastilah putus, lalu mengenai kabel listrik, membuat lampu di kampung itu padam. Angin yang bertiup kencang dan besarnya layang-layang bisa jadi membuat tali tak mampu menahan beratnya layang-layang tersebut. Layang-layang siapa gerangan?
Keesokan harinya, di musala, ramai orang membahas lampu padam. Ramai pula membahas penyebab padamnya lampu di kampung kami
Rupanya, itu layang-layang Gading, putra Pak Nas. Gading sempat mencari layang-layangnya. Bagas memberitahu bahwa layang-layangnya bisa diambil di rumah tetapi tidka boleh dinaikkan kembali karena menjadi penyebab putusnya kabel listrik dan memadamkan lampu di seluruh kampung. Gading bersedia.
***
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Layang-layang Gading membuat lampu padam