Tri Sulistini

Guru di SMPN 6 Pamekasan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Nasi Bungkus Luna (6-Tamat)
Shutterstock.com

Nasi Bungkus Luna (6-Tamat)

Ketika jam istirahat, Luna dan Rani bergegas ke luar kelas. Tujuan mereka hanya satu. Pasang mata dan telinga. Mencoba menemukan siapa yang kira-kira mengambil nasi bungkusnya.

“Coba kau cari di belakang laboratorium IPA, Lun,” Zahra tiba-tiba muncul di belakang mereka.

“Kok ke sana nyarinya, Ra?” tanya Luna dan Rani nyaris bersamaan.

Kedengarannya aneh saja. Apa mungkin Zahra tahu siapa pencurinya dan dia melihat pencurinya bersembunyi di belakang laboratorium IPA.

“Apa kamu tahu siapa yang mencuri nasi bungkusku, Ra?” tanya Luna lagi. Luna nampak tak kuasa menahan rasa penasaran yang ada di hatinya.

“Nggak. Aku Cuma mengira-ngira saja. Soalnya aku pernah mengalami seperti yang kamu alami. Bedanya, aku segera mencarinya dan menemukannya,” jawab Zahra.

“Maksudmu nasi bekalmu juga pernah hilang dan pencurinya ketahuan, begitu?” tanya Rani memastikan.

Luna dan Rani terus berjalan. Menuju laboratorium IPA. Mereka mungkin sangat ingin tahu siapa pencuri nasi bungkus Luna.

“Iya, benar, tapi bukan dicuri oleh teman kita,” jawab Zahra sambil terus berusaha menjejeri langkah kaki Luna dan Rani yang seperti berlari saja menuju laboratorium IPA.

“Maksudmu? Jadi siapa pencurinya?” tanya Luna dengan masih terus berjalan menuju laboratorium IPA.

Anak-anak masih ramai. Jam istirahat belum usai ketika teriakan kecil Luna dan Rani yang nyaris bersamaan terdengar mengagetkan beberapa anak yang ada di sekitar laboratorium IPA.

“Ya Allah ya Rabb. Itu dia pencuri nasi bungkusnya. Dia rupanya yang mengambil nasi bungkusku,” pekik Luna sedikit.

Beberapa anak menoleh lagi. Lalu ada yang mendekati Luna. Sekadar bertanya untuk menghapus rasa penasaran.

“Ada apa sih, Lun. Kok teriak ada pencuri begitu. Memangnya apa tuh yang hilang,” tanya Daniar. Teman Luna tetapi beda kelas.

“Nggak, Dan. Itu, kucing. Dia ternyata yang mencuri nasi bungkusku. Dibawanya nasi itu ke sini,” kata Luna masih dengan nada terkejut dan sedikit marah.

“Benar, kan? Pasti dia yang mencuri. Aku yakin kucing liar itu yang mengambilnya,” kata Zahra tiba-tiba.

“Jadi, dia juga yang mencuri nasi bungkusmu beberapa bulan yang lalu?” tanya Luna.

“Iya betul, ya dia itu yang mencuri nasi bungkusku,” jawab Zahra.

Luna dan Rani menarik napas panjang. Teringat menetes di dahi mereka. Mereka tadi seperti berlari, wajar jika sekarang mereka terengah-engah dan berkeringat. Tapi, mereka lega karena sudah tahu pencuri dan sebenarnya. Tak ada lagi rasa curiga di hati Luna pada teman-temannya yang lainnya.

*****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cernaknya, Bunda. Salam literasi

21 Jan
Balas

Terima ksih Pak Dede

02 Feb

Mantap ulasannya

21 Jan
Balas

Terima kasih banyak kunjungan dan apresiasinya Bund. Barakallah. Sehat dan sukses selalu. Aamiin.

21 Jan

Lama gangguan gak bisa skss..sehat selalu bu...aamiin

21 Jan
Balas

Wah...untung nasi sy ga dicurinya bund...he he

21 Jan
Balas

Ternyata..... ternyata... Si meong toh..

23 Jan
Balas

Kisah cernak yang keren binda.. Barokalloh

21 Jan
Balas



search

New Post