Tri Wibowo Cahyadien

Assalamualaikum Wr.Wb Memiliki minat dalam bidang sosial studi, politik, kebijakan publik dan sejarah. Penikmat musik Jazz, Indie dan Musik era 60 - 80 an.&nb...

Selengkapnya
Navigasi Web
Perdebatan Hubungan antara Rambut dengan Hasil Belajar
Ilustrasi pemotongan rambut siswa ditangani oleh profesional

Perdebatan Hubungan antara Rambut dengan Hasil Belajar

Apa kaitan rambut dengan prestasi belajar? Pernahkah kita digugat atau disinggung hal ini di depan peserta didik kita? Seringkali pertanyaan ini muncul secara spontanitas dari peserta didik menyikapi tindakan yang diambil oleh tim kedisiplinan sekolah. Apakah pertanyaan ini menyinggung sikap kita sebagai guru? Bagaimanakah menyikapi pertanyaan seperti ini? Apakah kita sudah bertindak benar dan memiliki jawaban yang kuat ketika memutuskan untuk mengeksekusi rambut peserta didik kita?

Pertama, yang perlu dilakukan adalah kita sebagai guru mempersiapkan argumentasi sebaik mungkin. Bukan justru argumentasi yang ambigu yang menimbulkan kerancuan yang justru akan menghasilkan kontroversi bahkan cibiran dari peserta didik. Berikan peserta didik logika, pemahaman dengan bahasa penyampaian yang sederhana. Karena bagaimanapun juga, peserta didik saat ini memiliki daya kritis. Ketidakpuasan pemahaman akan lahir apabila tindakan guru kurang informatif atau tersosialisasi dengan baik.

Jika pertanyaan; “kaitan rambut dengan prestasi belajar” selalu digaungkan lalu guru menanggapinya secara emosional justru akan menimbulkan masalah baru. Minimal masalah itu adalah kebencian atau komentar negatif yang akan mengurangi kenyamanan telinga kita sebagai guru. Paling buruk adalah stereotipe kita sebagai guru yang kadang melabelisasi peserta didik yang memprotes tadi dengan menunjukkan kesewenang - wenangan seperti memvonis anak tersebut bandel, pembangkang dan berujung tidak fair nya guru dalam penentuan nilai belajarnya.

Mungkin argumentasi ini bisa digunakan; rambut dan prestasi belajar secara kasat teori memang sulit dikaitkan. Namun, kita dapat memberikan pemahaman bahwa dalam lingkungan sosial manapun pastinya akan ada nilai yang dianggap pantas. Misal, lingkungan kerja di bank yang menuntut karyawannya untuk berpakaian rapih. Intinya yang kita tekankan adalah pemahaman tentang bagaimana peserta didik sebagai manusia dipersiapkan sekolah untuk mampu beradaptasi dengan lingkungannya kelak. Adaptasi dalam menghargai aturan yang berlaku di saat dirinya berada di suatu lingkungan sosial. Perkayalah contoh - contohnya untuk disampaikan kepada peserta didik.

Di sisi lain, budaya untuk berpenampilan rapih juga memerlukan pembiasaan diri berupa sedikit paksaan untuk penyadaran. Berbeda halnya dengan berpenampilan urakan/ rebel yang tidak memerlukan motivasi khusus. Orang berpenampilan rapih memerlukan adanya motivasi diri. Orang berpenampilan urakan/ rebel hanya membutuhkan sedikit pengabaian terhadap komentar – komentar sosial dan kepercayaan diri.

Jika memang pemotongan rambut merupakan jalan akhir bagi sekolah untuk menertibkan peserta didiknya yang sulit diatur, sebaiknya sekolah bekerjasama dengan tukang cukur profesional dengan mendatangkan ke sekolah, diberikan tempat khusus lalu selanjutnya peserta didik yang akan dicukur diarahkan lalu dicukur sesuai model keinginan peserta didik tersebut yang masih cocok dengan ketentuan sekolah. Biaya pemotongan rambut tersebut sepenuhnya ditanggung sendiri sebagai bentuk konsekuensinya. Hal ini dilakukan agar tindakan pemotongan rambut sepihak oleh sekolah tidak akan menimbulkan komplain seperti potongan rambut yang grepes, berantakan, tidak rapih dan akhirnya membuat malu peserta didik yang terjaring razia kerapihan rambut tersebut. Jangan sampai, kita sebagai guru berkeinginan menegakkan aturan justru membudayakan bullying antar peserta didik dengan hal ini.

Sekarang, bagaimanakah sikap kita sebagai guru? Jika kita merasa akan merazia rambut peserta didik, kita perlu mempersiapkan hati yang lapang, sikap keterbukaan. Karena dalam kondisi ini, peserta didik dan guru bukanlah 2 kubu di medan perang yang saling memerangi. Haruslah ada sinergi. Jangan sampai ungkapan ini terjadi dalam diri kita yang berniat baik untuk menertibkan peserta didik : “terkadang hal baik, tidak dipandang sebagai suatu tindakan yang baik.” Ingat, tindakan yang bertujuan baik, tentunya harus dikomunikasikan pula secara baik dan benar agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Menteng Dalam

10.26 PM

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ini memang topik pembicaraan sering terjadi pak.dan anak2 pun masih ada pertanyaan. Kenapa di jepang, gaya rambutnya panjang ngga dipermasalahkan toh masih jadi negara maju, di negara maju lainnya berpakaian bebas malah anak2nya bisa belajar.contohnya inggris.. Dan pembelaan peserta didik lainnyaSemoga artikel pak bowo jadi salah satu jawabannya

02 Feb
Balas

aamiin.. trims sudah meluangkan untuk membaca

03 Feb



search

New Post