Triyatun

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Menumbuhkan Literasi (Membaca) di Sekolah Dasar

Menumbuhkan Literasi di Sekolah Dasar

Buku adalah gudangnya ilmu. Dari buku didapat sumber berbagai informasi seperti ilmu sosial, ekonomi, pengetahuan, politik, bahkan hal-hal kehidupan lainnya. Buku berguna bagi para istri yang baru menikah untuk belajar memasak. Bermanfaat bagi anak kuliahan untuk megerjakan tugas. Guru pun selalu menggunakan buku sebagai pegangan mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Buku adalah jendela dunia. Kegiatan membaca buku adalah cara untuk membuka jendela dunia yang belum kita ketahui sebelumnya. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh siapapun, usia lanjut, dewasa, remaja, bahkan anak-anak sekalipun. Manfaat membaca buku ternyata membantu mengubah masa depan dengan memberikan inspirasi-inspirasi baru dan dapat menguatkan daya ingat.

Manfaat membaca buku yang didapatkan selain menguatkan daya ingat diantaranya dapat menstimulasi mental, mengurangi stres, menambah wawasan dan pengetahuan, menambah kosa kata, meningkatkan kualitas memori, melatih ketrampilan berfikir dan menganalisa, meningkatkan fokus dan konsentrasi, menulis dengan baik, memperluas pemikiran, meningkatkan hubungan sosial, dan masih banyak lagi manfaatnya.

Namun dijaman globalisasi ini kegiatan membaca buku telah banyak diabaikan oleh berbagai kalangan. Kebanyaan yang menginggalkan kebiasaan membaca buku adalah para remaja dan anak-anak. Mereka lebih asyik membaca status di twitter, facebook, instagram, bahkan menonton youtube.

Anak-anak jaman sekarang beranggapan bahwa anak yang suka membaca adalah kutu buku. Menurut mereka anak kutu buku itu tidak gaul dan mengikuti jaman modern. Anak-anak lebih suka meluangkan waktunya untuk menonton, jalan-jalan, atau main game offline maupun online.

Anak-anak Sekolah Dasar di jaman sekarang difasilitasi dengan handphone dan komputer oleh orangtuanya. Akibatnya anak-anak lebih suka sibuk dengan handphonenya daripada membaca buku. Ini berakibat dipembelajaran sekolah. Saat anak-anak menyelesaikan soal yang berkaitan dengan bacaan cerita, jawabannya tidak sesuai dengan pertanyaan.

Untuk menanggulangi masalah di atas, maka para guru harus menumbuhkan minat baca anak-anak sekolah dasar. Karena dari sekolah dasar inilah anak-anak diajak untuk terbiasa membaca buku kembali. Bukan untuk menjauhkan anak-anak dari era globalisasi akan tetapi membiasakan anak untuk bijak menggunakan handphone dan komputer. Maka perlu dilakukan kegiatan literasi di sekolah dasar.

Kegiatan literasi disekolah diperlukan untuk menumbuhkan minat baca anak-anak sekolah dasar. Dalam hal ini sekolah-sekolah harus melakukan berbagai cara diantaranya dengan membaca buku lima belas menit di awal pembelajaran atau di akhir pembelajaran, read aload yang bisa dilakukan oleh guru atau bahkan anak-anak sendiri, bercerita di depan kelas tentang buku yang dibaca anak-anak di rumah.

Membaca buku lima belas menit di awal pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan setiap pagi karena otak anak di pagi hari masih fresh jadi mudah untuk menyerap ilmu. Diharapkan kegiatan membaca buku di pagi hari membuat anak-anak dapat berkonsentrasi menerima pelajaran yang akan diberikan oleh guru. Mereka akan membaca buku yang dibawanya dari rumah atau bertukar buku dengan temannya. Sekolah juga dapat menfasilitasi buku-buku cerita dengan membuat pojok buku atau perpustakaan mini disetiap kelas.

Read aload, guru membacakan buku cerita lima belas menit di awal pembelajaran dan diakhiri dengan tanya jawab. Cara ini diharapkan anak jadi penasaran dan berminat untuk membaca sendiri hingga pada akhirnya menjadi kebiasaan membaca buku. Read aload yang dilakukan oleh guru cocok untuk anak-anak kelas satu sampai dengan kelas tiga Sekolah Dasar. Untuk anak kelas empat sampai kelas enam bisa ditunjuk peserta didik untuk membacakan cerita didepan kelas.

Bercerita di depan kelas tentang buku yang dibaca anak-anak di rumah. Kebiasan ini dilakukan di akhir pembelajaran, setiap anak maju menceritakan isi bacaan yang dibaca di rumah. Kerjasama dengan orangtua perlu dilakukan dalam hal ini untuk mengontrol dan membantu anak-anak menyiapkan bacaan yang akan disampaikan di depan kelas.

Sebenarnya masih banyak cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat baca anak-anak. Tugas ini tidak hanya dilakukan pihak sekolah khususnya guru akan tetapi orangtua pun ikut andil untuk menumbuhkan minat baca. Orangtua bisa memfasilitasi anak-anak dengan buku-buku bacaan cerita, ensiklopedi, maupun pelajaran dirumahnya. Mengajak anak ke toko buku atau ke pameran buku yang ada.

Pihak sekolah juga ikut andil untuk mengembangkan minat baca khususnya minat baca mandiri dengan membuat perpustakaan sekolah. Perpurtakaan baiknya dibuat senyaman mungkin dan menarik bagi anak-anak sehingga anak-anak betah berlama-lama di dalam perpustakaan. Dalam pelaksanaan membaca mandiri sebaiknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah. Menurut Hajar Dewantoro mengutip perkataan Janice Pilgreen (2000) keberhasilan membaca mandiri ditentukan oleh 8 aspek, diantaranya:

1) Akses terhadap buku

Akses terhadap buku dimaknai penyediaan berbagai jenis buku komersial, majalah, komik, koran, dan materi bacaan lain di ruang kelas. Untuk itu, diperlukan adanya sudut baca di setiap kelas yang dapat dipergunakan untuk memajang dan menyimpan materi bacaan dimaksud.

2) Daya Tarik buku

Buku yang tersedia harus menarik, terdiri dari berbagai jenis tema, topik, dan genre, sesuai dengan minat peserta didik. Selain itu, tingkat keterbacaan juga harus disesuaikan dengan kemampuan dan usia peserta didik. Untuk itu, peserta didik perlu dilibatkan dalam pemilihan genre buku yang disediakan di ruang baca. Dalam pelaksanaan kegiatan membaca, peserta didik bebas memilih sendiri buku yang disukai.

3) Lingkungan yang kondusif

Kegiatan membaca dalam hati memerlukan lingkungan kelas yang menyenangkan, santai, tidak kaku, dan tenang. Lingkungan yang kondusif bisa dibangun dengan memasang poster-poster tentang pentingnya membaca, pengaturan tempat duduk dan/atau sudut baca.

4) Dorongan untuk membaca

Peserta didik akan lebih bersemangat untuk membaca bila guru dan staf di sekolah juga menjadi contoh yang baik. Untuk itu, diperlukan peran aktif guru sebagai model. Guru harus ikut membaca pada saat kegiatan membaca mandiri berlangsung. Bentuk dorongan lain adalah fungsi pustakawan atau staf pendukung dalam memberikan saran kepada peserta didik dalam hal pemilihan buku bacaan yang sesuai dengan minat.

5) Waktu tertentu untuk membaca

Perlu ada waktu tertentu yang ditetapkan sebagai waktu membaca, misalnya 15 menit setiap hari, sesuai dengan Permendikbud Nomor 23 tahun 2015. Kegiatan membaca dalam waktu, namun sering dan berkala terbukti lebih efektif daripada satu waktu yang panjang namun jarang (misalnya 1 jam/ minggu pada hari tertentu). Kunci keberhasilan program membaca mandiri ini bukan pada jumlah jam dan menit membaca, namun keajegan dan frekuensi kegiatan. Hal ini penting untuk membangun kebiasaan membaca.

6) Tidak ada tagihan tugas

Kegiatan membaca dalam hati diarahkan untuk membaca menyenangkan. Bentuk tugas seperti mengisi lembar catatan buku yang dibaca dan tanggapan personal tentang buku yang dibaca juga dibuat sebagai pilihan (tidak diwajibkan). Pemberian tugas seperti membuat ringkasan cerita akan menghilangkan sifat kegiatan membaca menyenangkan. Pertanyaan yang sering muncul dari guru-guru di sekolah-sekolah yang sudah mempraktikkan membaca mandiri di Indonesia adalah: “bagaimana mengukur peningkatan kemampuan membaca peserta didik bila tidak ada tugas atau tagihannya?” Perlu dipahami bahwa mandiri berbeda dengan program literasi lain seperti yang disebutkan di atas. Membaca mandiri, bukanlah kegiatan kelas untuk memberikan asesmen pada peserta didik.

Tujuannya murni untuk memberikan kesempatan pada peserta didik menikmati waktu membaca buku apapun yang mereka sukai, bukan untuk dinilai oleh guru. Itulah sebabnya bentuk tagihan seperti membuat ringkasan atau reviu buku, kuis, dan latihan soal pemahaman wacana dihindari demi ‘kenikmatan’ membaca. Yang lebih penting lagi, guru juga ikut membaca pada saat yang sama. Sehingga, hal ini dianjurkan dilaksanakan pada Tahap Pembiasaan.

7) Kegiatan tindak lanjut

Meskipun tidak boleh ada tugas, kegiatan tindak lanjut dianjurkan untuk dilaksanakan di kelas secara berkala, misalnya seminggu atau dua minggu sekali. Bentuk kegiatan tindak lanjut bisa berupa berbagi cerita tentang buku yang sudah dibaca dan diskusi singkat dengan teman tentang buku masingmasing.

8) Pelatihan staf

Kegiatan membaca dalam hati memang sederhana dan tidak memerlukan banyak biaya. Meskipun begitu, guru dan staf sekolah perlu memiliki pemahaman yang selaras tentang tujuan dan metodologi kegiatan ini. Staf sekolah perlu mengetahui kajian-kajian ilmiah yang pernah dilakukan untuk memperkuat pelaksanaan kegiatan ini. Dengan begitu, kegiatan membaca dalam hati bisa berjalan dengan baik dan didukung oleh partisipasi aktif.

Anak adalah generasi bangsa yang harus dipersiapkan sebaik mungkin. Kerjasama antara sekolah, guru dan orangua perlu untuk menumbuhkan minat baca anak. Karena dari membaca anak dapat berkembang menjadi pribadi yang cerdas dan berakal.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post